Selasa, 19 Februari 2013

*}{*Anak Juga Manusia*}{*



Karena kamu lemah, tidak berdaya untuk melawan, maka saya boleh memukul, mengancam, membohongi, mencaci dan memperlakukan kamu sesuka hati. Kalau ungkapanseperti itu terdengar apa yang kita bayangkan? Hukum rimba atau sesuatu yangjahat?

Sayangnya saya perhatikan kadang-kadang begitulah orang tua memperlakukan anak mereka. Sadar atau tidak. Ada kesan tidak memanusiakan anak. Kalau suatu ketika kita mengeluh karena capek atau kita ingin menangis dan respon yang kita dapat adalah bentakan menyuruh kita diam atau bahkan pukulan agar kita tidak jadi
mengeluarkan perasaan kita, apa yang kita rasakan? Sakit hati tentu. Lagi-lagi sayangnya saya melihat ada beberapa ibu yang memperlakukan anak mereka seperti itu.

Kesan yang saya dapat, ibu-ibu seperti itu beranggapan bahwa anak adalah semacam properti tanpa hati, perasaan, dan kemauan yang karena itu tidak penting untuk di hormati dan diberi empati.

Ketika naik kendaraan umum, di belakang saya duduk ibu dan anaknya yang mungkin berusia satu atau dua tahun. Kelihatannya karena panas dan bus tak kunjung bergerak si anak mulai rewel dan menangis, Namun sayangnya kata-kata yang keluar dari mulut si ibu adalah, "Diem, kalo enggak mama lempar keluar jendela, nih!" Masya Allah!

Atau ketika anak antusias bertanya tentang berbagai hal respon yang di dapat hanyalah, "Diem ah, crewet amat sih." Kali lainnya, juga di kendaraan umum, saya bertemu dengan seorang ibu dan anak perempuannya yang baru duduk di Taman Kanak-kanak. Tidak ada yang salah dengan anak ini. Dia cantik, duduk manis, dan tidak berkata apa-apa. Satu-satunya "kesalahan" yang ia lakukan adalah membeli permen dan si ibu tidak suka. Sepanjang jalan yang diterima anak cantik itu adalah omelan panjang lebar yang membuat siapa saja yang mendengarnya miris. "Gimana nanti anaknya mau bakti sama dia?" komentar seorang ibu yang duduk di depan saya ketika ibu dan anak itu turun. Saya jadi membayangkan bagaimana kalau si ibu yang di perlakukan seperti itu. Di permalukan di depan umum?

Kadang ada juga hal yang penting namun seringkali di anggap remeh seperti tidak menepati atau menggampangkan janji pada anak. "Nanti kita beli permen," misalnya diucapkan untuk membujuk anak, tapi tidak ditepati. Seolah-olah hal tersebut bukan satu kesalahan. Padahal Rasulullah saw pernah memberi nasihat tentang hal ini. Dikisahkan suatu saat Rasulullah melihat seorang ibu memanggil anaknya sambil berkata, "Ke sini, saya akan memberikan sesuatu untukmu." Rasulullah bertanya pada sang inu, "Apa yang akan kamu berikan padanya?" "Akan saya berikan kurma," jawab sang ibu. Maka Rasulullah berkata, "Seandainya kamu tidak memberikan apa yang kamu janjikan, maka hal itu akan di catat sebagai sebuah kebohongan."

Umar bin Khattab r.a. bahkan pernah memecat bawahannya karena orang tersebut tidak pernah mencium anaknya. Karena menurut Umar bagaimana mungkin orang tersebut akan mengayomi orang lain jika pada anaknya saja ia tidak berkasih sayang?

Lihat betapa Islam amat memperhatikan anak-anak dan memanusiakan mereka. Karena memang demikianlah seorang anak, dia adalah manusia yang punya hati, perasaan dan kemauan, yang dengan itu ia juga layak dihormati.[]

Tidak ada komentar: