Syaikh Muhammad Sholih Al-Utsaimin menjawab :
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.
Kedua: ia dapat menyebabkan
hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat
bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga
Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan
ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum,
berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim
merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai
pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari
segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan
semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat
syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin
dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang
dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan
membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir
dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam.
Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti
memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka,
padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya
jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan
mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan
sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin
terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat
melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan
mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan
makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu
kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama
lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang
baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan
tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh
budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele,
tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak
memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita
sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi
porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari
itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di
antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan
yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya
dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi
hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh
orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita
penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi
jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan
bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan
kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini
kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita.
——————————————————
Penjelasan Tambahan :
Penjelasan Tambahan :
Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini,
dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi
mengenai Valentine’s Day.
1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara
ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti
nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara
pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The
Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I
menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan
nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan
mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine
menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di
antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian
tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan
kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap
sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap
dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa
Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi
Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan
doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap
tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari
pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah,
namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda
sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M
(lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan mengirim kartu
Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine.
Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London,
pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia
mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer,
penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya
(lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book
Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam
artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org)
mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada
Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak,
-tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my
Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan
(karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya
pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang
artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti:
the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the
hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga
diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! . Layaknya
seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, “Astaghfirullah”, wa
naudzubillahi min dzalik. (Dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar