Photo © Michael Howard
Perempuan, rasanya tak
pernah bosan saya mendengar dan membicarakan tentang makhluk satu ini.
Perempuan dengan berbagai keunikan dan keterbatasanya adalah makhluk
luar biasa yang dijaga betul kehormatannya dalam agama saya, Islam. Ia
diberikan kemudahan dan berbagai kenikmatan yang memang sudah
disesuaikan dengan kemampuannya. Bagi saya, perempuan itu bukan makhluk
lemah, tak berdaya, dan bukan makhuk yang harus ditutut sama persis
dengan laki-laki. Jika jihadnya laki-laki adalah berperang di jalan
dakwah, maka merawat anak dan keluarga adalah bentuk jihadnya perempuan.
Salah satu keistimewaan dari perempuan
adalah memiliki ASI. Al Quran telah menganjurkan agar setiap ibu dapat
memberikan ASI pada anaknya hingga usia dua tahun. Allah berfirman dalam
QS Al Baqarah: 233, “Dan para ibu yang menyusui anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang mau menyempurnakan penyusunan.”
Meski kini sudah ada susu formula yang diramu dengan teknologi tinggi,
namun ASI tetap tak tergantikan baik secara unsur, komposisi, dan efek
manfaat yang diberikan. Penelitian dari WHO menganjurkan pemberian ASI
didasarkan atas keinginan dari bayi. Setiap kali bayi menginginkan, maka
ketika itulah saat yang terbaik pemberian ASI.
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu Anak, DTM&H, MPH dalam sambutannya pada seminar tentang
“Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Bagi Bayi Dalam
Mendukung MDGs” di Jakarta, Selasa 29 Maret 2011 menambahkan bahwa
delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas. Oleh
karena itu, diperlukan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan dapat
diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan ASI
mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang dibutuhkan bayi
dalam jumlah yang seimbang.
Sebuah penelitian ilmiah baru menunjukkan
bahwa menyusui sangat berperan membantu berkurangnya risiko kanker
payudara di kalangan ibu. Melinda Johnson, ahli gizi University of
Arizona menyebutkan bahwa ASI merupakan asupan paling ideal bagi
pertumbuhan anak. Kandungan docosahexaenoic acid (DHA) dan omega
3 merupakan asupan yang sangat baik bagi pertumbuhan otak dan sistem
saraf anak. Dengan adanya komponen ini, dapat menjadikan anak
berprestasi akademik yang lebih baik.
ASI juga kaya akan karotenoid dan selenium
sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah
berbagai penyakit. ASI mengandung antibodi yang melindungi bayi dari
diare dan pneumonia yang termasuk dua penyakit utama penyebab
kematian anak-anak di dunia. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral
dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif
dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula.
ASI dapat memperkuat hubungan emosional
anak dan ibu. Baru-baru ini ditemukan hormon kepercayaan pada otak ibu
yang menyusui anaknya. Pada saat bayi menyusu dari payudara ibunya, maka
sel-sel saraf pada otak ibu akan mengeluarkan hormon kepercayaan yang
dapat juga membangkitkan rasa kepercayaan pada bayi yang disusui. Proses
ini turut mengurangi rasa takut yang ada pada bayi terhadap dunia baru
yang ia alami. Pemberian ASI ini dapat membentuk perkembangan emosional
karena dalam dekapan ibu selama disusui, bayi bersentuhan langsung
dengan ibu sehingga mendapatkan kehangatan, kasih sayang dan rasa aman.
Begitu besar manfaat ASI untuk bayi dan ibu
yang menyusui. Begitu mulia pula para wanita yang mau menyusui bayinya
dengan kerelaan. Ketika seorang perempuan mau menyusui anaknya, dapat
dikatakan ia turut membangun bangsa ini melalui generasi baru yang
dilahirkannya. Dengan memberikan ASI pada anaknya, hal ini menjadi salah
satu bentuk pengasuhan seorang ibu untuk turut mencerdaskan benih
generasi masa depan bangsa ini. Apalagi jika seorang ibu juga mau
mendidik anaknya dengan tulus dan cara yang baik agar ia menjadi
manusia yang cerdas, kuat, dan berakhlak mulia.
Sejak anak dilahirkan, anak-anak telah
membutuhkan ibu sebagai pihak yang penting untuk bergantung hidup dan
harapan mereka sebelum mengenal siapapun. Maka, tidak berlebihan bila
ibu disebut sebagai pendidik pertama dan utama. Seorang ibu yang
betul-betul menyadari perannya sebagai pendidik utama, tidak akan
mempermasalahkan pendidikannya yang rendah karena itu hanya salah satu
bagian dari pendidikan yang perlu diajarkan pada anak. Sikap yang baik,
empati, saling menghormati, tata krama, menolong, cerdik, dan hal-hal
lain yang tidak secara khusus diajarkan di sekolah, padahal inilah yang
lebih penting diajarkan. Maka, tidak salah jika Pohan (1986) dalam
bukunya yang berjudul “Masalah Anak dan Anak Bermasalah” mendukung bahwa
orang tua harus mampu meng-upgrade diri agar dapat mengimbangi,
menyelaraskan, menyokong, dan memperkokoh pendidikan keluarga guna
mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai kebaikan.
Penting bagi orang tua, ayah dan ibu, untuk
saling bekerja sama dalam menumbuh kembangkan serta mendidik anaknya.
Kunci keberhasilan orang tua dalam mendidik anak menurut Pohan (1986)
adalah keserasian dan kasih sayang. Dalam suasana kasih sayang dan
keserasian, orang tua dapat dengan ikhlas bekerja sama, serta rela
berkorban mengabdi untuk mendidik anak mereka.
Peran seorang perempuan sebagai orang tua
anak adalah penting dalam membesarkan dan mendidik anak mereka. Ia juga
berperan menjadi agent of change dalam pembangunan kesehatan
membawa masyarakat menuju masyarakat yang sehat dan mandiri. Tentu akan
sangat mulia seorang perempuan yang mendidikasikan dirinya untuk
keluarga terutama anak-anaknya. Dengan kondisi anak yang sehat, gizi
yang tercukupi, kasih sayang yang diberikan sang ibu, dan pendidikan
utama dari sang ibu, anak Indonesia siap tumbuh menjadi manusia yang
cerdas, kuat, dan berakhlak mulia guna memajukan bangsa ini. Semuanya
bisa dimulai dari keluarga terutama dalam hal pengasuhan ibu, yaitu
dengan diawali pemberian ASI eksklusif bagi anak yang mencukupi.
Oleh: Fatin Rohmah NW, Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar