“Waktu itu saya seorang pemuda Persia dari kampung Asbahan atau Asfahan (kampung ini berada antara kota Tehran dan Saeroz. Berada di tengah-tengah Iran). Kampungku bernama Jayyan dan ayahku seorang kepala kampung. Orang paling kaya dan terpandang di kampungku. Sejak kecil saya sangat tertarik dengan ciptaan Allah. Keluarga saya penganut Majusi yaitu agama yang menyembah api dan matahari yang berkembang di Persia. Ayahku mempunyai pekarangan luas yang ditumbuhi tanaman. Jadi kesibukanku menjaga dan merawat pekarangan tu. Dunia luar tidak banyak yang aku ketahui sebab orang tuaku sangat keras. Suatu hari Salman berjalan-jalan melewati sebuah gereja umat Kristiani. Beliau sangat kaget dan kagum dengan cara ibadah mereka. Akhirnya Salman beriman kepada ajaran Kriten. Ayahnya marah hingga kemudian beliau ditahan. Tapi Salman bisa lepas dari tahanan ayahnya. Suatu hari beliau berjalan-jalan disuatu tempat. Dia berjumpa dengan sekumpulan orang-orang Kristen. Kemudian Salman ikut pergi ke Syam bersama mereka. Sesampai disana dia menginap di rumah seorang uskup. Uskup itu ternyata buruk perangainya dan pendusta. Uskup itu kerjanya mengumpulkan uang sedekah (hadiah ampunan dosa) untuk dirinya sendiri. Padahal uang sedekah itu harus diberikan kepada fakir miskin. Peristiwa ini dilaporkan kepada masyarakat. Setelah itu dia tinggalkan uskup. Kemudian pindah ke uskup lain. Tak lama Salman bertemu uskup lain. Perangainya bagus. Salman pun singgah di rumahnya untuk belajar banyak tentang agama itu. Ketika ajal mau menjemputnya, Salman diberitahu bahwa dia bukan orang yang dicari. Bahwa orang yang dicari itu ada di Mosul. Salman pun menuju ke Mosul untuk menjumpai laki-laki yang dikehendakinya. Dia pun berjumpa dengan uskup yang diberitahu itu. Salman merasa senang berguru padanya. Tak lama kemudian laki-laki itu meninggal. Sebelum wafatnya Salman diberitahu bahwa nanti akan datang seorang nabi yang diutus ke bumi ini. Dan dipesan supaya ikut ajaran nabi terakhir itu. Ciri-cirinya nabi itu akan berhijrah ke bumi yang mempunyai kurma. Ciri-ciri nabi itu; tidak memakan harta sedekah dan menerima hadiah. Di antara kedua tapak tanggannya terdapat cincin kenabian. Beberapa kaum dari Arab akan melewati dirinya. Mereka bertakata;
“Sesungguhnya bumi yang paling yang jernih ada pada mereka.”
Beliau meminta kepada mereka untuk membawa ke bumi itu dan akan memberikan sapi dan kambingnya. Mereka pun setuju. Ketika sampai di lembah al-Quro, mereka menjual Salman kepada seorang yahudi dari Bani Quraidhoh.
Salman Menemukan Rasulullah SAW
makam Salman al- Farisi“Makanan ini sedekah” kata Salman.
Rasulullah pun tidak memakan sedekah tapi para sahabat yang memakannya. Kemudian datang lagi dengan makan lain.
”Makanan ini hadiah” kata Salman .
Rasulullah pun makan sekedarnya saja, sementara sisanya dimakan para sahabat. Suatu hari Salman melihat cincin kenabian diantara kedua punggung Rasulullah. Dia merasa yakin bahwa dialah Rasulullah akhir zaman sebagaimana diceritakan oleh orang nasrani. Semua ciri-ciri dan sifat ada pada dia; tidak memakan sedekah, menerima hadiah dan diantara punggungnya ada cincin kenabian. Akhirnya dengan bimbingan hidayah Allah, beliau berikrar masuk Islam. Setelah itu Salman datang kepada Rasulullah untuk menceritakan kisah petualangan spritualnya. Salman tidak ikut dalam perang Badr dan Uhud karena terhalang oleh perbudakan. Waktu itu Salman adalah budak orang Yahudi. Rasulullah pernah menasehatkan kepadanya agar berjanji untuk membebaskan diri dari tuannya. Dengan bantuan para sahabat yang lain akhirnya beliau dapat membebaskan dirinya dari tuannya. Untuk menjalin keakraban diantara para sahabat, Rasulullah memperkenalkan dirinya dengan Abu Darda. Salman dikenal sebagai orang yang banyak akal dan ahli strategi perang. Pada waktu terjadi perang Khandak (parit) Salman lah yang memberi usulan untuk mengali parit. Ide ini di dapat ketika dirinya melihat peperangan yang terjadi di Persia. Idenya itu membuat kaget dan kagum bangsa Arab sebab belum pernah terjadi hal semacam itu sebelumnya. Idenya itu berhasil. Pujian datang dari para sahabat. Kaum Muhajirin berkata,
“Salman adalah dari Kami.”
Kaum Anshor pun berkata,
“Salman adalah dari kami.”
Setelah itu Rasululah memanggil mereka semua sembari berkata,
“Salman adalah dari ahli bait kami.”
Mengenai pribadinya Rasulullah bersabda,
“Surga itu merindukan tiga orang; Ali, Ammar dan Salman.”
Suatu ketika Ali bin Abi Tholib berkata padanya,
“Siapa diantara kalian yang seperti Lukman al-Hakim? Diberi ilmu yang awal (agama samawi yang lainnya) dan ilmu yang akhir (Islam). Membaca kitab yang pertama dan kitab yang terakhir. Beliaulah seorang alim yang ilmunya bagaikan laut yang tidak pernah kering.”
Dari Qotadah disebutkan bahwa Firman Allah yang berbunyi;
“Dan orang yang mempunyai ilmu tentang kitab suci…” dimaksudkan adalah Salman dan Abdullah bin Salam.”(lihat tafsir at-Thobary).
Abu Darda, kawan dekatnya, adalah sahabat yang ahli ibadah. Suatu kali Salman melihatnya enggan untuk mendatangi istrinya dan sibuk dengan puasa dan sholat malam, Salman pun berkata,
“Sesungguhnya matamu punya hak, dan juga istrimu punya hak. Silahkan kamu berpuasa, berbuka, mengerjakan sholat dan tidur.”
Kemudian setelah itu Salman memberitahu Rasulullah akan hal itu. Rasulullah berkata,
“Sungguh Salman seorang yang banyak ilmu.”
Pada waktu Salman menjadi amir/penguasa di Madain, Salman berjumpa dengan seorang laki-laki yang datang dari Syam. Laki-laki membawa kurma dan buah tin. Laki-laki itu menyuruh Salman untuk membawa kurma dan buah tin itu ke rumah penguasa. Laki-laki itu mengira bahwa dia adalah seorang porter/tukang bawa barang. Salman waktu itu memang berpakian dan tidak nampak sebagai seorang penguasa. Salman pun tidak keberatan menjalankan perintahnya. Kurma dan buah tin itu dibawanya. Sesampainya di rumahnya, laki-laki itu baru tahu kalau yang disuruh tadi adalah Salman al-Farisi, penguasa Madain. Akhirnya laki-laki itu minta maaf. Hanya saja Salman dengan tawadhuknya, membawa barang-barang itu sampai ke dalam. Selama menjabat sebagai penguasa gaji Salman kurang lebih 5000 dirham yang diambil dari Bait al-Mal. Setiap kali mengambil gajih itu Salman sedekahkan.
Salman Wafat
Selama
berjuang menegakkan ajaran Islam bersama Rasulullah, Salman telah
meriwayatkan kurang lebih 60 hadits. Setelah melakukan petualangan
mencari kebenaraan dan menemukannya dalam ajaran Islam, akhirnya ajal
pun tiba. Tahun 35 Hijriah Salman menghembuskan nafas terakhir di Madain
masa khilafah Utsman bin ‘Affan. Waktu Salman sakit, Sa’ad bin Abu
Waqos menjenguknya. Tiba-tiba Salman menangis tersedu-sedu. Sa’ad bertanya,“Apa yang membuatmu menangis?”
Beliau menjawab, “Bahwa Rasulullah pernah berpesan hendaklah nasib dan urusan dunia kalian seperti bekal orang yang hendak pergi.” Adapun kamu wahai Sa’ad, hendaklah bertakwa kepada Allah jika kamu menghukumi, bersumpah dan berkeinginan.”
Mengenai umur Salman Al-Farisi para ahli sejarah masih berselisih pendapat. Satu pendapat mengatakan beliau berumur 300 tahun. Pendapat lain mengatakan 250 tahun. Ada juga mengatakan Salman berumur 70 tahun lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar