Jumat, 29 Maret 2013

^-Selamatkan Keluargamu dari Tabarruj-^

      Wahai kaum muslimin, tingkatkanlah ketakwaan kepada Allah dengan menegakkan ke-
wajiban, memelihara serta menyelamatkan anak cucu, keluarga dan diri sendiri dari siksa api neraka. Kita telah maklum, bahan bakar neraka terdiri atas batu dan manusia. Tanggungjawab terhadap keluarga dan anak, baik dalam memberikan pendidikan maupun memeliharanya agar tidak terjerumus pada perilaku haram, kelak akan dipertanyakan di hadapan Allah. Rasulullah telah menegaskan, bahwa setiap laki-laki adalah pemimpin rumahtangga, yang kelak pada hari kiamat akan di mintai pertanggungjawaban. Sebagai mana Rasulullah bersabda: 

      "Setiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipim-
      pinnya. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat
      yang dipimpinnya. Dan seorang lelaki (suami) adalah pemimpin dalam keluarga,   dan 
      akan dimintai pertanggungjawaban pula atas kepemimpinannya." 
      (HR. Bukhari dan Muslim).

      Wahai kaum muslimin, pegang teguhlah amanat Allah tersebut. Syukurilah kenikmatan yang telah diamanatkan kepadamu, dengan melaksanakannya secara baik. Ingat dan haya-
tilah firman Allah subhanahu wata'ala yang telah menciptakan alam seisinya:

      "Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena itu, Allah telah melebihkan 
      sebagian mereka (kaum lelaki) atas sebagian yang lain (wanita). Sebab,  kaum   lelaki
      telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisa' : 34).

      Lelaki di jadikan pemimpin untuk kaum wanita. Sebab, ia memiliki kelebihan akal  dan 
agama. Rasulullah memperkuat ketegasan ini. Beliau bersabda perihal kaum wanita, "Aku tidak melihat kekurangan-kekurangan kaum wanita bila di banding dengan kaum lelaki, kecuali pada akal dan agamanya." Kenyataannya memang demikian. Pola pikir wanita lebih sempit dan peribadatannya pun kurang sempurna. Misalnya, ketika menstruasi (haid) mereka tidak melakukan shalat, membaca Al-Qur'an dan puasa.

      Oleh karena itu, kaum lelaki hendaknya memperhatikan kelebihan yang dimiliki untuk menegakkan amanat Allah. Jangan sekali-kali mempermainkan wanita, merampas serta memperkosa hak-haknya. Juga jangan menjadikannya sebagai permainan dan pemuas nafsu belaka. Apalagi menyodorkan materi sebagai bujuk rayu, kemudian menjadikannya sebagai barang komoditi untuk mengeruk keuntungan duniawi, atau bahkan dijadikan boneka dalam perdagangan seks.

      Kaum lelaki hendaknya sadar, bahwa mereka berkewajiban menjaga kehormatan wanita serta memenuhi hak-haknya, bukan malah memperdagangkannya. Kesadaran yang demikian, adalah lebih terpuji lagi mulia. Kenyataannya, mereka lahir dari rahim seorang wanita. Bukankah suatu kejahatan yang luar biasa, sekiranya mereka mempermainkan kaum wanita. Bukan berarti mereka telah bertindak semena-mena kepada ibu kandung sendiri. Relakah melihat ibu kandung di jamah dan diperdagangkan dalam bursa seks oleh orang lain? Orang yang berakal sehat, tentu akan menjawab, "Tidak rela!" Sebagai konsekuensi dari jawaban tersebut, maka kita pun jangan sekali-kali mencoba merampas hak dan kehormatannya.

      Problematika wanita bukanlah hal yang baru, tetapi merupakan masalah lama. Ia muncul setiap waktu. Oleh karena itu, perlu dicarikan jalan keluarnya secara efektif. Sejak jaman dahulu hingga kini, selalu tetap aktual dibicarakan. Namun selalu menemui jalan buntu. Masalahnya memang sangat kompleks. Maka dari itu, menguak latar belakang terjadinya penyimpangan di kalangan kaum wanita, sangat terasa sulit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam telah bersabda:

      "Sepeninggalku nanti tidak ada fitnah yang paling berbahaya, kecuali bujuk rayu wanita 
      terhadap kaum lelaki." (HR. Bukhari dan Muslim)

      Permasalahan wanita yang kita hadapi sekarang adalah semakin menggejalanya perilaku tabaruj. Pergaulan bebas tidak terkendali lagi. Kegiatan anak muda nongkrong di tepi jalan, hingga kemudian terjadi saling menggoda antara lelaki dan wanita. Padahal semua itu dilarang agama. Tabaruj adalah pamer kecantikan, pakaian, perhiasan, ucapan dan lenggak-lenggok ketika berjalan di depan kaum lelaki. Apapun dalihnya, berperilaku dan berpakaian merangsang adalah haram hukumnya. Di dalam Al-Qur'an Allah subhanahu
wata'ala telah menegaskan:

      "Dan jangan kamu berhias serta berperilaku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu."
      (Al-Ahzab : 33).

      Sekarang banyak kita lihat wanita memakai pakaian dan perhiasan merangsang. Tidak jarang mereka bersolek dan berdandan serba indah. Tujuan mereka, pergi ke pesta, pasar, rekreasi maupun menghadiri acara-acara resmi. Pamer kecantikan, berpakaian serba mini,
mengenakan kain tipis serta berjalan lenggak-lenggok, pinggul tergoyang, sudah menjadi mode wanita masa kini. Trendy, kata orang. Padahal kenyataannya, yang demikian adalah cermin kemerosotan moral di balik citra modern. Secara tegas Allah subhanahu wata'ala telah melarang kaum wanita berlebihan dalam berhias dan berdandan. Dia telah berfirman:

      "Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka 
      sembunyikan." (QS. An-Nur: 31).

      Seorang wanita menghentak-hentakkan kaki agar orang lain mengetahui bahwa di pergelangan kakinya memakai perhiasan, adalah dilarang oleh Allah. Sebab yang demikian bisa menimbulkan fitnah. Lebih-lebih di depan kaum lelaki. Apalagi mempertontonkan kecantikan dan perhiasan. Karena fitnah yang ditimbulkan oleh penglihatan lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh pendengaran. Itulah yang melar-belakangi mengapa Rasulullah selalu melarang mempertontonkan perhiasan, baik yang ada di pergelangan tangan maupun pakaian-pakaian yang menyolok mata. Apalagi ditampilkan secara merangsang, seakan-akan mengatakan, "Lihatlah dan perhatikanlah yang menempel pada tubuhku!"
      Apabila seorang wanita memakai kosmetik dan wewangian ketika keluar rumah, maka yang demikian termasuk bagian dari tabaruj. Rasulullah menegaskan, sebaiknya kaum wanita keluar rumah dengan mengenakan pakaian sederhana. Tanpa wewangian. Bahkan pergi ke masjid pun harus mengenakan pakaian sederhana pula. Dengan tegas Rasulullah telah bersabda:

      "Apabila seorang wanita memakai farfum, kemudia lewat di suatu majelis (pertemuan) 
      dengan berjalan lenggak-lenggok, berarti dia telah melakukan perzinaan." (HR. Tirmidzi, 
      dan termasuk hadis hasan shahih).

      Sekarang banyak beredar di tengah kita kosmetik dengan berbagai merk dan jenis. Akibatnya, merangsang kaum wanita meninggalkan rumah dengan bersolek. Mereka menggunakan pakaian tipis lagi minim dan mempertontokan perhiasan. Mereka berjalan dengan penuh gaya dan berbicara dengan seribu kata yang mempesona. Bahkan berbicara
lantang pun sudah terbiasa bagi mereka.Tidak jarang terjadi perdebatan antara suami dan istri. Seharusnya hal seperti itu tidak boleh terjadi. Mereka merasa modern dan berdalih emansipasi, apabila menentang sang suami. Banyak terlihan di jalan, pasar, tempat rekreasi dan pertemuan di hiasi oleh tawa ria kaum wanita. Bukankah itu semua tindak perzinaan yang berkedok pada citra modern. Artinya, perilaku mereka telah memancing nafsu birahi kaum lelaki, hingga kemudian sering kali terjadi penyelewengan seks dan perkosaan.

      Pergaulan bebas dan bercampur aduknya kaum lelaki dengan kaum wanita, banyak kita saksikan. Di jalan, supermaket, pemandian dan tempat-tempat hiburan, menjamur peria wanita yang bercanda dengan bebasnya. Padahal, semua itu dilarang agama. 

      Suatu ketika, Rasulullah pulang dari masjid. Beliau menyaksikan berjejalnya kaum peria dan wanita di tengah jalan. Maka, beliau memberikan peringatan kepada kaum wanita, "Wahai para wanita, mundurlah! Sebab, kamu tidak sepantasnya berdesakan di tengah jalan dengan kaum laki-laki."

      Rasulullah sangat membenci pergaulan bebas dan bercampur aduknya kaum wanita dengan kaum lelaki. Di tempat ibadahpun beliau atur dengan rapi. Di dalam sebuah hadis telah ditegaskan:

      "Sebaik-baik barisan  (shaf) shalat kaum wanita adalah yang paling belakang. Dan sejel-
      ek-jelek barisan  (shaf) mereka adalah yang paling depan."

      Barisan shalat yang paling utama bagi kaum wanita, adalah yang paling belakang. Sebab, berjauhan dengan kaum lelaki. Bahkan lebih selamat dari penglihatan mereka, serta
selamat dari bercampuraduk dengan mereka. Sebaliknya, barisan shalat yang utama bagi kaum lelaki, adalah yang paling depan. Demikan Rasulullah meberikan tuntunan ketika mereka melaksanakan shalat berjamaah. Lelaki di depan, sedang wanita di belakang. Dan ini merupakan bukti kongkrit, bahwa Islam tidak menghendaki pergaulan bebas serta bercampur aduknya kaum lelaki dengan kaum wanita, sekalipun di tempat ibadah.

      Mondar-mandir di pasar dan di tempat-tempat rekreasi, kini telah menjadi kebiasaan kaum wanita. Keluar rumah tanpa tujuan, sudah menjadi mode yang mereka pilih. Atau, menerima tamu laki-laki di rumah untuk bersantai dan bercanda, bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Apalagi tamu-tamu itu remaja. Padahal Rasulullah secara tegas telah memberikan penjelasan:

      "Janganlah kamu mencegah hamba-hamba Allah datang ke masjid. Namun bagi mereka 
      (kaum wanita) tinggal di rumah adalah lebih baik."

      Jadi, bagi kaum wanita tinggal di dalam rumah, adalah lebih baik. Wanita beribadah di rumah, tidak menerima tamu lelaki kecuali atas izim suami, itu adalah perbuatan yang sangat terpuji. Artinya, bagi kaum wanita tinggal di rumah demi menjaga fitnah, adalah lebih utama daripada pergi beribadah ke masjid. Apalagi pergi ke tempat lain. Perbuatan itu
akan mendatangkan mudharat yang lebih besar. Di sisi lain, dari hadis shahih di atas dapat
di ambil pengertian, bahwa kaum lelaki diperbolehkan mencegah serta melarang istrinya pergi keluar rumah. Melarang mereka bertabaruj serta memakai kometik yang bisa merangsang birahi lelaki lain, adalah wajib. Sebab pada hari kiamat nanti kaum lelaki akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap keluarga yang dipimpinnya.


      Kaum wanita apabila keluar rumah, hendaknya memakai pakaian dan perhiasan sederhana. Berjalan secara wajar. Berbicara dengan lembut. Jangan berjalan dengan cepat
seperti lazimnya kaum lelaki. Umi Salamah menegaskan: Ketika ayat 59 Surat Al-Ahzab diturunkan, wanita-wanita dari kalangan sahabat Anshar apabila keluar rumah selalu berjalan dengan pelan, tenang dan menundukkan kepala. Ayat dimaksud adalah:

      "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-
      orang beriman, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."

      Wanita Anshar, adalah cermin pribadi wanita beriman. Yang pantas di jadikan teladan dan panutan oleh seluruh kaum wanita di sepanjang zaman. Dengan keteladanan itulah mereka beroleh kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat. Jangan sampai harta kekayaan dunia dengan segala kemewahannya meracuni kehidupan kaum wanita. Akhirnya, dihari kiamat nanti mereka merasakan arti penyesalan serta kesengsaraan abadi.

      Tabaruj, adalah berpakaian minim dan memilih pakaian yang terbuat dari kain tipis, yang terkesan memaerkan kemulusan kulit tubuh. Yang begitu memang dirancang agar wanita muslimah mengikuti jejak kebudayaan wanita Barat, yang nota benenya bukan muslim. Kita maklum, bahwa musuh-musuh Islam tahu secara pasti tentang hal tersebut. Bila mereka menawarkan bentuk kekafiran dan kesyirikan kepada kita, adalah suatu yang mustahil bisa diterima.

      Mereka lebih bangga apabila bisa merusak serta menghancurkan moral dan melenturkan nilai-nilai agama kita. Upaya tersebut dilaksanakan dengan berbagai cara. Di antaranya adalah menanamkan kebiasaan melakukan perbuatan dosa. Akhirnya, perbuatan tersebut dianggap sebagai suatu budaya. Kalau sudah menjadi nilai kebudayaan, mereka tidak akan merasa berdosa lagi melakukannya. Dan ini merupakan perangkap untuk menjerat serta menggiring kita ke jurang kehinaan dunia dan akhirat. Mereka akan menjadi penghuni nerak yang abadi. Rasulullah telah menegaskan:

      "Setan merasa putus asa mengajakmu menyembah berhala di tanah Arab. Tetapi ia akan
      merasa bangga bisa mengajakmu mempermainkan agama, sehingga pada hari kiamat 
      dirimu menemui kesengsaraan yang luar biasa."

      Wahai kaum muslimin, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Janganlah
kamu terbujuk oleh propaganda musuh-musuh Islam yang menawarkan kemasan maksiat secara modern dan canggih. Kini dirimu sedang diserang oleh mereka dengan berbagai siasat serta jalan tempuh. Baik dengan menawarkan keduniaan, status sosial maupun yang lain. Mereka datang ke negaramu sambil menawarkan budaya-budaya negatif. Kemudian di harapkan menjadi mode yang dianggap trendy oleh kawula muda. Atau, bahkan kamu datang ke negara mereka untuk mempelajari budaya yang kedodoran itu. Televisi dan telpon merupakan sarana canggih serta efektif untuk menyebarluaskan paham dan budaya Barat yang lebih membawa dekadensi moral itu. Apabila tawaran-tawaran yang mereka kemas indah dan dipromosikan lewat televisi, media cetak maupun media komonikasi yang lain, terlebih oleh kaum Muslimin, maka akibatnya nilai-nilai Islami akan semakin berantakan. Bahkan lebih tragis lagi, Islam akan ditinggalkan oleh para pemeluknya. Untuk mengcounter hal-hal tersebut, kita harus mempersiapkan generasi yang berjiwa mujahid. Beramar ma'ruf nahi mungkar secara tegas dan lantang. Dan kita harus mampu menghadirkan putera-putera Islami yang saleh. Dengan demikian pada gilirannya 'izzul Islam wal muslimin akan menjadi kenyataan. Mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, bila generasi muda yang hadir di tengah-tengah kita lemah pemahaman serta pengamalan agamanya, maka sudah barang tentu kerugian dan kemunduran besar akan menimpa diri kita. Bukankah Allah subhanahu wata'ala telah menegaskan:

      "Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah mereka yang merugikan diri 
      dan keluarganya pada hari kiamat. Ingatlah yang demikan itu adalah kerugian yang 
      nyata." (QS. Az-Zumar : 15)

      jadi kemerosotan moral di kalangan kaum wanita sebagai akibat dari tabaruj, bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab mereka saja. Namun, sudah seharusnya apabila setiap pembicaraan masalah ini, ditujukan kepada kaum lelaki. Sebab merajalelanya tabaruj
beserta dampak negatif yang ditimbulkan, pada hakekatnya bersumber dari kekurangpeka-
an kaum lelaki di dalam menyikapi serta melaksanakan kewajiban terhadap kaum wanita.
                                              
                                                                      **

      Wahai kaum wanita, selamatkanlah keluargamu dari siksa api neraka. Bukankah Allah subhanahu wata'ala telah berfirman:

      "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang 
      bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, 
      keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka,
      dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)

      Cara menyelamatkan keluarga dari api neraka, menurut Ali bin Abi Thalib, adalah dengan mendidik serta mengajar mereka ilmu pengetahuan dan akhlak. Sedang menurut Qatadah, dengan cara memerintahkan kepada mereka mentaati perintah-perintah Allah, dan melarang mereka melakukan perbuatan maksiat. Di antaranya adalah perilaku tabaruj.

      Wahai kaum muslimin, bila dikatakan kepadamu, "Sesungguhnya tempat tinggalmu sangat subur. Bila tidak kamu pelihara sejak dini secara baik, dan kendala-kendala kecil tidak kamu atasi, maka kemakmuran itu akan hancur. Mengapa kamu tidak segera mengambil sikap untuk memeliharanya?"

      Tentu, kamu akan mengerahkan segala kemampuan yang ada, untuk mempertahankan agar jangan  sampai kemakmuran itu sirna. Terus, bagaimana halnya dengan putera-puterimu yang di amanatkan Allah kepadamu. Bukankah kamu berkewajiban menyelamatkan mereka dari api neraka. Kini, apa dan mana yang telah kamu lakukan?

      Wahai kaum muslimin, kebanyakan wanita masa kini telah membuang jauh-jauh perasaan dan rasa malunya. Mereka menentang perintah-perintah Allah. Itu sudah menjadi kebiasaan. Pemandangan ini sudah bisa kita saksikan dengan mata kepala, baik pada acara
santai maupun acara resmi. Padahal, kenyataannya mereka bukan manusia yang turun dari langit, dan tidak bisa pula meninggalkan bumi ini. Namun, kenapa berani bertindak durhaka kepada Pencipta Langit dan Bumi?

      Wahai kaum muslimin, bertakwalah kepada Allah. Peliharalah dan jagalah benar-benar putera-puterimu, jangan terjerumus ke dalam jurang tabaruj. Memikirkan keluarga, adalah jauh lebih penting daripada memikirkan kemakmuran dunia. Jangan sampai dirimu termasuk kategori orang yang disabdakan Rasulullah:

      "Tidak akan masuk sorga seorang dayus." Lalu para sahabat bertanya, "Siapakah dayus 
      itu, ya Rasulullah.' Jawab Rasulullah, "Dia adalah orang yang tidak memiliki rasa cembu-
      ru terhadap keluarganya." Di dalam riwayat lain Rasulullah menegaskan: "Dayus adalah 
      orang yang merelakan keluarganya bertindak seroang." (HR. Ahmad) 

      jadi, orang yang merelakan serta tidak merasa cemburu keluarganya terjerumus ke dalam budaya tabaruj, apalagi sampai pada perzinaan, maka dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk masuk sorga. Padahal, kini banyak kaum muslimin yang mebiarkan puteri-puterinya melepas jilbab. Bahkan bergaul dengan bebas pun tidak dilarang. Nah, bukankah ini suatu sikap yang sangat berbahaya?
      Wahai kaum muslimin, sekali lagi, bertakwalah kepada Allah. Selamatkan keluargamua dari tabaruj. Dengan segala kemampuan dan upaya yang ada, antarkan putera-putrimu ke gerbang rumah tangga yang Islami. Tentu, kebahagiaan hakiki akan selalu menyertaimu. Sekalipun keluargamu dikatakan: Kuno! Kampungan! Tidak mengikuti Zaman! Biarkanlah sederet ejekan dilontarkan, yang penting hidup aman, tenteram, dan bahagia dalam naungan ridha Allah subhanahu wat'ala.[]
      

Tidak ada komentar: