Rabu, 27 Maret 2013

Visi Hakiki Muslim Sejati


Siapa yang tidak mengenal istilah visi? Sejak duduk di bangku SMA kita sudah di kenalkan istilah yang dipopulerkan bangsa barat ini.

Para guru juga sering mewajibkan setiap murid agar memiliki visi dalam hidupnya. Demikian halnya setiap perusahaan, lembaga-lembaga sosial, dan institusi publik, harus memiliki visi.

Semua staf dan karyawan diwajibkan mengenal dan menghafal visi kelembagaan yang disusun oleh pemilik atau pemimpinnya.

SEMU DAN MENYENGSARAKAN
Namun, visi yang dikenalkan dan diajarkan orang-orang Barat tersebut baru berupa kulit (surface). Visi mereka tidak mewakili tujuan hidup yang sebenarnya. Jangkauan visi mereka hanya sebatas dunia saja.

Orang-orang Barat tidak mengimani adanya hari Kiamat dengan segala peristiwa yang menyertainya. Karena itu, mereka hanya fokus pada kehidupan dunia ini saja.

Kepuasan mereka hanya di sini, di dunia ini. Perjuangan mereka sebatas kehidupan saat ini. Itulah visi yang semu, sebagaimana di sebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
Dan mereka berkata, "Hidup hanya di dunia ini, dan kita tidak akan di bangkitkan." (QS. Al-An'am [6]: 29)

Ketika sebuah visi hanya di tujukan pada kehidupan dunia semata, maka kebahagian sejati dan kemuliaan yang sesungguhnya tidak akan dapat diwujudkan. Ujung-ujungnya kekecewaan, bahkan kehampaan.

Begitu banyak orang merasa telah berhasil mencapai visi, harapan, dan cita-citanya. Mereka dianggap telah "sukses" secara materi dan karir, tetapi justru merasa ada yang hilang dalam hidupnya.

Mereka baru menyadari selama ini telah mendaki anak tangga yang salah. Setelah sampai di puncaknya justru mereka menyadari bahwa harta, uang, kehormatan, jabatan, dan segala macam yang diimpikan dan dijadikan visi hidup oleh kebanyakan
manusia bukanlah sesuwatu yang mereka butuhkan.

Betapa banyakorang di usia lima puluh tahun, saat merak mencapai puncak sukses, kaya, dan terkenal, justru menyesali hidupnya. Mereka dulu sangat yakin jika visinya tercapai, mereka
akan menikmati kebebasannya.

Kenyataanya mereka justru memandang dirinya selama ini hanya
menjadi budak waktu. Mereka bekerja sekedar untuk memenuhi tuntutan para mitra dan kliennya. Keberhasilannya justru menjadi "penjara" bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah Swt.
sudah mengingatkan hal ini dengan firman-Nya:
...Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
(QS. Ali Imran [3]: 185)

Itulah visiorang-orang kafir yang mengingkari hari akhir. Di dunia mereka tidak merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, di akhirat mereka celaka dan mendapat azab yang abadi.
Firman Allah Swt.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan ( tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan mersa puas dengan
kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang telah mereka lakukan. (QS. Yunus [10]: 7 dan 8)

SEJATI DAN MEMBAHAGIAKAN
Visi yang di kenalkan Barat sesungguhnya tidak lebih dari membangun mimpi indah yang ujungnya kekecewaan belaka. Sementara Islam menwarkan visi yang lebih progresif, menjanjikan, dan menentramkan, yaitu visi akhirat.

Orang yang mengimani hari akhir lebih termotivasi untuk berbuat kebajikan. Mereka tidak ragu sedikitpun untuk beramal saleh, baik dilihat maupun tidak oleh orang lain, dibalas atau tidak.

Mereka yakin, jika dunia belum mendapatkan balasan kebaikan, pasti di akhirat akan medapat balasan yang berlipat.

Bagi orang yang beriman kepada hari akhir, dunia ini adalah ladang untuk beramal. Sebagaimana petani yang baik, mereka akan mengolah lahannya dengan sebaik-baiknya, menanam dengan bibit yang baik, rajin memupuk dan menyirami tanaman tersebut. Mereka tidak lupa menyiangi dan membasmi segala bentuk hama yang mengancam keselamatan dan kesuburan tanamannya.

Selain rajin beramal saleh, mereka memelihara diri dari maksiat, berlaku zalim, dan berbuat dosa. Sebab, mereka yakin bahwa setiap amal perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Orang yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan. Sementara orang yang menanam kejahatan akan memanen siksaan. Bahkan, kata Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Al-Zalzalah [99] ayat 7 dan 8, amal kebaikan seberat biji zarrah pun akan diberi balasannya. Begitu pula perbuatan buruk.

Orang yang mengimani hari akhir akan tenang hatinya. Sebab, mereka percaya semua janji Allah Swt. pasti terpenuhi dan tidak ada yang diselisihi. Mereka tidak diliputi rasa was-was dan tidak pula keraguan sedikitpun di dalam hatinya. Mereka sangat yakin bahwa segala investasi kebaikannya pasti aman dan akan dilipat gandakan sampai hitungan yang tak terbatas di dunia dan di akhirat.

Selain hidup mereka bergairah, penuh semangat, dan senantiasa bahagia, dari hari ke hari hidup mereka semakin baik dan sempurna. Kesalahan mereka semakin sedikit, sebaliknya kebaikan terus bertambah.

RAHASIA PERADABAN ISLAM
Itulah gambaran orang yang beriman kepada hari akhir. Mereka percaya bahwa hari akhir itu lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Itu pula rahasia di balik kehebatan peradaban Islam. Ia tumbuh, berkembang, meluas, dan mengalahkan semua peradaban yang telah lama bertahan.

Kaum Muslimin yang berperadaban Islam pasti beriman kepad hari akhir. Mereka memiliki etos kerja dan etos jihad yang luar biasa. Kehidupannya tidak diisi kecuali kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat saja. Tidak ada hari tanpa kemajuan, karena hidup bergerak menuju kesempurnaan.

Kesadaran aka hari Kiamat adalah pusat dari segala integritas, sekaligus pemenuhan dahaga ruhani. Orang yang beriman pada hari akhir menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan ini tidak dirancang hanya berhenti di dunia ini saja. Ada siklus selanjutnya sebagaimana ada siklus kehidupan sebelumnya.

'Ala kulli hal, keimanan kepada hari akhir tidak menghasilkan sesuatu kecuali kebaikan, kemuliaan, dan kesempurnaan. Orang-orang yang beriman kepada hari akhir tidak akan memandang remeh kehidupan dunia. Mereka tetap berusaha memenuhi kebutuhan dunia berupa rezeki yang halal, kedudukan sosial yang baik, kepemimpinan yang terhormat, dan kesehatan yang prima. Mereka tetap manusia yang memerlukan fasilitas hidup yang layak, baik untuk membangun agama maupun dunianya.

Mereka inilah orang-orang yang sukses dalam arti yang sebenar-benarnya. Mereka hidup secara hasanah di dunia, mereka hidup hasanah pula di akhirat.
Wallahu a'lam.[]

Tidak ada komentar: