Pada beberapa minggu lepas, semasa menyampaikan kuliah maghrib di Surau Al-Mustaqim Presint 14 Putrajaya, saya sempat membahaskan pandangan-pandangan ulama’ berkaitan apakah makmum solat berjemaah berkewajipan membaca Al-Fatihah di belakang imam. Perbahasan ini saya kutip dari kitab Tafsir Ibnu Katsir dalam Bab Keutamaan Surah Al-Fatihah. Mengenai hal ini, terdapat 3 pandangan para ulama’ :
Pandangan Pertama :
Setiap makmum wajib membaca Al-Fatihah sebagaimana imam. Hal ini berdasarkan keumuman Hadith :
Tidak ada kewajipan sama sekali bagi makmum membaca Al-Fatihah atau surah selainnya, baik dalam solat Jahr (solat imam membaca lantang) atau solat Sirri (solat imam membaca perlahan). Pendapat ini berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitan Musnadnya, dari Jabir bin Abdullah, bahawa Nabi SAW bersabda :
Pandangan Ketiga
Al-Fatihah wajib dibaca oleh makmum dalam solat Sirri, dan tidak wajib di baca dalam solat Jahr. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Sohih Muslim, dari Abu Musa Al-’Asy’ari, beliau berkata bahawa Nabi saw bersabda :
Hadith ini menunjukkan bahawa pendapat ini, yang juga merupakan Qaul Qadim (pendapat lama) Imam Syafie dan juga salah satu pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, adalah pendapat yang benar.
Setiap makmum wajib membaca Al-Fatihah sebagaimana imam. Hal ini berdasarkan keumuman Hadith :
Pandangan Kedua :لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
Maksudnya :
Tidak sah solat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah
(Riwayat Bukhari & Muslim)
Tidak ada kewajipan sama sekali bagi makmum membaca Al-Fatihah atau surah selainnya, baik dalam solat Jahr (solat imam membaca lantang) atau solat Sirri (solat imam membaca perlahan). Pendapat ini berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitan Musnadnya, dari Jabir bin Abdullah, bahawa Nabi SAW bersabda :
Namun hadith ini terdapat kelemahan pada isnadnya. Sementara Imam Malik meriwayatkan dari Wahab bin Kaisan, dari Jabir bahawa itu merupakan perkataan Jabir sendiri (bukan dari Nabi saw). Hadith tersebut diriwayatkan dari beberapa jalur periwayatan yang berbeza, namun tidak ada satu pun yang boleh dikatakan sohih berasal daripada Nabi saw.من كان له إمام فقراءته له قراءة
Maksudnya :
Barangsiapa solat bersama seorang imam, maka bacaan imam itu adalah bacaan untuk makmum juga
Pandangan Ketiga
Al-Fatihah wajib dibaca oleh makmum dalam solat Sirri, dan tidak wajib di baca dalam solat Jahr. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Sohih Muslim, dari Abu Musa Al-’Asy’ari, beliau berkata bahawa Nabi saw bersabda :
Demikian juga yang diriwayatkan oleh para penyusun kitab Sunan yang lain seperti Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah – daripada Abu Hurairah, hadith yang sama maksudnya dengan Hadith Muslim ini.إنما جعل الإمام ليؤتم به فإذا كبر فكبروا وإذا قرأ فأنصتوا
Maksudnya :
Sesungguhnya imam itu dijadikan sebagai pautan. Jika dia bertakbir, maka hendaklah kalian bertakbir. Dan jika dia membaca (Al-Fatihah dan surah lain), maka semaklah oleh kalian….
Hadith ini menunjukkan bahawa pendapat ini, yang juga merupakan Qaul Qadim (pendapat lama) Imam Syafie dan juga salah satu pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, adalah pendapat yang benar.
Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (HR Sittah)
Namun bagaimana dengan makmum, adakah juga merupakan kewajiban (rukun) atasnya? Ternyata dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian mewajibkannya dan sebagian lain tidak mewajibkannya.
Sebab perbedaan mereka karena adanya perbedaan dalil yang sama-sama shahih.
1. Abu Hanifah
Beliau berpendapat bahwa seorang makmum tidak wajib membaca surat Al-Fatihah secara mutlak. Baik dalam shalat sirriyah maupun dalam shalat jahriyah.
Beliau mengatakan bahwa ketika seorang menjadi makmum, maka yang wajib membaca surat Al-Fatihah adalah imam shalat. Dan bacaan imam menggugurkan kewajiban makmum membaca surat Al-Fatihah.
Landasan syar”i yang melatar-belakangi pendapat beliau adalah firman Allah SWT yang memerintahkan kita untuk mendengarkan ketika Al-Quran dibacakan.
Bila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan perhatikanlah, semoga kamu dirahmati. (QS Al-A”raf: 204)
Juga berlandaskan hadits nabi berikut ini:
Orang yang shalat di belakang imam, maka bacaan imam menjadi bacaan aginya.
2. Al-Malikyah
Dengan adanya dua dalil yang berbeda, padahal sama-sama shahih, beliau berpendapat bahwa membaca Al-Fatihah mandubah (disunnahkan) pada shalat sirriyah (Dzhuhur atau Ashar). Namun makruh pada shalat jahriyah (Maghrib, Isya” Shubuh, Jumat, tarawih, tahajjud, witir, dan lain-lain).
3. Al-Hanabilah
Sedangkan Al-Hanabilah berpendapat bahwa membaca Al-Fatihah mustahbbah (disukai) pada shalat sirriyah (Dzhuhur atau Ashar). Juga pada saat imam diam pada shalat jahriyah. Namun makruh pada shalat jahriyah, yaitu pada saat imam sedang membaca Fatihah.
4. As-Syafi”i dan pendukungnya
Berbeda dengan pendapat di atas, Al-Imam Asy-Syafi”i rahimahullah justru ingin memadukan dua dalil yang diperdebatkan. Beliau mengatakan bahwa meski sebagai makmum harus ikut imam, tetapi urusan baca surat Al-Fatihah tetap wajib dan rukun. Tidak boleh ditinggalkan dan tidak cukup bacaan imam sebagai bacaan bagi makmum. Namun kewajiban mendengarkan bacaan imam juga tidak bisa dinafikan begitu saja. Sebab dalilnya qath”iyyuts-tsubut dan qath”iyud-dilalah.
Maka harus dicarikan jalan tengahnya. Dan jalan tengahnya adalah bahwa ketika imam sedang membaca surat Al-Fatihan, makmum wajib mendengarkannya. Dan setelah selesai membaca Amin, sebelum imam membaca surat tambahan, makmum membaca sendiri surat Al-Fatihah. Sehingga kedua dalil yang diperdebatkan bisa sama-sama dilaksanakan.
Sumber : http://www.ustsarwat.com/search.php?id=1160977488