"Si kecil" bagaikan lembaran kertas putih yang harus Qt jaga sebaik mungkin...
Lukiskanlah warna warni kebaikan pada lembaran putihnya...
Pahatkanlah ukiran akhlakul karimah sejak sebelum kehadirannya...
Tanamkanlah tauhid yang kokoh di dalam lubuk hatinya...
Jadikanlah ia insan kecil yang di cintai oleh Allah, RasulNya, serta oleh seluruh makhluk yang mencintaiNya...
PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM
Keluarga
mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia
pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri
anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah
sudahnya.
Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam
pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan
masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan
personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam telah menyadari
pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam
upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha
ntuk mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain:
1.
Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar
meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan
mempersiapkan generasi.
2. Merusak generasi muda dengan
upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari
keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
3. Merusak
masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga
keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum
ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui
keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran
kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak
kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci
merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap
diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan
kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam
kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat,
juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan
dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan
binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah
ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik,
menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang
dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan
umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.”
TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Banyak
penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan individu
muslim. Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal
yang tentu saja bermanfaat. Apa yang mereka katakan kami ringkaskan
sebagai berikut:
” Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam islam
mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu
untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tak perlu
dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian
ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan
seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.” (Aisyah
Abdurrahman Al Jalal, Al Mu’atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at
Thiflil Muslim wa Thuruq ‘Ilajiha, hal. 76.
MEMPERHATIKAN ANAK SEBELUM LAHIR
Perhatian
kepada anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih
isteri yang shalelhah, Rasulullah SAW memberikan nasehat dan pelajaran
kepada orang yang hendak berkeluarga dengan bersabda :
” Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu
pula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang
yang datang melamarnya. Hendaknya mendahulukan laki-laki yang beragama
dan berakhlak. Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan
bersabda :
“Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan
akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi
fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar”
Termasuk
memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam
kehidupan rumah tangga kita. Rasulullah memerintahkan kepada kita:
“Jika
seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: “Dengan
nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah
syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”. Maka andaikata
ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang
dapat mencelakakannya”.
MEMPERHATIKAN ANAK KETIKA DALAM KANDUNGAN
Setiap
muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama
kasih sayang dan kebajikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian
kepada anak sebelum kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun
memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam
kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak
berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya.
Sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat
bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang
bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil” (Hadits riwayat Abu Dawud,
At Tirmidzi dan An Nasa’i. Kata Al Albani dalam Takhrij al Misykat:
“Isnad hadits inijayyid’ )
Sang ibu hendaklah berdo’a untuk
bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang shaleh dan
baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum muslimin. Karena
termasuk do’a yang dikabulkan adalah do’a orangtua untuk anaknya.
MEMPERHATIKAN ANAK SETELAH LAHIR
Setelah kelahiran anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan hal-hal berikut:
1. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.
Begitu
melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak
famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini.
Firman Allah ‘Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
bersama malaikat:
“Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia
tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang
(kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya ‘qub. ”
(Surah Hud : 71).
Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya ‘Alaihissalam:
“Kemudian
malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan
shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu
dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya ” (Ali Imran: 39).
Adapun
tahni’ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal
ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak
bayi, maka beliau mendo’akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi
langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )” ( Hadits riwayat
Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al Mundzir menuturkan:
Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang laki-laki
datang kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat
kelahiran anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan
selamat kepadamu. Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia
penunggang kuda atau himar? Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti
kita ucapkan. Katanya: Ucapkanlah:
“Semoga berkah bagimu dalam
anak, yang diberikan kepadamu, Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi,
dikaruniai kebaikannya, dan dia mencapai kedewasaannya” ( Ibnu Qayyim Al
Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil Maulud.)
2. Menyerukan adzan di telinga bayi.
Abu Rafi’ Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan:
“Aku
melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali
ketika dilahirkan Fatimah” ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi.
Hikmahnya,
Wallahu A’lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua
kalimat syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga
bayi. Juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk
mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia
senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai
dengan pemyataan hadits:
” Jika diserukan adzan untuk shalat,
syaitan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak
mendengar seruan adzan” (Ibid)
3. Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut).
Termasuk
sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi
adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau
menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit
mulut bayi. Caranya,dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di
ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan
lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka
diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa
menuturkan:
“Ketika aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku
datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan
korma dan mendo’akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku”.
Tahnik
mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr.
Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar,
edisi 50, menyebutkan: “Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu’jizat
Nabi dalam bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia
mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan
bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam
kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal:
a. Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan).
b. Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya.”‘
4. Memberi nama.
Termasuk
hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik.
Diriwayatkan dari Wahb Al Khats’ami bahwa Rasulullah bersabda:
”
Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta’ala yaitu
Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan
Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah” ( HR.Abu Daud
An Nasa’i)
Pemberian nama merupakan hak bapak.Tetapi boleh
baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada
kakek, nenek,atau selain mereka.
Rasulullah merasa optimis dengan
nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi
Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam tatkala
melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau
bersabda: “Semoga mudah urusanmu”
Dalam suatu perjalanan beliau
mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya.
Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan
tidak melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)
Termasuk
tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau
pernah mengganti nama seseorang ‘Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan
Zur’ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :”Nabi mengganti
nama ‘Ashi, ‘Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau
mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji’
dengan Al Munba’its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau),
Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu
Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan
balk).” (Ibid)
5. Aqiqah.
Yaitu kambing yang
disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya:
Rasulullah bersabda:
“Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya” (HR. Al Bukhari.)
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,bahwaRasulullah bersabda:
“Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah
merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat
dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari
kelahiran. Namun, jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh
dilaksanakan kapan saja, Wallahu A’lam.
Ketentuan kambing yang
bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis
domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing
kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat.
6. Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya.
Hal
ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat
memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan,
Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.)
Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya:
“Fatimah
Radhiyalllahu ‘anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu
Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya
(HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa’)
7. Khitan.
Yaitu
memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak
laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada
anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa
Rasulullah bersabda:
“Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut
kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak” (HR.
Al-bukhari, Muslim)
Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA’lam.
Inilah
beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh
orangtua atau pada saat-saat pertama dari kelahiran anak.
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
A.
Membacakan ayat tertentu dari Al Qur’an untuk wanita yang akan
melahirkan; atau menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau
menulisnya lalu dihapus dengan air dan diminumkan kepada wanita itu atau
dibasuhkan pada perut danfarji (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam
melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada dasamya yang shahih dari
Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan rasa sakit
karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari
rasa sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan
dengan ruqyah yang disyariatkan.
B. Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan.
Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka:
“Apabila
seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan,
hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan
menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka
lakukan itu”(Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang
bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya
karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan
isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya,
semuanya berada di tangan Allah ‘Azza wa lalla. Dialah yang memberi dan
menolak. Firman-Nya:
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia
menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan
Mandul siapa yang Dia kehendaki…” (Surah Asy Syura :49-50).
Semoga Allah memberikan petunjukkepada seluruh kaum Muslimin.
C.
Menamai anak dengan nama yang tidak pantas.Misalnya, nama yang bermakna
jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau
tokoh kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak
anak yang wajib atas walinya.
Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu.
D.
Tidak menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah
merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam, dan mengikuti
tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan.
E. Tidak
menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang
mengundang untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20
ekor kambing, ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan.
Ada pula yang kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan
menyembelih hanya seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi
yang disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu
‘alaihi wasalam tanpa menambah ataupun mengurangi.
F.
Menunda khitan setelah akil baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada
beberapa suku, seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara yang
biadab di hadapan orang banyak.
Itulah sebagian kesalahan, dan
masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika
dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Karena
apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan
yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud
fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi)
MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA ENAM TAHUN PERTAMA
Periode
pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan
periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai
pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang
terekam dalam benak anak pada periede ini, nanti akan tampak
pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya ketika menjadi
dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah.)
Karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam periode ini.
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
1. Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari pihak kedua orangtua, terutama ibu.
Ini
perlu sekali, agar anak belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak
merasakan cintakasih ini,maka akan tumbuh mencintai dirinya sendiri saja
dan membenci orang disekitamya. “Seorang ibu yang muslimah harus
menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang mesti menghalanginya untuk
memberikan kepada anak kebutuhan alaminya berupa kasih sayang dan
perlindungan. Dia akan merusak seluruh eksistensi anak, jika tidak
memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang dikaruniakan Allah
dengan rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang memancar dengan
sendirinya untuk memenuhi kebutuhan anak.” (Muhammad Quthub,Manhaiut
Tarbiyah Al Islamiyah, juz 2.)
Maka sang ibu hendaklah senantiasa
memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar
rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
2. Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari awal kehidupannya.
Kami
kira, ini bukan sesuatu yang tidak mungkin. Telah terbukti bahwa
membiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu
dan tetap, sesuatu yang mungkin meskipun melalui usaha yang berulang
kali sehingga motorik tubuh akan terbiasa dan terlatih dengan hal ini.
Kedisiplinan
akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga
mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
3. Hendaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya.
Yaitu
dengan menetapi manhaj Islam dalam perilaku mereka secara umum dan
dalam pergaulannya dengan anak secara khusus. Jangan mengira karena anak
masih kecil dan tidak mengerti apa yang tejadi di sekitarnya, sehingga
kedua orangtua melakukan tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini
mempunyai pengaruh yang besar sekali pada pribadi anak. “Karena
kemampuan anak untuk menangkap, dengan sadar atau tidak, adalah besar
sekali. Terkadang melebihi apa yang kita duga. Sementara kita melihatnya
sebagai makhluk kecil yang tidak tahu dan tidak mengerti. Memang,
sekalipun ia tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu semua berpengaruh
baginya. Sebab, di sana ada dua alat yang sangat peka sekali dalam diri
anak yaitu alat penangkap dan alat peniru, meski kesadarannya mungkin
terlambat sedikit atau banyak.
Akan tetapi hal ini tidak dapat
merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap secara tidak sadar, atau
tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak sadar, atau tanpa
kesadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di sekitamya.”
(Ibid.)
4. Anak dibiasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan dalam pergaulannya.
Antara lain: (Silahkan lihat Ahmad Iuuddin Al Bayanuni,MinhajAt TarbiyahAsh Shalihah.)
”
Dibiasakan mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan.
Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya
ke tangan kanannya secara halus.
” Dibiasakan mendahulukan
bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau
lainnya memulai dari kanan dan ketika melepas pakaiannya memulai dari
kiri.
” Dilarang tidur tertelungkup, tetapi sebaiknya dibiasakan tidur dengan miring ke kanan.
”
Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak
tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya.
” Dicegah menghisap jari dan menggigit kukunya.
” Dibiasakan sederhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
” Dilarang bermain dengan hidungnya.
” Dibiasakan membaca Bismillah ketika hendak makan.
” Dibiasakan untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain.
” Tidak memandang dengan tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
” Dibiasakan tidak makan dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
” Dibiasakan memakan makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
” Dibiasakan kebersihan mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur.
”
Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang
disenangi, dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak
familinya yang masih kecil, dan anak-anak tetangga jika mereka
melihatnya sedang menikmati sesuatu makanan atau permainan.
” Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
” Dibiasakan membaca “Alhamdulillah” jika bersin, dan mengatakan
“Yarhamukallah” kepada orang yang bersin jika membaca “Alhamdulillah”.
” Supaya menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
” Dibiasakan berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
” Tidak memanggil ibu dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).
”
Ketika berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih
tua darinya, dan tidak memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk
menghormati mereka.
” Dibiasakan bejalan kaki pada trotoar, bukan di tengah jalan.
” Tidak membuang sampah dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.
”
Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan
mengatakan “Assalamu ‘Alaikum” serta membalas salam orang yang
mengucapkannya.
” Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
” Dibiasakan menuruti perintah orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu yang diperbolehkan.
”
Bila membantah diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan
suka rela, jika memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima
kebenaran, karena hal ini lebih baik daripada tetap membantah dan
membandel.
” Hendaknya kedua orangtua mengucapkan terima
kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi larangan. Bisa
juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan
atau diajak jalan-jalan.
” Tidak dilarang bermain selama
masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang
diperbolehkan, sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan
pada periode ini penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
”
Ditanamkan kepada anak agar senang pada alat permainan yang dibolehkan
seperti bola, mobil-mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya.
Dan ditanamkan kepadanya agar membenci alat permainan yang mempunyai
bentuk terlarang seperti manusia dan hewan.
” Dibiasakan
menghormati milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun
makanan orang lain, sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri.
Wahai pangeran kecil impianQ...
Senyuman manis mu bagaikan secercah sinar mentari...
Sinar mentari yang mampu mengukir keceriaan di setiap detak jantungQ...
Wahai putri kecil impianQ...
Engkau bagaikan rembulan bagiQ...
Rembulan dengan kelembutan cahya mu yang mampu melukiskan kedamaian di setiap hembusan nafasQ...
Ana Uhibbu Ilaikum...
May Allah be pleased with me...