Minggu, 28 April 2013

***MATA AIR SPIRITUAL***




"Dan berbuat baiklah kepada orangtua dengan kebaikan yang sempurna..." (QS. Al-Baqarah : 83)

Orang tua itu mata air spiritual pertama. Saat merka lelap dalam tidurnya, tatap lekat-lekat wajahnya. Telusuri gurat-gurat lelahnya karena telah bersusah payah demi Anda, anaknya yang tidak akan pernah bisa membalas jasanya seumur hidup Anda.

Lihat dekat-dekat tubuhnya yang mulai di makan usia. Uban di rambutnya. Keriput kulitnya. Gelambir tubuhnya. Semua mulai aus dimakan zaman; dan Anda, barang kali, tidak akan pernah mengembalikannya. Anda mungkin saja tak akan mampu membahagiakan secara utuh, lahiriyah dan batiniyah. Sebab, kasihnya abadi, pemberiannya tidakbertepi. Sementara Anda selalu merasa kurang puas atas laku mulianya.

Ibu. Dialah surga pertama. Kala ia hanyut dalam mimpi lelahnya karena memikirkan Anda, anak kinasihnya, pandangi dalam-dalam perjuangan fisiknya melahirkan Anda ke dunia. Rasa sakitnya yang tak terperi demi Anda, si jabang bayi. Ia merintih menahan pedihnya gejolak janin yang kelak mewujud menjadi putra-putrinya: Anda.Setelah itu, ia masih berjihad membesarkan Anda dalam buaian dan asuhan yang terbaik semampu mereka, dengan sehabis-habis kemampuan yang dimilikinya. Dialah madrasah pertaman hidup Anda seutuhnya. Dialah yang menanam benih-benih kebaikan dari jiwanya. Anda belajar sabar darinya. Kesetiaan. Ketulusan. Perhatian. Pengertian. Dan segala kebaikan yang kelak menyadarkan [atau belum] menyadarkan Anda.

Dia, perempuan surga Anda, memang tidak secerdas dan sepintar Anda. Dia juga barangkali belum pernah mencecap senarai ilmu yang kini Anda ketahui dan pahami. Bukan manusia
sekolahan seperti Anda. Tapi, justeru karena dialah, Anda bisa mengenyamnya; ijazah dengan gelar bergengsi yang melejitkan kedudukan Anda. Bahkan, ilmu yang tidak Anda alami di bangku
sekolah, justeru saripatinya bisa Anda dapatkanpadanya,; kebijaksanaan hidup yang bahkan kata pun tak mampu merangkainya. Karena dialah Anda akhirnya mengada. Dan Anda? Sudahkah Anda mengikuti jejak mulianya dalam memilih hidup Anda.

AYAH. Dialah pahlawan. Jika ia sedang mendengkur dalam tidurnya, dengarkan dengan sepenuh hati iramanya. Hmm. Harmoninya sungguh menyebalkan, barangkali. Tapi rasakanlah dengan kalbu Anda dalam notasinya itu ada pikiran yang tidak pernah jeri tentang Anda. Ada kerja keras dari ujung kaki hingga
ujung helai rambutnya yang mulai berwarna perak atau benar-benar kelabu semua. Ada tanggung jawab yang terus-menerus dipikulnya demi kebaikan Anda hingga sekarang ini.

Dia, laki-laki juara satu Anda, mungkin, bukan laki-laki saleh, bukan tokoh agama, bukan orangkaya, bukan manusia yang namanya bisa melejitkan posisi dan setatus Anda, tapi karena dialah Anda bisa menikmati makanan dalam perbagai rasa, bisa berpakain layak dan bersih, dapat menikmati rumah, tempat merajut mimpi-mimpi indah. Karenanya, Anda bisa mengenal A-B-C-D kehidupan, baik di dalam lembaga pendidikan, maupun tidak. Padanya: Anda belajar tanggung jawab, kerja keras, dan kasih sayang yang tak terurai dalam rumusan bahasa dan buku-buku sekolah.

IBU dan AYAH. Merekalah mata air spiritual yang memang tak akan pernah lekang di makan zaman. Meski Anda, jika tidak ada yang suka atas kelakuan mereka berdua, berusalah menghapusnya dalam sejarah Anda, alam dan waktu dan darah akan selalu menyimpannya di dalam benak Anda. Karenanya, menafikkan mereka sebuah percuma, kesia-siaan belaka. Hanya satu jawabannya: Mencintai mereka dengan sepenuh hati. Bukan mereka yang yang selayaknya menuntut dipahami, tapi Andalah yang seyogyanya memahami mereka. Itu bila Anda merasa lebih pintar, berpengalaman dan berwawasan ketimbang mereka
berdua. Bukankah sudah selayaknya yang lebih "sekolahan" lah yang sejatinya memahami, bukan sebaliknya?

Saudara, sebelum mata air spiritual itu habis di telan bumi [baca: meninggal dunia], jangan pernah lelah untuk mencintainya. Semoga surga sejati menanti Anda. Salam berkah selalu untuk Anda.[]

Semoga bermanfaat bagi kita semua terutama untuk diri saya sendir, amiiiin Ya Rabb....

Tidak ada komentar: