Do’a adalah harapan, do’a adalah semangat, do’a adalah kepasrahan,
do’a juga wujud dari kepatuhan dan rasa ta’dhim kepada Sang Khaliq. do’a
juga sering menjadi jalan terakhir ketika usaha lahir tidak membuahkan
tanda-tanda keberhasilan.
Saya mempunyai sebuah kisah nyata dari
seorang sahabat yang pernah menuturkannya kepada saya, alkisah
………Disiang yang terik, saya mendatangi sahabat saya yang bekerja
disebuah toko, seperti biasanya setelah basa-basi sejenak pembicraan pun
sampai pada hal-hal yang serius.
” Pusing banget kang ” begitu keluhnya sambil memegangi kepalanya
” makanya buruan nikah, biar tidak pusing ” jawabku sekenanya
” yeee…. malah tambah pusing mikirin setoran, apalagi kalau sudah punya anak ” kilahnya
” mending pusing tapi punya anak-bini, wajar, lha…kamu sudah ngejoblo pakai pusing lagi”
” iya…iya kang? tapi kalau sendirian kan tidak ada yang mendemo kalau lagi tongpes?”
” itulah kawan ! kita kadang terlalu
lama & jauh menerawang masa depan yang kita sendiri tidak tau
seperti apa wujud aslinya nanti, kita hanya mencoba menerka-nerka, masih
ingat kata ustadz kita dulu? hutan itu tidak cuma dihuni singa atau
macan, tapi ada juga pemandangan yang indah, air terjun, dan buah-buahan
segar yang alami ” saya menghentikan katakata saya sambil melirik
ke arah sahabat saya, wajahnya berubah muram persis seperti langit yang
tiba-tiba diselimuti mendung tebal.
” ya .. kang saya masih ingat, tapi
entah kenapa saya sudah tidak bisa lagi merasakan nikmatnya beribadah,
saya juga sudah lelah dengan kehidupan yang serba tidak jelas ini, saya
capek…….capek banget “ wajahnya semakin lesu tanpa pancaran semangat
” jangan putus harapan, jangan memutuskan tali rahmat Alloh ! “ saya mencoba mengingatkannya
” percuma kang, dulu saya rajin
berdo’a, tapi karena tidak juga terkabul akhirnya saya berhenti tidak
lagi baca-baca do’a, sholat saja sudah jarang-jarang “
” astaghfirullohal ‘adhim …. saya
lihat orang tua kamu rajin sholat & sering mengikuti mujahadah
thariqoh, kita harusnya meniru jejak orang tua kita”
” nha… itu masalahnya, bapak itu
kerjaannya berdo’a dan berdo’a, malam tahajud, pagi dhuha, tapi nyatanya
boro-boro hidup kecukupan, rumah saja belum punya” imbuhnya.
karena hari sudah sore saya pamit
pulang, sebenarnya saya sudah tidak mau berdebat dengan sahabat saya
yang sedang mengalami proses pendewasaan oleh alam & pengalaman
hidup dirinya sendiri.
waktu pun begitu cepat berlalu, tak
menyisakan ruang tunggu bagi sang pemalas, yang hanya diam terpaku
meratapi nasibnya tanpa berusaha merubahnya. 3 tahun kami tidak pernah
bertemu karena dia pergi merantau ke luar negeri, dan pagi ini kami
dipertemukan oleh Alloh ditempat dimana dulu kami sering memancing,
ditepi sungai yang airnya tak sejernih dulu.
” bagaimana kabarmu kawan?” saya memulai percakapan dengan sapaan ala kadarnya
” alhamdulillah baik, kamu sendiri baik juga kan?” jawabnya singkat
” alhamdulillah seperti yang kamu lihat “ jawabku sambil mengajak dia untuk duduk dibatu yang dulu sering kami duduki
” subhanalloh ! kang benar katamu dulu “ tiba-tiba dia mengucapkan kalimat tasbih sambil menatapku dengan tajam
” apanya yang benar ? “ saya benar-benar heran
” 3 bulan yang lalu ada saudara dari
bapak, memberikan rumah beserta pekarangannya karena dia akan pindah ke
jakarta, dia sudah membeli rumah disana, rumahnya yang disini diberikan
kepada bapak ” dia bercerita sambil matanya berkaca-kaca, ada sorot penyesalan disorot matanya
” alhamdulillah, berarti sholat &
do’a bapakmu tidak siasia kan?” saya beranilkan diri mengungkit
pembicaraan kami 3 tahun yang lalu
” iya kang, ternyata salah satu do’a
yang sering bapak baca adalah semoga diberi rumah untuk kami meski
ngontrak asal tidak nebeng terus sama kakek, dan do’a itu terjawab
setelah bertahun-tahun, do’a bapak terijabah ketika saya sebagai anaknya
sudah meragukan dengan do’a-do’a bapak, saya jadi malu kang “ sorot matanya semakin memperlihatkan rasa sesal yang dalam
” tidak apa-apa….. bapak kamu pasti
memaklumi, kita kadang bisa mencapai kedewasaan dalam
berpikir&bersikap setelah mengalami beberapa proses, dan dalam
proses itu tak jarang kita juga terjebak salah, yang penting kita tetap
mau belajar……. belajar mengakui kesalahan meski hanya baru mampu kepada
diri sendiri, serta belajar mengambil hikmah dibalik semua kejadian ” saya mencoba membesarkan hatinya
…………………………………………………
sejak saat itulah sahabatku ini rajin
sholat dan berdo’a, semenjak saat itu pula dia percaya akan kekuatan
do’a, meski lama do’a itu pasti diijabah.(zid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar