“Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.”
(HR. Tirmidzi)
Kalau ditelaah lagi ada kaitan yang
sangat erat antara tiga criteria yang sudah dijelaskan Rasulullah diatas
dalam segi social perilaku manusia.
1. Jalan orang yang tertindas
Adanya orang yang tertindas disebabkan
dari adanya ke-dholiman, dan biasanya ke-dholiman dilakukan oleh mereka
yang merasa lebih tinggi kedudukannya seperti halnya seorang pemimpin.
Dalam situasi seperti ini orang yang didholimi secara reflek karena
ketidak berdayaannya untuk melakukan perlawanan, langsung mengadukan
kepada Tuhannya, dengan hancurnya martabat dan harga diri serta hati
yang tersakiti maka secara kontanitas menghilangkan beberapa sifat yang
membuat do’a tertolak seperti halnya tidak khusu’ ketika berdo’a atau
tidak yakin dengan do’anya.
Dalam hal ini, orang yang tertindas akan berjuang keras untuk bisa terbebas dari penindasan moral atau pun yang lainnya.
Sebagaimana firman Allah:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Yang demikian (siksaan) itu adalah
karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat
yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(Q.S Al-Anfaal Ayat: 53)
2. Jalan pemimpin yang adil
Setiap kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin
dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam
keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri
pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang
pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang
anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan
Muslim)
“Akan datang sesudahku penguasa-penguasa
yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran
dengan bijaksana, tetapi bila mimbar telah turun mereka melakukan tipu
daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.”
(HR. Ath-Thabrani)
Disini ada kaitannya dengan pembahasan
yang pertama, begitu beratnya beban seorang pemimpin untuk bisa
bersikap adil, supaya mereka yang dipimpin tidak terdholimi dengan
kepemimpinannya.
Sehingga Allah memberi tempat tersendiri kepada mereka yang bertanggung jawab dengan kepemimpinannya.
“Sesunguhnya orang-orang yang berlaku
adil, kelak disisi Allah ditempatkan diatas mimbar cahaya, yaitu mereka
yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang dikuasakan
kepada mereka.”
(HR. Muslim)
3. Jalan orang yang berpuasa
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Aku berkata : “Ya Rasulullah,
beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam
surga dan menjauhkan aku dari neraka”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan
sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah
ta’ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu
dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”.
Kemudian beliau bersabda : “Inginkah
kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? puasa itu adalah perisai,
shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan
shalat seseorang di tengah malam”.
Kemudian beliau membaca ayat :
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Kemudian beliau bersabda: “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?”
Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”.
Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah
shalat, dan puncaknya adalah jihad”.
Kemudian beliau bersabda : “Maukah
kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya,
wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah
ini”.
Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?”
Maka beliau bersabda : “Semoga engkau
selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada
yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah
mereka?”
(HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih”)
Erat kaitannya dengan kedua pembahasan
diatas, seorang yang tertindas manakala sudah berhasil menyingkirkan
penindasannya namun tidak mampu menjadi seorang pemimpin yang adil ia
pun akan terpuruk dan mendapat predikat sebagai penindas baru.
Disinilah peran puasa diperlukan guna
sebagai perisai untuk membentingi diri dari sifat-sifat tercela yang
menyebabkan terhalangnya sebuah do’a.
Dari Ibrahim bin Adham beliau memberikan penjelasan, mengapa do’a tidak terkabul:
- Kamu akui mengenal Allah, namun hak- hak- Nya tidak kamu penuhi.
- Kamu baca Al- Qur’an berulang kali, namun isi yang terkandung di dalamnya tidak kamu amalkan.
- Kamu akui cinta Rasulullah SAW, namun nasehat- nasehatnya tidak kamu jalankan.
- Kamu akui syetan itu adalah musuh manusia yang nyata, namun kamu telah patuh kepadanya.
- Kamu sering kali berdo’a mohon dihindarkan dari siksa api neraka, namun kamu jerumuskan dirimu ke dalamnya dengan banyak berbuat dosa dan maksiat.
- Kamu sering kali berdo’a mohon supaya bisa masuk surga, namun kamu tidak mau beramal baik untuknya.
- Kamu percayai kematian itu pasti datang, namun kamu tidak mau mempersiapkan diri menghadapi kematian.
- Kamu sering sibuk mengurusi aib orang lain, namun aibmu sendiri kamu lupakan.
- Kamu makan rizqi dari pemberian Allah, namun kamu tidak mau mensyukuri pemberian itu.
- Kamu kuburkan orang yang meninggal dunia, namun kamu tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa itu.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar