Hari ini, dalam redup mentari pagi, mari kita renungkan puisi karya Khalil Gibran.
Dalam rangka 70 tahun Kemerdekaan RI, yang ber judul #BangsaKasihan. Khalil Gibran adalah Pujangga Jordania, seabad silam.
BANGSA KASIHAN
Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak mereka tenun sendiri, makan roti dari gandum yang tidak mereka panen sendiri.
Dan minum anggur yang tidak mereka peram sendiri
Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah
Kasihan bangsa yang mengabaikan nafsu dalam mimpi2nya saat tidur, sementara menyerah saat bangun
Kasihan bangsa yang tak pernah angkat suara, kecuali ketika sedang berjalan di atas kuburan dan tak sesumbar kecuali di reruntuhan
Kasihan bangsa yang tak memberontak kecuali saat leher mereka sudah di antara pedang dan landasan
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, filsufnya gentong nasi, serta senimannya tukang tambal dan tukang tiru
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa baru dengan terompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian
Hanya untuk menyambut penguasa baru lainnya dengan terompet lagi
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung-hitung tahun-tahun berlalu, dan orang kuatnya masih dalam gendongan
Kasihan bangsa yang terpecah-pacah dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa
Dalam rangka 70 tahun Kemerdekaan RI, yang ber judul #BangsaKasihan. Khalil Gibran adalah Pujangga Jordania, seabad silam.
BANGSA KASIHAN
Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak mereka tenun sendiri, makan roti dari gandum yang tidak mereka panen sendiri.
Dan minum anggur yang tidak mereka peram sendiri
Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah
Kasihan bangsa yang mengabaikan nafsu dalam mimpi2nya saat tidur, sementara menyerah saat bangun
Kasihan bangsa yang tak pernah angkat suara, kecuali ketika sedang berjalan di atas kuburan dan tak sesumbar kecuali di reruntuhan
Kasihan bangsa yang tak memberontak kecuali saat leher mereka sudah di antara pedang dan landasan
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, filsufnya gentong nasi, serta senimannya tukang tambal dan tukang tiru
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa baru dengan terompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian
Hanya untuk menyambut penguasa baru lainnya dengan terompet lagi
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung-hitung tahun-tahun berlalu, dan orang kuatnya masih dalam gendongan
Kasihan bangsa yang terpecah-pacah dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar