Jumat, 05 Oktober 2012

Renungan Jumat - Ingat Mati

Seseorang pernah berkisah tentang hal yang ia takuti:


Pernah aku begitu galau. Setiap saat aku selalu ingat mati. Tidak pernah lepas sedetik pun dari ingatan, baik ketika tidur, bangun, siang atau malam, bahkan terasa mengalir dalam darahku. Aku dengar suara bisikannya di telingaku, aku takut sekali, tapi tak mampu melepaskan diri darinya atau lari dari bayang-bayang itu. Masalah ini membuatku tersiksa, yang menimbulkan rasa putus asa, sehingga tubuhku melemah dan terasa sakit.

Aku memandang hidup ini begitu gelap, yang diliputi awan tebal dan hitam. Aku putus harapan dan tidak bergairah menghadapi hidup. Akhirnya aku bertanya kepada seorang guru ahli agama, "adakah obat penawar bagi jiwaku yang dapat memberikan ketenangan dan gairah untuk hidup dari apa yang kutakutkan itu?"

Guru pun menjawab, "wahai putriku sayang, redakan gejolak hatimu yang ketakutan itu, kematian bukan seperti yang engkau bayangkan. Kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu. Kematian hanyalah sebuah fase peralihan dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lain, dan keimanan merupakan paspor untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera yang dijanjikan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nyayang saleh. Sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dari apa yang kau duga. Mungkin engkau pernah mengalami suatu kejadian yang membuatmu 'terpukul' (shock), misalnya kematian keluarga dekat yang paling kau cintai, dan kau begitu menggantungkan hidupmu padanya, sehingga ketika dia tiada, kau bagaikan anak ayam kehilangan induknya, tak tahu ke mana harus melangkah, dunia terasa gelap dan tiada gairah hidup. Engkau harus sadar, bahwa orang mukmin hendaknya memang harus selalu mengingat mati, tetapi bukan terus menerus mengingatnya, sehingga dapat mengganggumu dalam melakukan aktivitas. Ingatlah pada mati, sekadar untuk mengatasi kesombongan yang disebabkan oleh kekayaan, pangkat, jabatan, atau ilmu yang kita miliki.

Allah SWT berfirman dalam satu hadits Qudsi:
'Hai anak adam, Aku ciptakan seluruhnya untuk kamu dan aku ciptakan kamu untuk-Ku. Janganlah hanya mengurusi yang untukmu sehingga melupakan tugasmu (pengabdian) untuk-Ku'.

'Sedang mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali apa yang Allah kehendaki.' (QS. Al-Baqarah: 225).

Nah,putriku, janganlah lagi takut akan mati atau kematian."

Demikian setelah mendengarkan penjelasan dan nasihat guru itu, alhamdulillah hatiku tenang dan tentram, aku tak pernah merasakan ketakutan akan mati lagi, dan tekun mengikuti ibadah.


Sahabat Dunia Aksara, berikut beberapa alasan mengapa kita perlu mengingat kematian:

1. Mengingat mati adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Berdasar sebuah hadits:

Abu Hurairah RA meriwayatkan: “Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).


2. Maut kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah keliru dalam hitungannya, maka jauhilah perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah dan maksiat lainnya.

Sesuai dalam ayat: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannyabarang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34).

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Munafiqun: 11).

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.” (Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).


3. Maut tidak ada yang mengetahui kapan datangnya melainkan Allah Ta’ala semata, tetapi dia pasti mendatangi setiap yang bernyawa, maka jauhilah hal-hal yang tidak bermanfaat selama hidup.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS. Ali Imran: 185).

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34).


4. Siapa yang mati mulai saat itulah kiamatnya, tidak ada lagi waktu untuk beramal.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Orang-orang kampung Arab jika datang menemui Rasulullah SAW, mereka bertanya tentang hari kiamat, kapan datangnya, lalu Nabi Muhammad SAW melihat kepada seorang yang paling muda dari mereka, kemudian beliau bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan tidak mendapati kematian, maka mulai saat itulah kiamat kalian datang.” (HR. Muslim).

Al Mughirah bin Syu’bah RA berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian mengucapkan: “Kiamat, kiamat, maka ketahuilah, siapa yang mati mulai saat itulah dibangkitkan kiamat dia.” (Lihat kitab Al-Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa, 1/88).

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang demikian itu, karena seorang manusia jika mati, maka dia masuk ke dalam hari kiamat, oleh sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang mati mulailah kiamatnya, setiap apa yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari hari akhir. Jadi, alangkah dekatnya hari kiamat bagi kita, tidak ada jaraknya antara kita dengannya, melainkan ketika sesesorang mati, kemudian dia masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali balasan atas amal perbuatan. Oleh sebab inilah, harus bagi kita untuk memperhatikan poin penting ini.” (Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).


5. Dengan mengingat mati melapangkan dada, menambah ketinggian frekuensi ibadah.

“Anas bin Malik RA berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya,dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” (HR. Ibnu HIbban dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’).

Ad-Daqqaq rahimahullah berkata,“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah” (Lihat kitab At-Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby).


6. Dengan mengingat mati seseorang akan menjadi mukmin yang cerdas berakal, mari perhatikan riwayat berikut:

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku pernah bersama Rasulullah SAW, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah).


7. Hari ini yang ada hanya beramal tidak hitungan, besok sebaliknya. Ali bin Abi Thalib berkata, “Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal.” (Lihat kitab Shahih Bukhari).

Itulah semua manfaat perihal mengingat kematian. Semoga kita dapat mengambil manfaatnya dan tergolong orang-orang yang senantiasa selalu berusaha memperbanyak bekal menyongsong kematian.

Aamiin.
*Di himpun dari berbagai sumber.
*Ilustrasi : Internet.

Tidak ada komentar: