Minggu, 05 Februari 2017

MENJAGA RUMAH TANGGA

     Dalam Islam, menjaga keturunan (hifzhun nashb) termasuk tujuan bersyariat (maqashid syariah). Berbagai batasan dalam pergaulan dan membangun keluarga melalui pernikahan adalah untuk menjaga martabat dan kehormatan manusia agar tidak terjatuh pada derajat hina (kebinatangan). Sebaliknya, mengabaikan syariat dan bergaul bebas menuruti hawa nafsu hanya mengantar pada hancurnya rumah tangga dan kehidupan umat manusia itu sendiri.
     Allah SWT berfirman:
     "Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." (Al-Jatsiyah [45] : 18)
     Dalam membangun rumah tangga semua orang menginginkan rasa saling percaya sesama pasangan. Mereka berharap agar masing-masing bisa menjaga diri dalam pergaulan. Sebab, jika sebuah keluarga mengalami badai dan huru hara, niscaya seluruh bangunan yang ada runtuh seketika. Bahkan terkadang, masyarakat barat yang memuja kebebasan pun bisa goyah dengan kenyataan dan risiko yang melanda keluarganya.
     Oleh karena itu, meski terkesan biasa dan sudah lumrah, hendaknya seorang Muslim tetap menghindar sejauh-jauhnya dari ancaman prahara itu. Karena setan tak pernah berpangku tangan dalam membiarkan manusia hingga terjerembab dalam lembah kemaksiatan. Jika itu terjadi, selanjutnya setan bersorak riang karena kejahatan-kejahatan yang lebih besar akan terbuka. Mulai dari aborsi terhadap sang janin hingga pembunuhan terhadap pasangan gelap itu sendiri.
     Allah SWT berfirman:
     "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra [17]: 32)
     Jauhilah hal-hal yang mengundang godaan. Misalnya dalam berhias dan bertingkah laku. Kaum wanita juga mesti arif dan hati-hati berpenampilan. Hindari hal-hal yang mengundang syahwat mata lelaki yang memandangnya. Tutuplah aurat dan jaga hijab serta tampillah dengan penampilan sederhana. Berhias semestinya untuk suami di rumah, bukan dipamerkan di media sosial dan tempat umum.
     Allah SWT berfirman:
     "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu..." (Al-Ahzab [33]: 33)
     Disayangkan, sebagian kaum ibu, terutama yang muda, justru tertarik pamer kecantikanny di muka umum. Mirisnya, perempuan itu tampil "seadanya" saat menemui suaminya di rumah. Khusus di era reformasi ini, berhias dan bertingkah laku jahiliyah tidak hanya di lakukan di luar rumah, tapi juga bisa terjadi di media sosial, Dengan memajang foto-foto Selfie dan macam gaya tersebut mengundang lelaki iseng menggoda. Awalnya hanya kenalan, lalu akrab di dunia maya. Selanjutnya kopi darat alias janjian ketemu di dunia nyata.
     Sahabat Anshar, Saad bin ubadah RA berkata: Seandainya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebas pria itu dengan pedang. Hal ini di kuatkan oleh sabda Nabi SAW: "Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Saad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Saad. Dan Allah lebih cemburu dari padaku." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
     Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu pencemburu, kecemburuan Allah itu datang bila seorang mukmin melakukan hal yang diharamkan oleh-Nya." (Riwayat al-Bukhari)
     Oleh karena itu, rasa cemburu yang muncul dari suami atau istri janganlah di pandang negatif. Rasa cemburu itu adalah peringatan dini. Semacam sinyal yang menandakan bahaya yang mengancam pada orang yang dicintai. Rasa cemburu seorang suami kepada istrinya yang berdekatan dengan laki-laki lain, adalah tanda rasa cinta.
     Pun demikian, rasa cemburu istri kepada suaminya yang bergaul dekat dan bebas dengan wanita lain adalah bukti rasa cinta istri yang tidak ingin kehilangan suaminya. Lebih dari itu, rasa cemburu agar seorang Muslim tetap menjaga batas-batas pergaulan adalah perintah syariah yang juga bagian dari manifestasi iman. Taruhannya bukan hanya nasib di dunia, tetapi juga di Hari Akhirat.
     Rasulullah SAW bersabda: "Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada Hari Kiamat, orang yang durhaka kepada orangtuanya, wanita yang menyerupai pria dan dayuts (suami yang tidak cemburu kepada istrinya)." (Riwayat An-Nasai, Al-Hakim, dan Ahmad).

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: