Sabtu, 18 Februari 2017

Kala Kaisar Ming Sanjung Rasulullah dalam 'Pujian 100 Kata'.


Foto: Lianxipic

Advertisements

ISLAM dan peradaban Cina, telah lama bersentuhan. Pada 616-618 Masehi, Saad bin Abi Waqqas bersama tiga orang lainnya berkunjung ke negeri tirai bambu tersebut.

Di masa kekhalifahan Usman, beberapa kali utusan dakwah dan dagang dikirim ke wilayah yang kala itu dibawah Dinasti Tang.

Seperti diketahui Islam berkembang di jalur Sutra dan kawasan daratan Cina, seperti Xinjiang-dikenal dengan muslim Uyghur, hingga Ningxia, Gansu, Qinghai dan Xi’an.

Kedekatan Islam dengan dunia Cina kemudian memunculkan kekaguman dari seorang Kaisar Cina di Masa Dinasti Ming. Ia adalah Kaisar Hongwu (1368-1398 Masehi) yang sangat menyanjung Islam dan Nabi Muhammad SAW, hingga terciptalah puisi ‘Pujian 100 Kata’.

Kaisar Hongwu adalah kaisar pertama Dinasti Ming setelah digulingkannya Dinasti Yuan berbangsa Mongol, yang ikut mengenalkan Islam ke seantero Cina. Kekaguman Kaisar Hongwu terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW ini dituangkannya dalam puisi ‘Pujian 100 Kata’-The Hundred-word Eulogy atau (百字讃-bǎizìzàn).

Berikut puisi ‘Pujian 100 Kata’ tersebut:

“Sejak penciptaan alam semesta, Allah telah menunjuknya sebagai pemimpin keyakinan yang agung, Dari Barat ia lahir, Menerima Kitab Suci, Buku dari tiga puluh bagian (Juz), Untuk memandu semua ciptaan, Tuan dari semua Penguasa, Pemimpin di antara orang-orang yang suci, Dengan dukungan dari langit, Untuk melindungi umat-Nya, Yang mengerjakan ibadah lima waktu, Dalam diam berharap perdamaian, Hatinya terpaut ke Allah, Memberi kekuatan masyarakat miskin, Menyelamatkan mereka dari malapetaka, Membawa kegelapan menuju cahaya, Mengajak jiwa dan ruh menjauhi kesalahan, Sebuah rahmat bagi semesta alam, Meninggalkan ketertinggalan menuju keagungan, Menaklukkan segala kejahatan, Agama-Nya murni dan benar, Muhammad Sang Agung dan Mulia.”

Saat ini, salinan puisi ‘Pujian 100 Kata’ Kaisar Hongwu terpajang di beberapa masjid di Nanjing, Cina.

Kaisar Hongwu mewasiatkan beberapa salinan puisi ini untuk disimpan di masjid yang dibangun di Xijing dan Nanjing dan kota-kota komunitas muslim di Yunan selatan, Fujian dan Guangdong. []

Sumber: Republika.

Tidak ada komentar: