Kamis, 17 Agustus 2017

Kisah sang pejuang yang di lupakan

Kisah Letnan Satu Anwar, pengemis renta yang ditulis POSMETRO tahun 2008 silam kini menasional. Anwar yang  diangkat cerita jalan hidupnya ke media masa kala berusia 94 tahun, jadi perbincangan di media sosial. Tapi sayang, penghormatan yang datang tak diketahui Anwar. Si Beringas dari Kuranji itu dipuji kala tiada. Anwar wafat 2011 silam. Sang Letnan, menghembuskan nafas terakhirnya akibat sakit yang tak terobati. Anwar pergi membawa kisah tragis seorang pejuang.

Banyak yang prihatin, bahkan menangis membaca laporan usang POSMETRO Padang. Cerita tentang Anwar yang sekarat menahan lapar, tentang keengganannya menerima bantuan pemerintah dan tentang tangan keriputnya yang menadah di tengah terik matahari, trotoar Jalan Sudirman, Kota Padang. “Sedemikian pilu. Orang yang ikut mengokang senjata melawan penjajah, malah tersingkirkan dari negeri yang diperjuangkannya dengan darah dan air mata. Di masa tuanya, Anwar malah melakoni hidup sebagai pengemis di Kota Padang. Tidak ada lencana veteran, bintang pejuang atau salam penghormatan. Dia terlantar. Sebegitu kurangnya empati negeri ini. Atau memang demikian cara menghormati pahlawan?” ucap Rahmat Fauza yang mengaku sudah dua hari berkeliling Kota Padang untuk menemukan Anwar.

Rahmat bukan satu-satunya pemuda yang mencari keberadaan Anwar. Di jejaring Kaskus, belasan orang mengaku sudah berbulan-bulan mencari Anwar. Tapi tak bertemu. Hal yang sama juga dilakukan aktivis Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI). Dari Jakarta, mereka datang ke Padang untuk menyelamatkan Anwar. “Barangkali, sudah separoh Kota Padang kami jelajahi. Tapi tidak ada yang tahu, siapa Anwar,” tulis KCPI dalam situs resminya.

Kisah Anwar dibeberkan dipuluhan thread media sosial. Kepahlawannya diakui setelah dari keisengan salah satu pengguna internet yang mengedit foto Letnan Anwar agak kurang ajar. Foto Anwar yang diambil oleh fotographer POSMETRO Padang Ermansyah, saat tengah meminta sedekah itu, diedit seakan-akan Anwar meminta chip permainan poker. Ulah itu memancing reaksi warga dunia maya. Mereka marah, Anwar sang pahlawan dibuat demikian. “Benar-benar kelakuan yang tak bisa ditoleransi. Anwar itu pahlawan. Seharusnya kalian malu bukannya mempermalukan,” tutur beberapa pengguna Kaskus.

Pemimpin Kompi 3 Sumatera Selatan itu dipuji. Letnan Anwar, itulah sebenarnya pahlawan. Meski dilupakan, dirinya tak memberontak, tidak marah, atau mengkaji-kaji pengorbananya untuk negeri. “Tapi sekarang dia tiada. Angkat topi atas keteguhan hatinya,” sebut pengguna twitter @ikhocans.

**********
Kisah Anwar diberitakan POSMETRO 28 Juli 2008. Penulis kala itu bertemu Anwar yang sedang mengemis di Simpang Kandang, Kota Padang. Tubuhnya ringkih,  terduduk lesuh. Tanpa alas di atas trotoar yang panas karena ditempa sinar matahari. Dia pengemis tertua di Kota Padang. Pengemis yang memiliki masa muda hebat, tapi berakhir tragis.
Sepintas, Anwar memang tak beda dengan pengemis lain. Bau bacin, berkemeja lusuh, sandal jepit, dan kopiah luntur.

Bangsa yang besar dan bermartabat adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan nya.

Tidak ada komentar: