Kamis, 30 Maret 2017

TIGA HAL YANG MEMBUAT CELAKA

Ada tiga hal yang manusia mempunyai kecenderungan mengabaikannya, sehingga membuat dirinya celaka.
     Pertama, makan berlebihan dengan alasan masih sehat. Rasulullah selalu memberikan contoh (qudwah) yang baik dalam hal ini. Beliau senantiasa makan ketika merasa lapar dan berhenti sebelum kenyang.
     Kedua, memikul beban-beban yang berat dengan mengandalkan kekuatan.
     Ketiga, mengurangi pengamalan karena mengandalkan takdir. Orang yang senantiasa menunda-nunda amal kebaikan, sesungguhnya dia berada dalam kerugian yang nyata. Allah Swt berfirman: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al Ashr: 1-3)
     Kalau perhatian Anda hanya apa yang masuk ke perut, maka harga diri Anda ialah seperti apa yang keluar dari perut (tinja)...

Apakah Boleh Suami Atau Istri Menjilati Kemaluan Pasangannya

Oleh: Badrul Tamam Di Kutib Dari : http://www.voa-islam.com

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Banyaknya tanggapan terhadap tulisan terdahulu, "Bolehkah Seorang Suami Mencium Farji Istrinya?" maka kami terdorong untuk memberikan keterangan yang lebih jelas terhadap tema seputar itu yang dinukil dari fatwa ulama.

Sesungguhnya kegiatan suami istri dengan cara yang boleh jadi dianggap aneh oleh sebagian orang ini menjadi pertanyaan banyak pasangan muslim. Boleh jadi sebagian pasangan merasa nikmat, lebih semangat, dan lebih bergairah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan biologis ini. Namun boleh jadi sebagian yang lain menganggap buruk dan menjijikkan. Sehingga tak layak dilakukan oleh orang muslim. Akahirnya hal ini  menimbulkan tanda tanya tentang hukum bolehnya?.

Sebenarnya, telah banyak keterangan dan jawaban ulama terhadap masalah hubungan suami istri ini. Pada ringkasnya, diakui bahwa sebagian orang merasa jijik dan menganggap buruk bentuk cumbu rayu semacam ini. Sehingga paling utama adalah menjauhi dan menghindarinya. Tetapi bersamaan hal itu, mereka tidak bisa mengharamkan dengan tergas. Karena tidak ada ketegasan dari nash syar'i yang mengharamkannya. Tetapi jika memang terbukti itu berbahaya, maka jenis foreplay yang bisa menyebabkan penyakit dan bahaya diharamkan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Dan Dia mengharamkan atas kalian yang buruk-buruk." (QS. Al-A'raf: 157)

Selanjutnya kami akan suguhkan jawaban salah seorang ulama yang mendapatkan pertanyaan serupa, yaitu Syaikh Khalid Abdul Mun'im al-Rifa'i. Kami menilai jawaban beliau terhadap masalah tersebut cukup jelas dengan argument mendasar dalam mejawab pertanyaan tersebut.  Berikut ini kami kami terjemahkan dari fatwa beliau, yang judul aslinya: حكم لحس الرجل لفرج زوجته والعكس "Hukum suami menjilat kemaluan istrinya dan sebaliknya".

Soal: Apa hukum membangkitkan syahwat/libido istri dengan cara menjilat farjinya dengan lidah suaminya, begitu juga terhadap sang suami? Jazakumullah Khairan.

Jawab: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Adapun berikutnya:

Sesungguhnya asal dalam hubungan suami istri adalah mubah, kecuali apa yang disebutkan larangannya oleh nash: berupa mendatangi istri pada dubur (anus)-nya, menggaulinya saat haid dan nifas, saat istri menjalankan puasa fardhu, atau saat berihram haji atau umrah.

Adapun yang disebutkan dalam pertanyaan berupa salah satu pasangan menjilati kemaluan pasangannya, dan praktek dalam bersenang-senang yang telah disebutkan dalam pertanyaan, maka itu tidak apa-apa berdasarkan dalil-dalil berikut ini:

1. Itu termasuk dari keumuman bersenang-senang yang dimubahkan.

2. Jika coitus dibolehkan yang merupakan puncak bersenggama (bersenang-senang), maka yang dibawah itu jauh lebih boleh.

3. Karena masing-masing pasangan boleh menikmati anggota badan pasangannya dengan menyentuh dan melihat, kecuali pengecualian yang telah disebutkan oleh syariat sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas.

4. Firman Allah Ta'ala,

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

"Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah: 223)

Ibnu Abidin al-Hanafi berkata dalam Radd al-Mukhtar: Abu Yusuf pernah bertanya kepada Abu Hanifah tentang seorang laki-laki yang membelai farji istrinya dan sang istri membelai kemaluan suaminya untuk membangkitkan syahwatnya, apakah menurut

Anda itu tidak boleh? Beliau menjawab, "Tidak, aku berharap itu pahalanya besar."

Al-Qadhi Ibnul Arabi al-Maliki berkata, "Manusia telah berbeda pendapat tentang bolehnya seorang suami melihat farji (kemaluan) istrinya atas dua pendapat: salah satunya,membolehkan, karena jika ia dibolehkan menikmati (istrinya dengan jima') maka melihat itu lebih layak (bolehnya). . . . . salah seorang ulama kami, Asbagh (Ulama besar Madhab Maliki di Mesir) berkata: Boleh baginya (suami) untuk menjilati –kemaluan istrinya- dengan lidahnya."

Dalam Mawahib Al-Jalil Syarh Mukhtashar Khalil disebutkan, "Ditanyakan kepada Ashbagh; Sesungguhnya suatu kaum menyebutkan kemakruhannya. Lalu beliau menjawab: orang yang memakruhkannya, dia hanya memakruhkan dari sisi kesehatan (medis), bukan berdasarkan ilmu (dalil). Itu tidak apa-apa, tidak dimakruhkan. Diriwayatkan dari Malik, beliau pernah berkata: tidak apa-apa melihat farji (kemaluan) saat berjima'. Dalam satu riwayat terdapat tambahan, "Dan ia menjilatinya dengan lidahnya."

Al-Fannani al-Syafi'i berkata: "Seorang suami boleh apa saja setiap melakukan hubungan dengan istrinya selain lubang duburnya, bahkan menghisap clitorisnya.

Al-Mardawi al-Hambali berkata dalam al-Inshaf: Al-Qadhi berkata dalam al-Jami': "Boleh mencium farji (kemaluan) istri sebelum jima' dan memakruhkannya sesudahnya . .  istri juga boleh memegang dan menciumnya dengan syahwat. Ini dikuatkan dalam kitab al-Ri'ayah, diikuti dalam al-Furu', dan diperjelas oleh Ibnu 'Aqil.

Namun jika terbukti jelas cara bercumbu semacam itu menyebabkan penyakit dan membahayakan pelakunya, maka saat itu ia wajib meninggalkannya berdasarkan sabda nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Tidak boleh (melakukan sesuatu) yang membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dalam sunannya)

Begitu pula apabila salah seorang pasangan merasa tersakiti (tidak nyaman) karena perbuatan tersebut dan membencinya: maka wajib atas pelaku (suami)-nya untuk menghentikannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." (QS. Al-Nisa': 19)

Dalam hal ini harus diperhatikan tujuan dasar dari hubungan suami istri, yakni permanen dan kontinuitasnya. Asal dari akad nikah adalah dibangun di atas kelanggengan. Allah Ta'ala telah meliput akad ini dengan beberapa peraturan untuk menjaga kelestariannya dan menguatkan orang yang menjalaninya sesuai dengan ketentuan syariat bukan dengan sesuatu yang menyelisihinya. Masuk di dalamnya solusi berhubungan antar keduanya. . .  Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]http://www.voa-islam.com

Selasa, 28 Maret 2017

ZAMAN YANG PALING RASULULLAH TAKUTI SUDAH RIBA!!

Copas dari sebelah...
Zaman yang paling Rasulullah takuti sudah tiba!! Kalau anda baca hadis ini, anda akan faham Kiamat sudah MENGETUK PINTU

Untuk renungan bersama…
Orang Yang Tak Sedarkan Diri
Daripada Abu Hurairah r.a. Bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Jika ada seseorang berkata, ramai orang telah rosak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rosak di antara mereka” (HR Muslim)
Ahli Ibadat Yang Jahil Dan Ulama Yang Fasik
Daripada Anas r.a. Beliau berkata, bersabda Rasulullah SAW “Akan ada pada akhir zaman ahli ibadat yang jahil dan ulama yang fasik ” (HR Ibnu Ady)
[Orang jahil yang rajin beribadat dan ada pula orang alim yang fasik]
Menjual Agama Kerana Dunia
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Akan keluar pada akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka berpakaian di hadapan orang lain dengan pakaian yang dibuat daripada kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang ramai, dan perkataan mereka lebih manis daripada gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala. Allah SWT berfirman kepada mereka “Apakah kamu tertipu dengan kelembutanKu? Ataukah kamu terlalu berani berbohong kepadaKu? Demi kebesaranKu, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendekiawan) pun akan menjadi bingung” (HR Tirmizi)
Pendusta Dan Pengkhianat
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan. Pada waktu itu si pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan dusta. Pengkhianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berkesempatan berbicara (cuba membetulkan) hanyalah golongan “Ruwaibidhah”. Sahabat bertanya “Apakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab “Orang kerdil, hina, dan tidak mengetahui bagaimana hendak mengurus orang yang ramai” (HR Ibnu Majah)
Kefasikan Berleluasa
Daripada Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Bersegeralah kamu beramal sebelum menemui fitnah (ujian berat) seumpama malam yang sangat gelap. Seseorang yang masih beriman pada waktu pagi, kemudian pada waktu petang dia sudah menjadi kafir, atau seseorang yang masih beriman pada waktu petang, kemudian pada keesokan harinya dia sudah menjadi kafir. Dia telah menjual agamanya dengan sedikit harta benda dunia” (HR Muslim)
Penindasan Terhadap Umat Islam
Daripada Tsauban r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni bekas hidangan mereka” Maka salah seorang sahabat bertanya “Apakah kerana kami sedikit pada hari itu?” Nabi SAW menjawab “Bahkan kamu pada hari itu terlalu ramai, tetapi kamu umpama buih pada masa banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu daripada hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’. Seorang sahabat bertanya “Apakah ‘wahan’ itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Daud)
Namanya Saja Islam
Daripada Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau berkata, telah bersabda Rasulullah SAW “Telah hampir tiba suatu zaman, di mana tidak ada lagi dari Islam kecuali hanya namanya, dan tidak ada lagi dari Al-Quran kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah langit. Daripada merekalah keluar fitnah, dan kepada mereka jua fitnah itu akan kembali ” (HR Al-Baihaqi)
Budaya Barat Ikutan Umat Islam Kini
Daripada Abu Sa’id Al-Khudri r.a. Beliau berkata, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak sekalipun kamu akan mengikut mereka” Sahabat bertanya “Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nasrani yang Tuan maksudkan?” Nabi SAW menjawab “Siapa lagi?” (HR Muslim)
Ulama Tidak Dipedulikan
Daripada Sahl bin Saad as-Sa ‘idi r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Ya Allah! Janganlah Engkau menemukan aku dan mudah-mudahan kamu juga tidak bertemu dengan suatu zaman di mana para ulama sudah tidak diikuti lagi, dan orang yang penyantun sudah tidak dihiraukan lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam, lidah mereka seperti lidah orang Arab” (HR Ahmad)
Ulama Agama Semakin Berkurang
Daripada Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a. Beliau berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Bahawasanya Allah SWT tidak akan mencabut (menghilangkan) ilmu dengan sekali gus daripada manusia. Tetapi Allah SWT menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila telah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang jahil itu ditanyakan, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain” (HR Muslim)
Golongan Anti Hadis
Daripada Miqdam bin Ma’dikariba r.a. Beliau berkata, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Hampir tiba suatu zaman di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kursi kemegahannya, lalu disampaikan kepadanya sebuah hadis dari hadisku maka dia berkata “Pegangan kami dan kamu hanyalah kitab Allah sahaja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Quran kami halalkan. Dan apa yang ia haramkan kami haramkan” (Kemudian Nabi SAW melanjutkan sabdanya) “Padahal apa yang diharamkan Rasulullah SAW itu samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan Allah SWT” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
Berbangga-Bangga Dengan Masjid
Dari Anas bin Malik r.a. Bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Tidak terjadi hari Kiamat sehingga umatku bermegah-megah dengan bangunan masjid” (HR Abu Daud)
Tak Ada Imam Untuk Solat Berjemaah
Daripada Salamah binti al-Hurr r.a. Beliau berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Akan datang suatu zaman, pada waktu itu orang banyak berdiri tegak beberapa lama, kerana mereka tidak mendapatkan orang yang dapat mengimami mereka solat” (HR Ibnu Majah)
Penyakit Umat Islam Masa Kini
Daripada Abu Hurairah r.a. Katanya, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Umatku akan ditimpa penyakit -penyakit yang pernah menimpa umat-umat terdahulu” Sahabat bertanya “Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?” Nabi SAW menjawab “Penyakit-penyakit itu adalah, 1.Terlalu sombong, 2.Terlalu mewah, 3.Mengumpulkan harta sebanyak mungkin, 4.Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, 5.Saling memarahi, 6.Dengki-mendengki sehingga menjadi zalim menzalimi” (HR Hakim)
Perangkap Riba
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun kecuali dia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau dia tidak memakannya secara langsung, dia akan terkena debunya” (HR Ibnu Majah)
Manusia Tak Peduli Mengenai Sumber Pendapatannya
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, bersabda Rasulullah saw, “Akan datang suatu zaman seseorang tidak mempedulikan daripada mana dia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal atau pun haram” (Riwayat Muslim)
Banyaknya Sumber Galian
Daripada Ibnu Omar r.a. Beliau berkata “Pada suatu masa dibawa ke hadapan Rasulullah SAW sepotong emas. Dan emas itu adalah emas zakat yang pertama sekali dikutip. Emas itu telah dibawa oleh Bani Sulaim dari lombong (galian) mereka. Maka sahabat berkata “Wahai Rasulullah! Emas ini adalah hasil galian kita” Lalu Nabi SAW menjawab “Nanti kamu akan dapati banyak galian-galian, dan yang akan menguruskannya adalah orang-orang yang jahat ” (HR Baihaqi)
Khamar
Daripada Abu Malik Al-Asy’ari r.a. Katanya Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya akan ada sebahagian dari umatku yang meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama yang lain. Sambil diiringi dengan alunan muzik dan suara biduanita. Allah SWT akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan Allah SWT akan mengubah mereka menjadi kera atau babi” (HR Ibnu Majah)
Banyaknya Perzinaan
Dari Anas r.a. Beliau berkata “Aku akan menceritakan kepada kamu sebuah Hadis yang tidak ada orang lain yang akan menceritakannya setelah aku. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Di antara tanda kiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, banyak perzinaan, banyak kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nanti seorang lelaki akan mengurus lima puluh orang perempuan” (HR Bukhari Muslim)
Berpakaian Tetapi Telanjang
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda ”Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka, keduanya belum pernah aku melihat mereka.

Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cambuk bagaikan ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, lenggang-lenggok sewaktu berjalan, mengayun-ayunkan bahu. Kepala mereka bagaikan bonggol (belakang unta). Kedua golongan ini tidak akan masuk syurga, malah tidak akan dapat mencium bau harumnya. Sesungguhnya keharuman syurga itu akan terhidu dari jarak perjalanan yang sangat jauh (HR Muslim)
Perilaku Manusia Masa Kini
Dari Aisyah r.a. Dia berkata “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga seorang anak menjadi sebab kemarahan (bagi ibu bapanya), hujan akan menjadi panas, akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik, anak-anak menjadi berani melawan orang tua, dan orang yang jahat berani melawan orang-orang baik” (HR Thabrani)
Anak Menjadi Tuan Kepada Ibunya
Daripada Umar bin al-Khattab r.a. (dalam sebuah hadis yang panjang), …kemudian Jibrail bertanya kepada Rasulullah SAW ” Maka khabarkan kepadaku tentang hari kiamat?” Lalu Nabi SAW menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya” Maka Jibrail berkata “Kalau begitu cuba khabarkan kepadaku tanda-tandanya” maka Nabi SAW menjawab “Bahawa hamba akan melahirkan tuannya dan engkau melihat orang berjalan tanpa kasut dan orang yang bertelanjang lagi miskin yang hanya menggembala kambing itu berlumba-lumba untuk membuat binaan” (Riwayat Muslim)
Peperangan Demi Peperangan
Daripada Abu Hurairah r.a, katanya Rasulullah SAW bersabda “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga harta benda melimpah ruah dan timbul banyak fitnah dan sering terjadi “al-Harj”. Sahabat bertanya “Apakah al-Harj itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab “Peperangan, peperangan, peperangan” Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR Ibnu Majah)
Perang Di Sekitar Sungai Furat (Iraq) Kerana Berebut Kekayaan
Daripada Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda “Tidak terjadi hari kiamat sehingga Sungai Furat (Sungai Euphrates, Iraq) menjadi surut airnya sehingga kelihatan sebuah gunung dari emas. Banyak orang yang terbunuh kerana merebutnya. Maka terbunuhlah sembilan puluh sembilan daripada seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat berkata “Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu” Di dalam riwayat lain disebutkan “Sudah dekat suatu masa di mana Sungai Furat akan menjadi surut airnya lalu kelihatan perbendaharaan dari emas, maka siapa sahaja yang hadir di situ janganlah dia mengambil sesuatu pun dari harta tersebut” (HR Bukhari Muslim)
[Terdapat sebahagian pihak yang menyatakan bahawa perkataan emas di dalam Hadis ini sebenarnya petroleum ]
Waktu Terasa Pendek
Daripada Anas bin Malik r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Tidak akan terjadi kiamat sehingga waktu terasa pendek, maka setahun dirasakan seperti sebulan, sebulan dirasakan seperti seminggu, seminggu dirasakan seperti sehari, sehari dirasakan seperti satu jam dan satu jam dirasakan seperti satu kilatan api” (HR Tirmizi)
Hilangnya Sifat Amanah
Daripada Huzaifah bin Al-Yaman r.a. Katanya, …”Kemudian jadilah orang ramai berjual beli, maka hampir sahaja tiada seorang pun yang suka menunaikan amanah, sehingga dikatakan orang bahawasanya di kalangan Bani Fulan (di kampung yang tertentu) itu ada seorang yang sangat baik memegang amanah, sangat terpercaya dan orang ramai mengatakan “Alangkah tekunnya dia dalam bekerja, alangkah indahnya pekerjaannya, alangkah cerdik otaknya. Padahal di dalam hatinya sudah tiada lagi keimanan sekali pun hanya seberat timbangan biji sawi.” (HR Bukhari & Muslim)
Islam Akan Pudar Secara Perlahan-Lahan
Daripada Huzaifah bin al-Yaman r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Islam akan lenyap seperti hilangnya corak pada pakaian, sehingga orang tidak mengerti apakah yang dimaksudkan dengan puasa, apakah yang dimaksudkan dengan solat, apakah yang dimaksudkan dengan nusuk (ibadah), dan apakah yang dimaksudkan dengan sedekah. Al-Quran akan hilang semuanya pada suatu malam sahaja, maka tidak ada yang tertinggal di permukaan bumi ini darinya walaupun hanya satu ayat. Sesungguhnya yang ada hanya beberapa kelompok manusia, di antaranya orang tua, lelaki dan perempuan. Mereka hanya dapat berkata, Kami sempat menemui nenek moyang kami mengucapkan kalimat LAILAHAILLALLAH, lalu kami pun mengucapkannya juga” (HR Ibnu Majah)
Bilakah Akan Terjadi Kehancuran?
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata “Pada suatu hari ketika Nabi SAW sedang berada dalam suatu majlis dan berbicara dengan orang yang hadir, tiba-tiba datang seorang A’rabi (Arab Badwi) lalu dia bertanya kepada Rasulullah SAW “Bilakah akan terjadi hari Kiamat?” Nabi SAW terus saja berbicara. Sebahagian yang hadir berkata “Beliau (Nabi SAW) mendengar apa yang ditanyakan, tetapi pertanyaan itu tidak disenanginya” Sementara yang lain berkata “Sesungguhnya beliau tidak mendengar pertanyaan itu” Sehingga apabila Nabi SAW selesai berbicara, beliau bersabda “Di mana orang yang bertanyakan mengenai hari Kiamat tadi?” Lalu Arab Badwi itu menyahut “Ya! Saya wahai Rasulullah” Maka Nabi SAW bersabda “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat” Arab Badwi itu bertanya pula, “Apa yang dimaksudkan dengan mensia-siakan amanah itu?” Nabi SAW menjawab “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kedatangan hari Kiamat” (HR Bukhari)
Kebinasaan Umat Islam
Daripada Ummul Mukminin , Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah SAW), beliau berkata,”(Pada suatu hari) Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, LAILAHAILLALLAH, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka dari dinding Yakjud dan Makjud seperti ini”, dan Baginda menemukan ujung jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya “Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang yang soleh?” Lalu Nabi SAW bersabda “Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak” (Riwayat Bukhari & Muslim)
Punca Kebinasaan Seseorang
Dari Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Akan datang suatu zaman di mana orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali apabila dia lari membawanya dari puncak bukit ke puncak bukit yang lain, dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman itu telah tiba, segala sumber pendapatan tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah SWT. Apabila ini telah terjadi, maka kebinasaan seseorang adalah disebabkan memenuhi kehendak isteri dan anak-anaknya. Kalau dia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya disebabkan memenuhi kehendak kedua ibu bapanya. Dan jikalau ibu bapanya sudah tidak ada lagi, maka kebinasaannya disebabkan mengikuti kehendak keluarganya atau disebabkan mengikuti kehendak jiran tetangganya” Sahabat bertanya “Wahai Rasulullah SAW, apakah maksud perkataan engkau itu?” Nabi SAW menjawab “Mereka akan menghinanya dengan kesempitan hidupnya. Maka ketika itu sesungguhnya dia telah menceburkan dirinya ke jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya” (HR Baihaqi)
Perselisihan Yang Banyak
Daripada Abi Nijih ‘Irbadh bin Sariyah r.a. Beliau berkata “Telah menasihati kami Rasulullah SAW akan satu nasihat yang menggetarkan hati kami dan menitiskan air kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, Ya Rasulullah! Seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali maka berikanlah pesanan kepada kami” Lalu baginda pun bersabda “Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekali pun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba. Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa Ar Rasyidin Al Mahdiyin (Khalifah-khalifah yang mengetahui kebenaran dan mendapat pimpinan ke jalan yang benar) dan gigitlah sunah-sunah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baru (bid’ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid’ah itu adalah sesat” (Riwayat Abu Daud dan Tirmizi)
Golongan Yang Selamat
Daripada ‘Auf bin Malik r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Umat Yahudi telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu golongan, maka hanya satu golongan sahaja yang masuk syurga dan yang tujuh puluh akan masuk neraka. Umat Nasrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, maka tujuh puluh satu golongan masuk neraka dan hanya satu golongan sahaja yang masuk syurga. Demi Tuhan yang diriku di dalam kekuasaanNya, umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan sahaja yang masuk syurga dan tujuh puluh dua akan masuk neraka. Sahabat bertanya “Golongan mana yang selamat?” Nabi SAW menjawab “Mereka adalah jemaah” (HR Ibnu Majah)
Orang Asing
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Bersabda Rasulullah SAW “Islam mula berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing” (HR Muslim)
Kepayahan Orang Yang Beriman
Daripada Anas r.a. Berkata Rasulullah SAW bersabda ”Akan datang pada manusia suatu zaman di mana orang yang berpegang teguh di antara mereka kepada agamanya laksana orang yang memegang bara api. (HR Tarmizi)
Kesusahan Itu Lebih Baik Daripada Kesenangan
Daripada Ali bin Abi Thalib r.a “Bahawasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair r.a. Dan tidak ada di badannya kecuali hanya selembar selendang yang bertampal dengan kulit. Tatkala Rasulullah SAW melihat kepadanya. Baginda menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus’ab ketika berada di Mekah dahulu (kerana sangat dimanjakan oleh ibunya), dan kerana memandang nasib Mus’ab sekarang (ketika berada di Madinah sebagai seorang Muhajirin yang meninggalkan segala harta benda dan kekayaan di Mekah). Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda “Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu hari nanti, pergi pada waktu pagi dengan satu pakaian, dan pergi pada waktu petang dengan pakaian yang lain pula. Dan apabila diberikan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain. Dan kamu menutupi (menghiasi) rumah kamu sebagaimana kamu memasang kelambu Kaabah?” Maka jawab sahabat “Wahai Rasulullah, tentunya keadaan kami pada waktu itu lebih baik daripada keadaan kami pada hari ini. Kami akan memberikan perhatian sepenuhnya kepada masalah ibadat sahaja dan tidak bersusah payah lagi untuk mencari rezeki” Lalu Nabi SAW bersabda “Tidak! Keadaan kamu hari ini adalah lebih baik daripada keadaan kamu pada hari itu” (HR Tirmizi)
Golongan Yang Sentiasa Menang
Daripada Mughirah bin Syu’bah r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Sentiasa di kalangan umatku ada golongan yang sentiasa menang (dalam perjuangan mereka), sehingga sampailah pada suatu waktu yang dikehendaki Allah SWT. Mereka senantiasa menang. (HR Bukhari)
Semoga bermanfaat...

Renungan pagi

Renungan pagi...

Hasan Basri ditanya: Apa rahasia zuhudmu di dunia ini? Beliau menjawab:
1. Aku tahu rizqiku tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang.
2. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal shaleh.
3. Aku tahu ALLAH Ta'ala selalu memerhatikanku, karena itulah aku malu jika ALLAH melihatku sedang dalam maksiat.
4. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan ALLAH........

              Sahabat2ku...

           Jangan tertipu
        dengan usia MUDA
        karena syarat Mati
         TIDAK harus TUA.

   Jangan terpedaya dengan
        tubuh yang SEHAT
       karena syarat Mati
       TIDAK mesti SAKIT

   Jangan terperdaya dengan
        Harta Kekayaaan
                sebab
    Si kaya pun tidak pernah 
     menyiapkan kain kafan
             buat dirinya
      meski cuma selembar.

      Mari Terus berbuat BAIK,
         berniat untuk BAIK,
     berkata yang BAIK-BAIK,
   Memberi nasihat yang BAIK
Meskipun TIDAK banyak orang
      yang mengenalimu dan
   Tidak suka dgn Nasihatmu

        Cukup lah  اللهِ yang
     mengenalimu lebih dari
           pada orang lain.

      Jadilah bagai JANTUNG
        yang tidak terlihat,
     tetapi terus berdenyut
     setiap saat hingga kita
terus dapat hidup, berkarya
     dan menebar manfaat
       bagi sekeliling kita
     sampai diberhentikan
              oleh-NYA
     
                Sahabat2ku...

"Waktu yang kusesali adalah
         jika pagi hingga
      matahari terbenam,
amalku tidak bertambah
            sedikit pun,
  padahal aku tahu saat ini
       umurku berkurang"
       (Ibnu Mas'ud r.a.)

Semoga Bermanfaat!

Rabu, 22 Maret 2017

SEKOLAH YANG MENDIDIK

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

     Mengajarkan kepada anak untuk berpikir, bersikap dan berperilaku baik tidak cukup untuk melahirkan anak-anak yang baik. Apalagi sekedar membiasakan anak dengan kebaikan, tidak cukup untuk menjadikan sebuah sekolah dianggap sebagai sekolah yang baik.
     Ada hal lain yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah. Ada budaya sekolah, iklim kelas yang mendukung anak untuk senantiasa berpikir, bersikap dan berperilaku baik, guru-guru yang memiliki perhatian total serta kecintaan terhadap tugas mendidik, dan orangtua yang memiliki kepercayaan tinggi (trust) terhadap sekolah.
     Khususnya poin terakhir, ini menuntut sekolah untuk mampu menjadi lembaga yang memiliki tingkat kelayakan untuk dipercaya yang sangat kuat. Tanpa itu, tidak bisa membangun kepercayaan dari orangtua meskipun sekolah sudah berkali-kali menyelenggarakan acara untuk meningkatkan reputasi sekolah di mata orangtua.
     Sangat berbeda antara meningkatkan derajat kelayakan lembaga untuk dipercaya dengan meminta orangtua untuk percaya penuh. Hal ini menuntut sekolah agar terus berbenah dan berusaha dengan sungguh-sungguh menjaga amanah yang diberikan oleh orangtua terhadap sekolah, yakni berusaha memberikan pendidikan terbaik, mengarahkan anak​ didik agar senantiasa lurus dalam berpikir dan benar dalam berkeyakinan, serta membuka diri untuk menerima masukan dari orangtua.
     Sekolah merasa senang terhadap niat baik orangtua meskipun boleh jadi apa yang disampaikan orangtua tidak tepat. Sekolah merasa senang karena melihat itikad baik orangtua, sehingga sekolah tidak sibuk membela diri.
     Sesungguhnya keluarga yang memiliki integritas sangat tinggi lebih mencintai kebaikan- termasuk didalamnya niat baik orangtua-sekaligus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya di sekolah. Ia lebih suka untuk menambah kesempatan berbenah. Sebaliknya, sekolah yang kehilangan visi akan sibuk membangun reputasi. Caranya dengan menciptakan prestasi, pengakuan dan rekam jejak yang positif.
     Di luar itu, ada sekolah-sekolah yang buruk, meskipun di luar tampak sangat baik. Sekolah jenis ini bukan membangun reputasi, tetapi melakukan pencitraan melalui prestasi yang tampak memukau. Padahal prestasi tersebut bukan merupakan hasil jerih payah sekolah, atau prestasi tersebut tidak menggambarkan kualitas inti sekolah, yakni pendidikan. Bukan tidak boleh berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. Tapi tanpa prestasi dalam bidang yang menjadi tugas pokok sekolah, berbagai gelar tersebut tak ada nilainya.
     Pertanyaannya, apa yang bisa mengantarkan sekolah menjadi lembaga pendidikan yang baik dan memiliki integritas tinggi?
     Pertama, kualitas kepemimpinan kepala sekolah dan wakil-wakilnya (prinsipalship) beserta lembaga yang mengelola. Kedua, totalitas mendidik dari para pengajar. Ini tampak dari tinggi rendahnya passion (kegairahan mengajar yang sangat tinggi) dari para guru yang meliputi kecintaannya terhadap profesi sebagai guru, kecintaan yang sangat besar terhadap anak didik, obsesi yang sangat tinggi untuk mendidik para siswanya menjadi manusia ideal dan terikat secara emosi dengan cita-cita tersebut, memiliki kesediaan meluangkan waktu untuk memperhatikan para siswanya dan sekaligus memiliki kemauan belajar dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan maupun kualitas sebagai guru.
     Sesungguhnya, unsur yang ada pada passion antara lain mencakup obsesi, antusiasme dan ikatan emosi yang kuat sehingga bersemangat (zeal) dengan apa yang digeluti. Jika tiga hal tersebut tidak ada, hampir pasti guru tidak memiliki kegirahan (passion) sebagai pendidik.
     Tetapi, tanpa kesediaan untuk untuk belajar, guru akan jumud atau bahkan frustasi meskipun ia memiliki obsesi, entusiame dan semangat yang menyala-nyala (zeal) disebabkan adanya ikatan emosi yang kuat.
     Masalahnya adalah, guru-guru macam itu sulit sekali kita peroleh melalui proses rekrutmen terbuka. Yang paling memungkinkan adalah melalui proses pencarian dan pendekatan kepada orang-orang yang memenuhi kriteria agar mereka bersedia menjadi guru. Masing-masing membawa konsekuensi bagi sekolah.
    
Nah.
KEMITRAAN SEKOLAH DAN ORANGTUA
     Sekolah yang baik tidak bisa dibeli karena ia berdiri untuk sebuah prinsip. Ia memperjuangkan idealisme. Ia sedang ingin mewujudkan sebuah cita-cita mulia. Cukuplah kita merasa khawatir jika sekolah lebih banyak menonjolkan kegiatan-kegiatan populis untuk mengambil hati orang tua daripada melakukan upaya berkesinambungan agar orangtua turut memperjuangkan idealisme tersebut, sekurangnya bersikap hormat terhadap idealisme sekolah serta prinsip-prinsip yang di tegakkan oleh lembaga.
     Sekolah yang mudah ikut arus, menuruti kemauan "pasar" dan larut dalam trend, hampir pasti merupakan lembaga yang missi ideologinya lemah dan visinya tidak jelas.
     Ini bukan berarti sekolah mengabaikan peran orangtua. Tanpa ada komitmen orangtua untuk berubah, maka pengajaran, pembiasaan dan pendidikan yang dilakukan oleh sekolah bisa mentah. Tetapi sekolah yang baik tetap bertumpu pada perkara yang terencana di sekolah. Sekolah tidak biasa mengandalkan orangtua karena meskipun sama-sama memiliki komitmen yang sangat tinggi, wujud komitmen itu berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan orangtua.
     Disamping itu, sekolah juga harus menyadari bahwa tidak mungkin menyamakan cara orangtua mengasuh anak secara total. Ada banyak hal yang menyebabkan para orangtua- termasuk guru-secara alamiah berbeda satu sama lain, bahkan di antara orang-orang yang memiliki cara pandang sama. Tak ada keraguan sedikitpun bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, 'Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhum ajma'in merupakan Sahabat utama yang penuh kemuliaan, dan Khalifah yang mendapat petunjuk (Khulafaur Rasyidin). Tetapi mereka masing-masing memiliki kepribadian yang unik dan temperamen yang berbeda.
     Itu sahabat utama Radhiyallahu 'anhum. Mereka jauh lebih utama dibandingkan kita yang hidup sekarang ini. Maka bagaimana mungkin kita secara total menyamakan cara orangtua murid mengasuh anak dengan cara guru mendidik (atau mengajar?) di sekolah. Jenjang pendidikan berbeda-beda, kemampuan memahami bertingkat-tingkat dan latar belakang sekolah sangat beragam. Padahal, sudah paham sangat berbeda dengan mampu menerapkan dengan baik. Selain itu, mereka menjadi orangtua bukan karena menempuh pendidikan khusus tentang bagaimana menjadi orangtua, tetapi karena mereka sudah punya anak.
     Orangtua tidak memiliki persiapan khusus dalam mendidik anak, kecuali orang-orang tertentu saja. Gurulah yang memang sedari awal- seharusnya- mempersiapkan diri bagaimana mendidik para murid, termasuk menghadapi mereka yang bermasalah perilakunya. Apalagi jika kita perhatikan bahwa waktu efektif anak di sekolah jauh lebih banyak dibanding di rumah, maka seharusnya sekolah menjadi koreksi atas apa yang terjadi di rumah.
     Lalu apa harus sama antara sekolah dan rumah? Nilai-nilai dasar yang harus ditegakkan. Ini merupakan tugas sekolah untuk secara berkesinambungan melaksanakan pendidikan bagi orangtua agar bersama-sama anak menghormati, memuliakan dan merasa bangga dengan nilai-nilai itu sehingga amat besar keinginan dari setiap pihak untuk mewujudkan nilai tersebut dimana pun mereka berada. Sekedar paham tak akan membuat mereka bangga.

Wallahu a'lam bish-ahawab.

Jumat, 17 Maret 2017

TIGA TEMAN SETELAH MATI

Setelah kematian, tidak ada yang tetap menyertai manusia kecuali tiga sifat.
     Pertama, kejernihan hati. Yakni kejernihan dari berbagai macam kotoran. Kejernihan dan kesuciannya tidak akan tercapai kecuali dengan menahan diri dari berbagai sahwat dunia. Kejernihan hati ibarat telaga yang jernih. Telaga yang menyediakan airnya untuk menjadi penawar dahaga bagi mereka yang haus, menjadi penyejuk mata dikala gundah, dan memberi manfaat bagi siapa saja yang mau mengambil manfaat darinya.
     Kedua, keakrabannya dengan zikrullah. Keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan memperbanyak zikrullah dan senantiasa melakukannya. Zikir adalah sebaik-baik ucapan, seindah-indah permata. Melafalkan zikir berarti mempercantik bibir, merenunginya adalah mempertajam alam pikiran, dan mengamalkan zikir berarti memperhalus budi pekerti.
     Ketiga, kecintaannya kepada Allah. Cinta tidak akan tercapai kecuali dengan makrifat. Sementara itu makrifatullah tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa tafakkur. Cinta Allah adalah sebaik-baik cinta, merindukannya adalah sebaik-baik rindu. Jalan mencintai Allah yang paling sederhana adalah dengan mengikuti kasih-Nya, Khalilullah Nabiyullah Ibrahim dan Rasulullah Muhammad Saw.
     Tiga sifat inilah yang akan menyelamatkan dan membahagiakan setelah kematian seorang anak Adam. Manusia. (Al Ghazali, Al Ihya Ulumuddin)

Senin, 13 Maret 2017

KESOMBONGAN

Menangis aku dalam rengkuhan rembulan, atas ketidakberdayaan ku menghadapi godaanmu, hingga terkulai aku dalam kenistaan dan kemaksiatan yang tanpa aku sadari telah merusak sendi-sendi kehidupanku, Ya Rabb, alangkah daifnya diri ini berjalan di muka bumiMU  dengan pongahnya tapi tidak pernah sedikitpun menghadirkanMU dalam setiap langkah.
Sesalku kini,
Semoga ini awal dari sebuah cerita yang akan aku bangun dari puing-puing yang masih tersisa walau usia sudah beranjak tua, harapan untuk bertobat masih ada.
✒✒✒ RMA...

[Inspirasi Story] "SELIMUT TURKI"

PORTAL ISLAM

SELIMUT TURKI

Seorang lelaki tua, pakaian lusuhnya menampakkan jelas kefaqiran yang ia alami. Ia memasuki sebuah toko megah untuk membeli selimut. Ia membutuhkan 6 buah selimut untuk keluarganya di musim dingin ini. Tapi uang yang ia miliki hanya 100 riyal.

Pemilik toko berkata: "Oh ada pak, saya punya selimut bagus buatan Turki, harganya juga murah, hanya 20 riyal per buah. Kalau bapak beli 5 buah akan mendapat bonus 1 buah."

Lega...
Terpancar diwajah lelaki tua itu. Segera ia mengulurkan lembaran uang 100 riyal miliknya. Dengan wajah berseri sambil membawa selimut ia berlalu pergi.

Teman si pedagang yang sedari tadi duduk memperhatikan ini berkata: "Engkau ini aneh sekali, bukankah kemarin engkau mengatakan selimut itu jenis selimut termahal di tokomu ini, kalau tidak salah kemarin engkau menawarkan nya padaku seharga 350 riyal per helainya ?"

Pedagang itu menjawab: "Benar sekali, kemarin aku menjual padamu 350 riyal tidak kurang sedikitpun. Kemarin aku berdagang dengan manusia. Hari ini aku berdagang dengan ALLAH. Aku ingin keluarga laki-laki tua tadi dapat terhindar dari dingin di musim dingin yang akan datang sebentar lagi. Aku berharap ALLAH menghindarkanku dan keluargaku dari panasnya api neraka di akhirat nanti. Demi ALLAH, kalaulah tidak karena menjaga harga diri laki-laki tua tadi, aku tidak ingin menerima darinya uang sedikitpun. Aku tidak ingin ia merasa menerima sedekah sehingga merasa malu di hadapan kita disini."

***

Saudaraku, sungguh untuk bermuamalah yang benar kepada ALLAH, butuh seni dan akhlaq yang tinggi. Semoga kita bisa mencontoh akhlaq dari pedagang tersebut.

Semoga Bermanfaat. Sebarkan. Jadikan inspirasi hidup kita untuk menggapai kebahagiaan di negeri abadi.

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ اَلدُّنْيَا, نَفَّسَ اَللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اَلْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW telah bersabda: "Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat." (HR Muslim)

Jumat, 10 Maret 2017

Keskmbongan

Menangis aku dalam rengkuhan rembulan, atas ketidakberdayaan ku menghadapi godaanmu, hingga terkulai aku dalam kenistaan dan kemaksiatan yang tanpa aku sadari telah merusak sendi-sendi kehidupanku, Ya Rabb, alangkah daifnya diri ini berjalan di muka bumiMU  dengan pongahnya tapi tidak pernah sedikitpun menghadirkanMU dalam setiap langkah.

Kamis, 09 Maret 2017

Buya Hamka dan Pancasila

Pancasila. Sembilan huruf itu, dari sejak awal digali oleh Sukarno dan dilengkapi oleh Panitia Sembilan di tahun 1945, hingga kini tak kehilangan perbincangannya di masyarakat. Sejak masa kemerdekaan, rezim orde lama, orde baru, Pancasila terus diberikan makna yang berbeda-beda. Jika Pancasila awalnya sebagai dasar negara merupakan sebuah landasan sementara sebelum sidang konstituante, maka di rezim orde lama, bahkan hingga Partai komunis pun memberikan tafsir sendiri tentang Pancasila. Di rezim Orde baru, Pancasila sampai perlu diberikan kata ’Kesaktian‘ agar dapat menjadi penopang tegaknya rezim tersebut. Kini Pancasila acapkali menjadi semacam alat pukul yang ditujukan bagi sebagian gerakan Islam. Sedikit-sedikit dibenturkan dengan Pancasila. Sesungguhnya Pancasila tak pernah kehilangan maknanya yang ditafsirkan berbeda-beda bagi tiap kelompok.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lazim kita kenal dengan Buya Hamka, seorang ulama Indonesia, sastrawan, dan sejarawan, yang kontribusinya tak hanya diakui tanah air, tetapi juga hingga ke Timur tengah, adalah salah satu sosok yang bergelut dengan pemikiran mengenai Pancasila. Hidupnya yang merentang dari zaman penjajahan, kemerdekaan, revolusi hingga orde baru, membuatnya mengecap berbagai pengalaman yang mewarnai dirinya dalam memandang Pancasila.

Menelusuri sejarah Pancasila, maka kita akan berjumpa dengan berbagai warna perdebatan para pendiri bangsa. Sidang BPUPKI menjadi ajang para pendiri bangsa untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Sidang itu sendiri, seperti disimpulkan oleh Prof Soepomo, menjadi ajang pertarungan dua ide negara, yaitu negara berdasarkan agama dan negara sekular. Pertentangan dua ide menjadi semakin sengit. Untuk mencari kompromi diantara keduanya, maka dibentuklah panitia sembilan. Haji Agus Salim, Wahid Hasjim, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebarjo, Muhammad Yamin, dan A.A. Maramis menjadi anggota dari panitia sembilan tersebut. Mereka kemudian menghasilkan yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Sila pertama dari piagam Jakarta yang mengandung kalimat, ”kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya“ ini kemudian yang menjadi suatu nilai yang sangat penting. Bagi Tokoh-tokoh Islam, kalimat inilah yang menjadi sebuah puncak perjuangan untuk memasukkan Islam menjadi bagian dari dasar negara. Sebaliknya, bagi tokoh sekular, kalimat tadi membuat mereka hidup dengan bermacam kekhawatiran. (Endang Saifuddin Anshari, 1981, Piagam Jakarta Dan Sejarah Konsesnsus Nasional Antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959)

Jalannya sejarah kemudian berbelok. Kalimat ini, atas prakarsa Bung Hatta yang melobi berbagai tokoh mendesak dihapuskannya 7 kata dalam sila pertama tersebut. Ia khawatir kelompok nasrani memisahkan diri dari Indonesia akibat hadirnya tujuh kata ini. Namun, meminjam istilah Prawoto Mangkusasmito, upaya penghapusan ini beserta latar belakangnya menyisakan sebuah pertanyaan sejarah. (Prawoto Mangkusasmito, 1970, Pertumbuhan Historis Rumus Dasar Negara dan Sebuah Projeksi)

Atas lobi dan berbagai pendekatan, penghapusan ketujuh kata ini coba dihapuskan. Namun ada satu tokoh yang menjadi perintang dihapuskannya ketujuh kata ini, yaitu Ki Bagus Hadikusumo. Ialah tokoh Muhammadiyah yang dalam sidang BPUPKI menjadi figur yang amat keras mendorong Islam sebagai dasar negara. Semua yang hadir tentu akan mengingat, ialah salah satu tokoh Islam yang berpidato meminta agar Islam menjadi dasar negara. Di akhir pidatonya tersebut ia menegaskan seraya berharap, ” “Mudah-mudahan Negara Indonesia baru yang akan datang itu, berdasarkan agama Islam dan akan menjadi negara yang tegak dan teguh, serta kuat dan kokoh. Amien!” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)

Sikap kerasnya kembali muncul saat berbagai tokoh mencoba membujuknya untuk menyetujui penghapusan tujuh kata tersebut. Teuku Hasan, salah seorang tokoh dari Aceh coba meyakinkan Ki Bagus. Ia menjelaskan, „ “…yang kita perlukan kini adalah kemerdekaan.  Apabila kita terus mempertahankan kepentingan sepihak, bisa-bisa orang Kristen dapat dipersenjatai oleh Belanda. Padahal kita kan maunya merdeka, bukan berperang.” Kemudian Teuku hasan kembali menekankan,” “Kalau kita banyak, kita tidak perlu cemas. Yang penting merdeka dulu, setelah itu, terserah kita mau dibawa ke mana negara ini.” (Panitia 75 Tahun Kasman, 1982, Hidup itu Berjuang. Kasman Singodimedjo 75 tahun)

Mr Kasman Singodimedjo, yang juga tokoh Muhammdiyah, menyebutkan upaya Teuku hasan tersebut tak berhasil. Akhirnya ia sendirilah yang diminta untuk membujuk Ki Bagus Hadikusumo. Dengan pendekatannya sebagai sesama tokoh Muhammdiyah dan dengan bahasa jawa, Kasman Singodimedjo membujuk Ki Bagus Hadikusumo, “Kiyahi, kemarin proklamasi kemerdekaan telah terjadi. Hari ini harus cepat-cepat ditetapkan Undang-Undang Dasar, sebagai  dasar negara kita bernegara, dan masih harus ditetapkan siapa Presiden dan lain sebagainya, untuk melancarkan perputaran roda pemerintahan.”

Kasman pun mengingatkan janji Soekarno, “…Kiyahi, dalam rancangan Undang-Undang Dasar yang sedang kita musyawarahkan hari ini tercantum satu pasal yang menyatakan bahwa, 6 bulan lagi nanti kita dapat adakan Majelis Permusyawaratan Rakyat, justru untuk membuat Undang-Undang yang sempurna. Rancangan yang sekarang ini adalah rancangan Undang-Undang Dasar darurat. Belum ada lagi waktu untuk membikin yang sempurna atau memuaskan semua pihak, apalagi di dalam kondisi kejepit!” (Panitia 75 Tahun Kasman, 1982, Hidup itu Berjuang. Kasman Singodimedjo 75 tahun)

Ki Bagus Hadikusumo pun akhirnya luluh, setelah diingatkan oleh Kasman Singodimedjo bahwa persoalan dasar negara ini akan dibahas sekurang-kurangnya enam bulan kemudian. Apa daya, sejarah berkata lain. Bukan 6 bulan melainkan 12 tahun kemudian baru dasar negara kembali dibahas oleh para wakil rakyat dalam Sidang Konstituante. Di sidang tersebut kembali dipertarungkan berbagai ideologi untuk menjadi dasar negara. Kembali Islam dipertarungkan dengan Pancasila. Kepada anggota Dewan Konstituante, Kasman Singodimedjo mengingatkan kembali peristiwa penghapusan dan janji kepada Ki Bagus Hadikusumo itu,

“…Saudara Ketua, kini juru bicara Islam Ki Bagus Hadikusumo itu telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, karena telah pulang ke Rakhmatullah. Beliau telah menanti dengan sabarnya, bukan menanti 6 bulan seperti yang telah dijanjikan kepadanya. Beliau menanti, ya menanti sampai wafatnya. Beliau kini tidak dapat lagi ikut serta dalam Dewan Konstituante ini untuk memasukkan materi Islam, ke dalam Undang-Undang Dasar yang kita hadapi sekarang ini.

Ia kemudian bertanya, ” , “…Saudara ketua, secara kategoris saya ingin tanya, saudara Ketua, dimana lagi jika tidak di Dewan Konstituante yang terhormat ini, Saudara Ketua, di manakah kami golongan Islam dapat menuntut penunaian ‘Janji’ tadi itu? Di mana lagi tempatnya?” (2001, Debat Dasar Negara Islam dan Pancasila Konstituante 1957)

Kasman Singodimedjo, bukan satu-satunya tokoh Islam yang memperjuangkan Islam sebagai dasar Negara, tetapi juga tokoh-tokoh lain seperti KH Masykur, KH Wahab Hasbullah, (Partai Nadhlatul Ulama), Moh. Natsir dan termasuk Buya Hamka (Masyumi). Sidang Konstituate, bagi umat Islam adalah wadah legal dan konstitusional untuk memperjuangkan Islam sebagai dasar negara setelah ‘tertunda’ pasca Piagam Jakarta. Itu sebabnya, pasca Piagam Jakarta dan sebelum sidang konstituante, mereka menerima (sementara) Pancasila sebagai dasar Negara. Kesempatan ini pun tak disia-siakan oleh para tokoh Islam, termasuk Buya Hamka, yang memberikan uraian mendalam mengenai Islam dan Pancasila.

Buya Hamka mengingatkan dalam bahwa semangat melawan penjajahan, keberanian yang timbul hingga mengobarkan semangat berani mati, syahid adalah akibat kecintaan pada Allah yang bersemayam di dalam dada, bukan Pancasila,

“Itulah yang kami kenal, jiwa atau yang menjiwai proklamasi 17 Agustus, bukan Pancasila! Sungguh Saudara Ketua. Pancasila itu belum pernah dan tidak pernah, karena keistimewaan hidupnya di zaman Belanda itu menggentarkan hati dan tidak pernah dikenal, tidak popular dan belum pernah dalam dada ini sekarang, Saudara Ketua, bukanlah Pancasila, tetapi Allahu Akbar! Bahkan sebagian besar dari pembela Pancasila sekarang ini, kecuali orang-orang PKI, yang nyata dalam hati sanubarinya sampai saat sekarang inipun, pada hakekatnya adalah Allahu Akbar!”

Buya kemudian melanjutkan bahwa kalimat takbir, bukan saja mengandung Pancasila, tetapi segala sila,

“Allahu Akbar yang tertulis dalam dada saudara itulah sekarang yang kami mohon direalisasikan. Allahu Akbar yang di dalamnya terkandung segala macam sila, baik panca, atau sapta, atau ika, atau dasa, Allahu Akbar yang menjadi pertahanan saudara ketika saudara pernah menghadapi bahaya besar! Allahu Akbar yang menjadi pertahanan saudara disaat maut telah melayang-layang diatas kepala saudara. Allahu Akbar, yang kepada-Nya putra saudara yang tercinta saudara serahkan! Allahu Akbar yang dengan dia saudara sambut waktu lahir dari perut ibu.” (H. Abdul Malik Karim Amrullah, Berbeda dalam Mencari Kebenaran dalam Pancasila dan Islam; Perdebatan antar Parpol dalam penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, 2008)

Buya Hamka menegaskan, perjuangan menjadikan Islam sebagai dasar Negara bukan mengkhianati Indonesia, malah sebaliknya, hanya meneruskan wasiat dari para pejuang dan pendahulu bangsa seperti Sultan Hasanuddin, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Cik Di Tiro, Maulana Hasanuddin Banten, Pangeran Antasari dan lainnya. Menjadikan Islam sebagai dasar Negara bukanlah demi kepentingan partai atau fraksi Islam di Konstituante, tetapi untuk anak cucu yang menyambung perjuangan nenek moyang. (H. Abdul Malik Karim Amrullah, Berbeda dalam Mencari Kebenaran dalam Pancasila dan Islam; Perdebatan antar Parpol dalam penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, 2008)

Partai-partai Islam sejalan dalam memperjuangkan Islam sebagai dasar Negara. Kebulatan tekad tersebut membentur partai-partai lain yang mendukung Pancasila sebagai dasar Negara. Tak ada kata sepakat diantara kedua pihak. Kebuntuan ini membuat habis kesabaran Sukarno. Akhirnya Konstituante pun dibubarkan, dan Dekrit Presiden mengembalikan Pancasila untuk ditetapkan sebagai dasar negara, dengan Piagam Jakarta yang menjiwai UUD ’45.

Runtuhnya rezim orde lama dan bangkitnya rezim orde baru dibawah Suharto tak memberikan kesempatan untuk memperjuangkan kembali Islam sebagai dasar Negara. Bahkan untuk memperjuangkan Piagam Jakarta pun rezim orde baru tak beri kesempatan sedikit pun. Berada dalam situasi tersebut, ada perubahan sikap dari para tokoh Islam dalam memandang Pancasila pasca runtuhnya orde lama dan munculnya orde baru. Perubahan sikap ini juga yang kita lihat pada Buya Hamka.

Buya Hamka, yang pernah merasakan represifnya rezim orde lama di balik jeruji penjara, memilih sikap untuk menafsirkan Pancasila sesuai dengan jiwa Islam. Ketika memberikan khotbah Iedul Fitri di Istana Negara tahun 1968, Buya Hamka memberikan makna Pancasila, dengan jiwa Islam. Sila pertama, Ketuhanan Maha Esa, menurut Buya Hamka adalah Tauhid, Lailaha illalah. Ketuhanan Maha Esa adalah Tauhid. Sila inilah yang menjadi sumber empat sila lainnya. (Hamka, 2002, Pancasila akan Hampa Tanpa Ketuhanan yang Maha Esa Dalam Dari Hati ke Hati)

Apabila manusia telah mempercayai Tuhan yang satu (Maha Esa), maka secara logis dan pasti, orang tersebut akan menghargai dasar sila kedua, yaitu peri kemanusiaan. Mengutip surat Al Hujarat ayat 14, Buya Hamka mengatakan dengan percaya pada Ketuhanan Yang Maha Esa pula, maka manusia akan menimbulkan rasa kebangsaan. Rasa kebangsaan itu adalah rasa mencintai tanah air, seperti yang sudah diteladani para pejuang Islam sejak zaman dahulu. Bukan rasa kebangsaan yang chauvinis dan bertentangan dengan peri kemanusiaan. Adab adalah kata yang berasal dari kosa kata arab yang mendapat nilai-nilai Islam.

Buya pun menjelaskan, Ketuhanan yang Maha Esa memberikan konsekuensi logis bagi manusia untuk bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Kata mufakat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab. Sebuah kata yang lagi-lagi mendapat nilai-nilai Islam.

Menurut Buya Hamka, Tauhid (beriman pada Tuhan yang maha Esa), sudah pasti menyuruh manusia untuk berbuat adil. Kata Al-Adl adalah salah satu dari nama Allah. Allah menyuruh manusia untuk mengerjakan amal dan kebaikan berjama’ah.

Penafsiran Pancasila dalam cahaya Islam, bagi Buya Hamka bermuara pada sila pertama, yang mencerminkan agama tauhid (Islam). “Agama yang mengakui ke-Esa-an Allah yang mutlak dan dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia. “ (Hamka, 2002, Ketuhanan yang Maha Esa Dalam Dari Hati ke Hati)

Tak ada penafsiran lain dari Ketuhanan yang Maha Esa, melainkan Tauhid. Buya menekankan,

“Tak ada kata lain, melainkan Allah, dan Allah itu Esa adanya. Jelas sekali dalam anggapan segala agama, bahwa Allah itu Esa. Dan jelas sekali disini bahwa sumber utama yang memberikan inspirasi sehingga timbulnya hasrat merdeka ialah Allah itu sendiri.” (Hamka, 2002, Ketuhanan yang Maha Esa Dalam Dari Hati ke Hati)

Sesungguhnya bukan Buya Hamka saja yang memaknai sila pertama sebagai Tauhid, tetapi juga Ki Bagus Hadikusumo dan Mohammad Hatta (seorang tokoh yang dalam perdebatan dasar Negara di Sidang BPUPKI termasuk dari kelompok nasionalis sekular). Maka sudah pasti Buya Hamka menolak tafsir Pancasila yang sekular.

Menurut Buya Hamka, “Di Negara kita ini tidak bisa sekularisme, kalau kita hendak berpegang pada UUD 1945, terutama dasar negara Pancasila. Janganlah dicoba sekali lagi, hendak membuat Pancasila kosong melompong, dengan menjadikan negara kita sekuler.” Menurut Buya justru dengan percaya pada Tuhan yang Maha Esa, maka Indonesia terhindar menjadi negara sekular. (Hamka, 2002, Dengan Sekularisasi Pancasila akan Kosong Dalam Dari Hati ke Hati)

Perubahan pandangan Buya Hamka terhadap Pancasila, tak bisa kita lepaskan dari situasi dan kondisi bangsa. Saat ada kesempatan untuk mengemukakan Islam sebagai dasar negara secara konstitusional, maka Buya Hamka tampil ke muka untuk memperjuangkannya. Saat ia menghadapi pemerintah orde baru yang tidak membuka kemungkinan untuk membicarakan kembali soal dasar negara, Buya Hamka memberikan penafsiran Pancasila yang sesuai dengan ajaran Islam. Penulis berpendapat, inilah cara Buya Hamka memperjuangkan syariat Islam. Bagi Buya,

“Orang Islam tidaklah apriori meminta agar Negara Republik Indonesia ini agar bernama Republik Indonesia Islam, sebab meskipun disini orang takut mendengar nama, namun ditinjau oleh orang luar, negeri ini bukan negeri Kristen, dan bukan negeri komunis, tetapi negeri orang Islam. Yang penting bagi kita bukan nama, tapi pengakuan di negeri ini, Islam adalah mayoritas, diberi hak melakukan kewajiban menjalankan syariat Islam dalam kalangan kita sendiri.” (HAMKA, 2002, Mengapa mereka Masih Ribut? “Mari kita Berpahit-pahit, Kaum Muslimin Belum Puas atas Kemerdekaan Ini” Dalam Dalam Dari Hati ke Hati)

Baik situasi ketika negara memungkinkan untuk memperdebatkan dasar Negara secara konstitusional, atau ketika Negara tidak memberikan jalan untuknya, Buya Hamka tetap berjalan di atas jalan jihad fi sabilillah memperjuangkan syariat Islam di Indonesia, terang dan terbuka. Maka kita renungkan dan resapi kata-kata Buya Hamka,

Negara kita berdasar Pancasila; dalam negara berdasar Pancasila itu, kita kaum muslimin wajib mengisinya dengan cinta yang telah kita terima dari langsung dari Allah dan Rasul.

Namun tidak!-demi Tuhanmu-tidaklah mereka beriman, sebelum engkau jadikan hakim, pada barang yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian itu tidak mereka dapati dalam diri mereka sendiri rasa keberatan pada apa yang engkau putuskan, dan mereka menyerah sebenar-benar menyerah.

Itulah dia iman, dan itulah dia hidup.

Kalau tidak, sama dengan artinya mati, walaupun nafas masih turun naik.” (HAMKA, 2002, Cintakan Rasul SAW dalam Dalam Dari Hati ke Hati)

Oleh karena itu, Buya juga mengingatkan kita untuk berterus terang tampil ke muka dan menyatakan pendirian sebagai umat Islam di Indonesia;

“Mari kita berpahit-pahit, kaum muslimin belum pernah merasa puas dalam kemerdekaan negeri ini kalau kewajiban menjalankan syariat Islam dalam kalangan pemeluknya seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 belum menjadi kenyataan.”

(HAMKA, 2002, Mengapa mereka Masih Ribut? “Mari kita Berpahit-pahit, Kaum Muslimin Belum Puas atas Kemerdekaan Ini” Dalam Dalam Dari Hati ke Hati)

Oleh: Beggy Rizkiyansyah – Pegiat Jejak Islam untuk Bangsa
artikel ini dimuat di Majalah Tabligh edisi bulan Agustus 2016

Jumat, 03 Maret 2017

*TRRNYATA MALAIKAT TIDAK DIBERI KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN*

(Sungguh merugi bila anda tidak menyelesaikan baca'an tulisan ini)

Berkata Ibnul Qudamah: "sangat dimakruhkan orang yang menghatamkan Al-qur'an lebih dari 40 hari".

Berkata Imam Qurtubi: "40 hari adalah waktu bagi orang -orang yang punya kelemahan membaca Al-qur'an dan orang memiliki banyak kesibukan".

Adakah di antara kita dalam sebulan atau 40 hari mengkhatamkan Al-qur'an..??

Jika kita memang orang yang berakal akan bergetarlah jiwa ini (karena kelalaian).

*di antara kebaikan Al-qur'an bahwa Allah akan memberkahi pembaca dan penghafalnya*

Berkata Abdul Malik bin Umair:
"Satu-satunya manusia yang tidak pikun adalah orang yang selalu membaca Al-qur'an".
Dalam redaksi lain
"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-qur'an".

Berkata Al-imam Qurtubi:
"Barang siapa yang membaca Al-qur'an,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim rahimahullah.
"Perbanyaklah membaca Al-qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Berkata Ibnu Solah:
"Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-qur'an,  maka oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari baca'an manusia".

Berkata Abu Zanad:
"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca Al-qur'an".

Berkata Shaikhul Islam ibnu Taimiyyah: "tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat kitabullah ta'ala".

Bergantunglah pada Alqur'an niscaya kau akan mendapatkan keberkahan.
Allah berfirman: "ini adalah kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh keberkahan agar mereka mau mentadaburi ayat-ayatnya".

Berkata sebagian ahli tafsir
"Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-qur'an maka kita akan di banjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".

"Saya memohon kepada Allah agar mberikan taufiqnya kepada saya dan kalian semua untuk selalu membaca Al-qur'an dan mengamalkan kandungannya".

Bila anda Cinta pada Alqur'an maka sebarkanlah,,,
demi Allah, sekian banyak orang yang membaca Alqur'an maka pahala anda akan selalu mengalir..
Semoga Bermanfaat

Putra Banten

*Salah satu anggota* rombongam Raja Salman Bin Abdul Azis Al Saud yg tiba hari ini di Indonesia adalah Dr. Mohammad Saleh Bin Taher Benten, Menteri Urusan Haji dan Umroh Kerajaan Arab Saudi. Apa yg menarik dari Menteri ini?  Beliau adalah Putra keturunan Banten, berasal dari Malingping.

Dr. Mohammad Saleh Bin Taher Benten, adalah pakar rekayasa teknologi komputer lulusan Teknik Komputer dari Universitas Colorado, Amerika Serikat. Sebelumnya, Saleh mengenyam pendidikan di Teknik Elektro dari King Fahd University of Petroleum and Minerals. Sebelum menjadi menteri dalam Kabinet Raja Salman, sejumlah posisi pernah dijabat Mohammad Saleh, seperti Wakil Menteri Haji serta Dekan Fakultas Sains dan Teknik Komputer King Fahd University of Petroleum and Minerals.

Hubungan tanah Banten dengan Arab Saudi sebelumnya juga dicatatkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi, ulama besar yang lahir dari pasangan Ulama Banten, ‘Umar bin ‘Arabi dan Zubaedah.di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten (Sekarang di Kampung Pesisir, desa Pedaleman Kecamatan Tanara depan Mesjid Jami’ Syaikh Nawawi Bantani) pada tahun 1230 H atau 1813 M.
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi adalah Imam Masjidil Haram yang sangat dikagumi, tidak saja di Arab Saudi, tetapi juga di seluruh dunia.

Selamat Datang yth. Raja Salman..

Kamis, 02 Maret 2017

Tulisan ini keren banget... Yang kesindir ga usah baper...

*Indonesia Mendadak Arab*

In sha Allah msih segar dlm ingatan kita, 3 rangkaian peristiwa yang terjadi di negeri kita tercinta, Indonesia Raya.

_Pertama,_ pidato politik seorang ketua umum partai yang mengatakan *"kalau mau menjadi orang Islam jangan menjadi orang Arab".*

_Kedua,_ seorang pemuda yg lugu nan polos di tangkap bak gembong teroris *karena membawa bendera merah putih bertuliskan kalimat Tauhid.* Kalimat itulah yang menjadi alasan bagi polisi menangkapnya dengan sangat dramatis, padahal kalimat di bendera itu adalah sebaik-baik kalimat di muka bumi.

_Ketiga,_ tiga orang yang in sha Allah pilihan Allah untuk mempersatukan ummat Islam Indonesia bahkan mungkin dunia yang tengah dikriminalisasi oleh penguasa.
*Ustadz Habibi Rizieq Syihab di Polda Jawa Barat, Ustadz Bahtiar Nasir di Polda Metro Jaya Jakarta, Ustadz Munarman di Polda Bali.*

*_Analisa sederhana,_*

Kunjungan Raja Salman dari Kerajaan Arab Saudi ke Indonesia adalah *tamparan halus* tapi menghunjam langsung ke jantung sang Ibu ketum parpol karena beliau terpaksa hrus menelan ludah yang sangat pahit. Sebagaimana perkataan ibu ketum juga menusuk hati ummat Islam, *karena kecintaan ummat Islam terhadap Arab adalah karena ikatan Aqidah yg dibawa oleh Rasulullah yang dipilih oleh Allah SWT dilahirkan di jazirah Arab.*

Indonesia akan menyambut kedatangan Raja Salman dengan nuansa Arab. Dan untuk sementara dari sebelum tanggal 1 sampai 9 Maret 2017 *masyarakat Indonesia akan disuguhi hal-hal berbau Arab. Di lini massa akan bertebaran berita seputar Arab dan semua tentang Arab.* Meski hanya sementara tp sepertinya sudah cukup bisa meresap di jiwa rakyat Indonesia umumnya dan ummat Islam khususnya untuk memunculkan rasa bangga menjadi bagian dari Arab. Dan mungkin setiap proyek hasil investasi Arab akan jadi pergunjingan warga *_"ini investasi Arab lho, bukan China"._* *Dan Indonesia mendadak Arab*

Perkataan sang Ibu ketum yang tendensius dan penuh kebencian yang lahir dari hati yang penuh kebencian pula. Meminjam istilah Aa Gym, teko hanya akan mengeluarkan isinya. Jika isinya kopi maka akan keluar kopi, jika isinya susu maka keluarnya pun akan susu. Nalar kita pun bisa bicara demikian. Jika isinya kopi sangat mustahil keluarnya adalah jus alpukat. Jika isinya teh, sangat mustahil keluarnya adalah nasi kotak.

_Sesungguhnya sudah nampak langsung kemurkaan Allah,_ ketika *Ibu yang terhormat ini gagap mengucapkan "Subhanahu wata'ala" pada saat beliau hendak mengakhiri pidatonya,* Isyarat bahwa Allah murka dan tdk bersedia Nama-Nya yang sempurna disebut oleh sang pendusta.

_Yaa Rabb jika msih hidup saja Engkau sudah cabut kemampuan lisan untuk menyebut nama-Mu, bagaimana akan mampu mengucapkan nama-Mu di akhir hayat nanti. Bukankah sebaik-baik kalimat penutup adalah kalimat Mu, nama-Mu?_

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia *membuat Indonesia harus mengibarkan bendera kerajaan Arab Saudi lengkap dengan Tulisan Kalimat Tauhid "Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah" di sepanjang jalan protokol yang akan dilalui Raja Salman dalam kunjungannya ke Indonesia.*

Ini seolah untuk *menyindir halus* akan kesalahan fatal yang telah dilakukan polisi dengan menangkap pemuda lugu pembawa bendera merah putih dengan tulisan kalimat Tauhid yang sama persis dengan kalimat yang ada di bendera Kerajaan Arab Saudi. *_Dlm beberapa hari kedepan kita akan terbiasa melihat bendera bertuliskan kalimat Tauhid bersanding dengan bendera merah putih kita._* Jika kemarin Nur Fahmi di tangkap dengan bendera merah putih bertuliskan kalimat Tauhid dalam keadaan terhina, *tapi sungguh Allah tidak terima dan dengan cara-Nya kalimat tauhid itu akan berkibar tegak di sepanjang jalan. Dan akan disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia. Allahu Akbar. Yaa Rabb Engkaulah sang Penguasa Jagad Raya.*
Berikutnya adalah Istana Bogor, tempat presiden Jokowi hendak menjamu Raja Salman dengan nasi kebuli adalah di bawah koordinasi wilayah Polda Jawa Barat dimana ustadz Habib Rizieq Syihab ditersangkakan.

Istiqlal di Jakarta, tempat ustadz Bahtiar Nasir didakwa dengan TPPU. Dimana sang raja juga akan mengadakan kunjungan singkat ke Masjid kebanggaan kita ini yang di bawah koordinasi wilayah Polda Metro Jaya Jakarta.

Bali, Raja Salman akan berlibur di daerah koordinasi wilayah Polda  Bali, di mana ustadz Munarman yang juga ditetapkan sebagai tersangka di Polda Bali.

_Sederhana,_ ini adalah taktik yang di pakai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang in sha Allah bagian dari petunjuk Allah untuk membuat gentar kaum kafir yang sering mengusik ketenangan kaum muslimin di Madinah. *Apakah dengan langsung mengirimkan pasukan perang? Tidak!* Tapi cukup dengan _mengirimkan sejumlah kecil pasukan ekspedisi._ *Pasukan kecil inipun sudah cukup untuk membuat musuh gempar dan kalang kabut.*

*Raja Salman sangat mengetahui kondisi Ummat Islam di Indonesia,* seperti yang disampaikan dubes Arab Saudi pada wawancara live di TV One. _Allahlah yang menggerakkan hati Raja Salman untuk mengunjungi Indonesia._ Allah pula yang menggerakkan Raja Salman dan rombongannya mengunjungi Bogor (Jabar), Istiqlal (Jakarta ), Nusa Dua (Bali) *_sebagai pasukan kecil ekspedisi untuk membuyarkan barisan musuh, merobek-robek kesombongan kaum munafikun, dan meluluh lantakkan harapan mereka untuk menguasai negeri kita tercinta ini. in sha Allah._*

Dan Allah pula yang menggerakkan Jokowi tanpa dia sadari untuk menunjukkan kepada Raja Salman tempat dimana dia membiarkan kriminalisasi terjadi terhadap para pemimpin dan ulama Islam Indonesia.

_Yaa Rabb Engkaulah sebaik-baik pembuat makar, balaslah makar mereka dengan sebaik-baiknya pembalasan._

Wallahu a'lam

_Umm Al Fatih (Ibu Rumah Tangga )_