Jumat, 13 Oktober 2017

RENUNGKAN SENDIRI

Suami dan istri harus baca.
Begitu juga para calon suami dan calon istri, cerita yang sangat perlu dibaca.

In syaa Allah cerita ini bisa diambil ibroh dan hikmahnya...

"Teeng..."
Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
“Assalamu’alaikum…!”
Ucapnya lirih Abdurrahman saat masuk rumah.
Tak ada orang yang menjawab, Dia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur.
"Biarlah malaikat yang menjawab salamku,”
Gumamnya dalam hati.
Diletakkanlah tas, ponsel dan kunci-kunci di meja.

Setelah itu, barulah Abdurrahman menuju kamar mandi sekalian berwudlu kemudian berganti pakaian.
Semua tertidur pulas, tak ada satu-pun yang terbangun.
Segera dia beranjak menuju kamar tidur.
Pelan-pelan dibukanya pintu kamar.
Dia tidak ingin menggangu istrinya yang sedang pulas tidur.
Benar saja istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadiran suaminya.
Kemudian Abdurrahman duduk di pinggir tempat tidurnya.
Dipandanginya dalam-dalam wajah Qonitat istrinya.
Abdurrahman teringat perkataan almarhum ayahnya, dulu sebelum dia menikah.
Ayahnya berpesan :
"Jika kamu sudah menikah nanti:
•Jangan berharap kamu punya istri yang sama persis dengan keinginanmu.
Karena kamu pun juga tidak sama persis dengan maunya.
•Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Dia bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi.
Dan..
°Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, Maka..
Lihatlah ketika istrimu tidur.."
“Kenapa Yah, kok waktu dia tidur?”
Tanyanya kala itu.
Ayahnya menjawab :
“Nanti kamu akan tahu sendiri"

Waktu itu, dia tidak sepenuhnya memahami maksud ayahnya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, karena ayahnya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.

Malam itu, Abdurrahman mulai memahaminya. Malam itu, dia menatap wajah istrinya lekat-lekat.
Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya.
Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima.
Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat.
Pancaran tulus dari kalbu.
Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan.
Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.
Dalam batin, Dia bergumam,
“Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis:
•Yang leluasa beraktivitas,
•Banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Lalu aku menjadikanmu seorang istri. •Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit.
•Memberikanmu banyak batasan,
•Mengaturmu dengan banyak aturan.
Dan aku pula..
•Yang menjadikanmu seorang ibu. •Menimpakan tanggung jawab yang tidak ringan.
•Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.
Wahai istriku..
Engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, kini aku memberikan beban di tanganmu, dan dipundakmu..
•Untuk mengurus keperluanku,
•Guna merawat anak-anakku, juga
•Memelihara kenyamanan rumahku.
Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku.
Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anak-anakku.
Kau tanggalkan segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku.
Kau buang egomu untuk menaatiku.
Kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.

Wahai istriku..
Di kala susah, kau setia mendampingiku.
Ketika sulit, kau tegar di sampingku.
Saat sedih, kau pelipur laraku.
Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku.
Jika aku gundah, kau penyejuk hatiku.
Kala aku bimbang, kau penguat tekadku.
Bila aku lupa, kau yang mengingatkanku.
Ketika aku salah, kau yang menasehatiku.

Wahai istriku..
Telah sekian lama engkau mendampingiku.
Kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki.
Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu..?!
Dengan alasan apa aku marah padamu..?!
Andai kau punya kesalahan atau kekurangan.
Semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan air mata.
Akulah yang harus membimbingmu.
Aku adalah imammu.
Jika kau melakukan kesalahan.
Akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu.
Jika ada kekurangan pada dirimu.
Itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah.
Karena kau insan, bukan malaikat.
Maafkan aku istriku..
Kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan.

Mari kita bersama-sama membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan keridhoan Allah azza wa jalla.

Segala puji hanya untuk Allah azza wa jalla yang telah memberikanmu sebagai jodoh untukku.”

Tanpa terasa air matanya menetes deras di kedua pipinya.
Dadanya terasa sesak menahan isak tangis.
Segera ia berbaring di sisi istrinya pelan-pelan.
Tak lama kemudian ia pun terlelap.

"Teeng..teeng.."
Jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali.
Qonitat, istri Abdurrahman terperanjat sambil terucap :
“Astaghfirullah, sudah jam dua..!"
Dilihatnya sang suami pulas di sampingnya.
Pelan-pelan ia duduk, sambil berdoa memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan.
“Kasihan suamiku, aku tidak tahu kedatanganmu.
Hari ini aku benar-benar capek, sampai-sampai nggak mendengar apa-apa.
Sudah makan apa belum ya dia..?!"
Gumamnya dalam hati.
Ada niat mau membangunkan, tapi ach.. tidak tega.
Akhirnya dia cuma pandangi saja wajah suaminya.
Semakin lama dipandang, semakin terasa getar di dadanya.
Perasaan yang campur aduk, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Hanya hatinya yang bicara :
“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku.
Aku telah yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku.
Begitu besar harapan kusandarkan padamu.
Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.
Wahai suamiku..
•Ketika aku sendirian..
Kau datang menghampiriku.
•Saat aku lemah..
Kau ulurkan tanganmu menuntunku.
•Dalam duka..
Kau sediakan dadamu untuk merengkuhku.
•Dengan segala kemampuanmu..
Kau selalu ingin melindungiku.
Wahai suamiku..
•Tak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku.
•Tak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu.
•Sulit dan beratnya mencari nafkah yang halal, tidak menyurutkan langkahmu.
Bahkan sering kau lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anak-anak.
Lalu..
Atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu.
Dengan alasan apa aku tidak berbakti padamu?
Seberapa pun materi yang kau berikan,
itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu.
Walau kau belum sepandai da’i dalam menasehatiku,
Tapi..
Kesungguhan & tekadmu beramal sholeh, mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Alloh..
Membanggakanku dan membahagiakanku.
Maafkan aku wahai suamiku..
Akupun akan memaafkan kesalahanmu.
Alhamdulillah.. segala puji hanya milik Allah.
Yang telah mengirimmu menjadi imamku.
Aku akan taat padamu untuk mentaati Alloh.
Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridho-Nya..”

ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
"Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota 'ayun waj'alna lil muttaqiina imaama"...Aamiin

Selasa, 10 Oktober 2017

*YANG AKU TAKUT...*

*_Yang aku takut_*
hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasehat,
namun
*sangat pandai menasehati*.

*_Yang aku takut_*
aku merasa paling benar
sehingga
*merendahkan yang lain*.

*_Yang aku takut_*
egoku terlalu tinggi
hingga
*merasa paling baik diantara yang lain*.

*_Yang aku takut_*
aku lupa bercermin,
namun
*sibuk berprasangka buruk kepada yang lain*.

*_Yang aku takut_*
ilmuku akan membuatku
*menjadi sombong, memandang rendah yang berbeda denganku*.

*_Yang aku takut_*
lidahku makin lincah membicarakan aib saudaraku, namun
*_lupa dengan aibku_*
*_yang menggunung dan tak sanggup kubenahi_*.

*_Yang aku takut_*
aku hanya hebat dalam berkata, namun
*_buruk dalam bertindak_*

*_Yang aku takut_*
aku hanya pintar dalam berdakwah, namun
*_sulit untuk mentaati_*

*_Yang aku takut_*
aku hanya cerdas dalam mengkritik,
namun
*_lemah dalam mengintrospeksisi diri sendiri_*

*_Yang aku takut_*
aku membenci dosa orang lain
namun
*_saat aku sendiri berbuat dosa, aku enggan membencinya_*.

*_Ya Allah ya Tuhanku_* ...

*aku berlindung padaMu*
*dari kelemahanku sendiri*

*Lembutkanlah hatiku*
*dan redam egoku*

*Jauhkan aku*
*dari sifat berbangga diri*,
*hasad*,
*iri dan dengki*.
_*Yaa Allah, yaa Robbi*_
*Sungguh*
*_aku memohon hidayah_*
*_dan ampunanMu_*
*اللهم انت ربي لااله الا انت خلقتني وانا عبدك وانا على عهدك ووعدك مااستطعت اعوذبك من شر ماصنعت ابوء لك بنعمتك علي وابوء بذنبي فاغفرلي فانه لايغفر الذنوب الا انت*
*Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin*.....

*MENUJU NEGERI SUPRARASIONAL*

Oleh *Dr. Ahmad Sastra*
_Ketua Divisi Riset dan Literasi Forum Doktor Islam Indonesia dan Dosen Pascasarjana UIKA Bogor_

Kemana seharusnya bangsa ini mengarah ?. Kemana sebenarnya bangsa ini sedang mengarah ?. Sudahkah cita-cita para pendahulu bangsa telah tercapai ?.  Tiga pertanyaan paling mendasar untuk menunjukkan identitas bangsa yang sebenarnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa perjalanan panjang bangsa Indonesia senantiasa diwarnai oleh berbagai peristiwa dalam rangka menemukan jati diri bangsa ini.

Pertanyaan pertama adalah pertanyaan normatif sekaligus historis. Normatif dalam arti bahwa berdirinya sebuah negara dengan segala kebijakan pemerintahnya adalah demi mewujudkan bangsa yang beriman, berdaulat, adil, makmur, aman dan sejahtera. Dalam bahasa sansekerta kondisi ini sering  diungkapkan dengan istilah gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo.

Satu hal yang tidak mungkin dipungkiri adalah bahwa setiap bangsa memiliki visi bagi kesejahteraan rakyatnya, meski kadang hanya sekedar retorika politik. Instrumen fundamental yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita kebangsaan suatu negara adalah nilai-nilai ideologis yang diyakini. Ideologi  negara adalah seperangkat paham dan keyakinan yang melahirkan sistem aturan  bagi kehidupan rakyatnya. Identitas negara sangat dipengaruhi oleh landasan  ideologinya.

Negara-negara yang mengadopsi ideologi kapitalisme seperti Amerika dan Eropa juga memberikan janji kepada rakyatnya untuk bisa hidup sejahtera. Demikian pula ideologi komunismepun menjanjikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Apalagi ideologi Islam, sebuah ideologi yang datang dari Allah juga merupakan seperangkat sistem nilai yang bisa mengantarkan rakyatnya sejahtera lahir batin. Ketiga ideologi ini sama-sama merupakan sistem nilai yang diterapkan oleh sebuah negara, namun memiliki perbedaan yang mendasar.

Perbedaan yang fundamental antar ideologi negara akan memunculkan berbagai benturan ideologis yang tidak mungkin di satukan. Antara Islam dan komunisme tidak mungkin disatukan, kapitalisme dengan komunisme juga demikian, apalagi Islam dan kapitalisme. Sudah menjadi sunnatullah yang haq dan yang batil tidak bisa disatukan. Allah menegaskan larang mencampur aduk kebenaran Islam dan kebatilan dalam surat Al Baqarah ayat 42, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”.

Ideologi kapitalisme memandang kesejahteraan sosial adalah dengan pandangan pragmatis. Bagi kapitalisme, kesejahteraan adalah tercapainya keinginan materi dan kesenangan yang bersifat duniawi semata. Sebab kapitalisme memiliki fundamental nilai yang berakar dari sekulerisme. Sekulerisme memandang agama tidak punya peran bagi urusan-urusan kenegaraan. Dalam pandangan sekulerisme, agama hanya dianggap sebagai urusan private setiap individu.

Dengan ideologi kapitalisme yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi oleh segelintir pemilik modal telah mengakibatkan jurang kesenjangan ekonomi yang semakin menganga. Kemiskinan dan kesengsaraan yang dijanjikan kapitalisme justru berujung kepada kesengsaraan rakyat banyak. Sebab rakyat banyak hanyalah dianggap sebagai budak-budak kaum kapitalis demi menambah kekayaan mereka. Tidak mengherankan jika negara-negara kapitalisme justru sering terjadi krisis ekonomi.

Sebaliknya, sistem komunisme seolah berpihak kepada rakyat miskin dan menentang kaum kapitalis atau borjuis. Namun disisi lain, istilah kesejahteraan dimaknai oleh komunisme sebagai tercapinya materi semata. Bahkan ideologi ini mengabaikan sama sekali peran Tuhan dengan tidak mempercayai adanya Tuhan. Nilai keyakinan komunisme inilah yang telah melahirkan pemerintahan diktator, karena pemimpinnya menganggap dirinya sebagai tuhan. Akibatnya, bukan kesejahteraan yang didapatkan rakyat, melainkan kenestapaan dan kesengsaraan  lahir batin. 

Allah dengan tegas telah memberikan ilustrasi fakta ini dalam surat ar Ruum : 41, “ telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah

merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
 
Perjalanan suatu negara di dunia adalah sebuah kontestasi nilai dan ideologi, saling mempengaruhi dan saling menguasai. Sayangnya dalam kontestasi nilai yang terjadi, nilai-nilai Islam belum dapat dirasakan pengaruh dan perannya. Padahal nilai Islam adalah nilai yang paling baik diantara nilai kapitalisme dan komunisme. Islam adalah sistem sosial yang memberikan rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta. Itu janji Allah, pemilik alam semesta. Islam bukan hanya berorientasi kesejahteraan duniawi semata, melainkan juga keselamatan dan kebahagiaan di akherat. Kekuasaan dipandang sebagai amanah yang bernilai ibadah dan akan dipertanggungjawabkan di akherat. Ideologi Islam melampaui rasionalitas kapitalisme dan komunisme. Ideologi Islam bersifat suprarasional. 

Dalam pandangan sistem nilai Islam, manusia adalah materi dan ruh, sebagai hamba yang ditugaskan untuk menjaga dan memakmurkan bumi atau khalifatul fil ardh.  Untuk itulah manusia diberikan akal, otak, panca indera untuk diberikan kebebasan memilih dan  berfikir dan membedakan kebaikan dan keburukan. Amal perbuatan manusia diperhitungkan oleh Allah apakah baik atau buruk. Manusia dalam sistem nilai Islam harus menyadari sepenuhnya dari mana mereka berasal, untuk apa mereka hidup di dunia dan hendak kemana setelah mati. Dengan pemahaman inilah manusia dalam Islam memiliki visi mulia yang disebut dengan istilah ibadah. Ibadah dalam arti luas, termasuk dalam bidang budaya.

Perjalanan kenabian Rasulullah adalah perjalanan dakwah dan perjuangan untuk membangun sebuah peradaban agung yang sarat dengan nilai-nilai religius, menggantikan peradaban jahiliyah yang paganistik dan amoral. Beliau bukan hanya dikenal sebagai pemimpin duniawi, melainkan juga pemimpin agama sekaligus. Hal ini menegaskan bahwa Islam bukanlah agama ritualistik semata, melainkan sistem kehidupan yang sempurna dan holistik. Islam mengajak kepada kehidupan yang agung di dunia dan kebahagiaan di akherat menggantikan sistem kehidupan yang sekuleristik.

Visi peradaban profetik inilah yang mengantarkan Rasulullah memiliki peran sempurna dalam upaya merealisasikan Islam rahmatan lil’alamin sepanjang perjalanan dakwah putra Abdullah ini. Tidak mengherankan jika Michael D Hart, seorang cendekiawan Barat bahkan menempatkan Rasulullah sebagai urutan pertama tokoh dunia paling agung dan berhasil dalam menegakkan peradaban kemanusiaan. Menurutnya, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa dalam hal dunia maupun agama. Dia sukses memimpin masyarakat yang awalnya terbelakang dan terpecah belah menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

Warisan sejarah bukanlah sekedar sebuah romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang dibanggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah juga bukan sekedar dokumentasi naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan. Sejarah perjalanan dakwah Rasulullah  adalah sebuah warisan nilai yang dibangun diatas keyakinan dan ghirah perjuangan untuk mewujudkan peradaban mulia. Karenanya sejarah Rasulullah bukanlah sekedar warisan konseptual belaka melainkan juga merupakan warisan metodologis yang bisa diaplikasikan pada masa kini untuk meraih kemajuan bangsa.

Sistem nilai Islam melarang manusia untuk berbuat buruk dan merusak kehidupan. Allah mengingatkan dalam surat al A’raaf : 85, “ dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". Inilah karakteristik epistemologi Islam yang mengintegrasikan antara fenomena kosmos, sains dan teologis sekaligus. Prinsip suprarasionalistik sistem Islam ini akan mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa adidaya dan super power, kokoh ekonominya, sejahtera rakyatnya, berdaulat politiknya, merdeka negaranya dan juga mulia martabatnya. Itupun jika negeri ini mau menerapkannya.[]

=====
Mau update Kabar Dunia Islam Terkini?

Minggu, 08 Oktober 2017

*BELAJAR DARI BAN*

Seorang anak memperhatikan Ayahnya yang sedang mengganti *BAN* mobil mereka.

_"Mengapa Ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?"_ tanya si bocah dengan penasaran.

Sang Ayah tersenyum.
_"Sini, nak, kau lihat dan perhatikan._
_Ada 6 hal tentang *BAN* yang bisa kita pelajari untuk hidup kita,"_ katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya.

*"Belajar dari BAN?"*

Mata sang anak membelalak.
_"Lebih pintar mana *BAN* ini daripada Bu guru di sekolah?"_

Sang Ayah tertawa.
_"Gurumu tentu pintar, Nak._
_Tapi perhatikan *BAN* ini dengan segala sifat-sifatnya._

_Pertama, *BAN* selalu konsisten bentuknya._
_Bundar._
_Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu._
_*BAN* tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."_

Si bocah mulai serius.
_"Benar juga ya Yah._
_Terus yang kedua?"_

_"Kedua, *BAN* selalu mengalami kejadian terberat._
_Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan._
_Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan._
_Ketika ada banjir, dia juga yang harus mengalami langsung._
_Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?"_ tanya sang ayah.
_"Aku tahu, pasti *BAN* ya Yah?"_ jawab sang bocah antusias.

_"Benar sekali._

_Yang ketiga, *BAN* selalu menanggung beban terberat._
_Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan._
_Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang._
_Coba kau ingat,"_ ujar sang Ayah.
Si bocah mengangguk.

_"Yang keempat, *BAN* tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain._
_*BAN* selalu senang bekerja sama._
_Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti._
_Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat._
_Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya?_
_Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"_

_"Wow, benar juga Yah,"_ puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang Ayah.

_"Nah, sifat kelima *BAN* adalah, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri._
_Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."_
_"Maksud Ayah apa?""_ tanya si bocah bingung.
_"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?"_ tanya sang Ayah disambut anggukan sang bocah.
_"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"_

_"Persis,"_ jawab sang Ayah.
_"Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu._
_Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll._
_Jarang sekali ada orang yang memperhatikan *BAN apalagi sampai memujinya.*_
_Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau *BANnya kempes atau bocor."*_

_"Wah, iya ya Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."_

Sang Ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

_"Yang keenam tentang *BAN* adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat *BAN* tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana._
_Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."_
Sang anak mengangguk-angguk.

Sang Ayah menuntaskan penjelasannya, _"Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, dan jangan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak dalam ketaatan dan kedisiplinan di manapun kau berada._
_Itulah yang Ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari *BAN* untuk hidup kita._