Kamis, 06 Juni 2013

3 Manfaat Pelukan Bagi Suami Istri

Foto: 3 Manfaat Pelukan Bagi Suami Istri
Diposkan kembali oleh Renungan Doa dan Motivasi pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 08.25 WITA

Pelukan, meskipun hanya dilakukan sebentar, ternyata mendatangkan banyak manfaat bagi suami istri. Berikut ini adalah tiga diantara sekian banyak manfaat pelukan bagi suami istri beserta penjelasan ilmiahnya:

1. Menenangkan
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari gua Hira seusai menerima wahyu pertama, beliau menggigil seperti demam. “Zammilunii... zammiluni...” kata beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Pada saat itu Rasulullah mengkhawatirkan dirinya, namun dengan dukungan sang istri, kekhawatiran itupun sirna.

“Saat tubuh merasakan sentuhan, nueotransmitter di otak akan mengirimkan hormon Endormorfin ke dalam aliran darah dengan jumlah cukup besar. Hormon tersebut mampu menurunkan ketegangan saraf dan tekanan darah” tulis Cahyadi Takariawan dalam Wonderful Family.

Demikianlah, Anda juga bisa mempraktekkannya. Jika suami Anda kalut, galau, atau menghadapi masalah, peluklah ia. Sebagai istri, Anda adalah orang yang paling berhak menenangkannya. Buktikan bahwa diri Anda adalah perhiasan terbaik di muka bumi.

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adaah wanita shalihah” (HR. Muslim).

Demikian pula jika istri Anda menghadapi masalah atau mengkhawatirkan buah hatinya, yang sedang sakit misalnya. Pelukan Anda akan membantu menenangkan dirinya.

2. Memberikan dukungan
Sebuah penelitian yang dilakukan University of California membuktikan, suami istri yang saling berpegangan tangan dan bersentuhan dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan, berpelukan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan semangat.

Pepatah Arab mengatakan, “Di balik pahlawan besar selalu ada perempuan agung.” Maka jika Anda menginginkan suami berprestasi dan menjadi pahlawan, dukungan Anda adalah salah satu kuncinya. Dukungan tidak selalu harus berupa kata-kata. Terlebih bagi banyak pria, mereka kurang bisa menjadi pendengar yang baik. Maka sedikit kata yang kau bisikkan disertai pelukan akan menjadi salah satu dukungan dan motivasi besar baginya.

“Perempuan bagi banyak pahlawan,” kata Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapatkan ketenangan dan gairah, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energinya di luar rumah dan mengumpulkannya kembali di dalam rumah.”

3. Mendekatkan hubungan
Terkadang, sulit bagi suami istri yang sedang marahan atau berselisih untuk memulai meminta maaf dengan kata-kata. Nah, jika Anda saat ini sedang ada “masalah”dengan istri atau suami Anda, dekatilah ia. Kemudian peluklah ia. Jika bibir belum mampu bicara banyak, cukup kalimat singkat “Maafkan aku sayang.”

Pelukan seperti ini tentu saja tidak hanya dibutuhkan pada saat terjadi konflik. Pelukan yang rutin dilakukan oleh suami istri akan semakin mendekatkan hubungan keduanya. Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

Diposkan kembali oleh Renungan Doa dan Motivasi pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 08.25 WITA

Pelukan, meskipun hanya dilakukan sebentar, ternyata mendatangkan banyak manfaat bagi suami istri. Berikut ini adalah tiga diantara sekian banyak manfaat pelukan bagi suami istri beserta penjelasan ilmiahnya:

1. Menenangkan
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari gua Hira seusai menerima wahyu pertama, beliau menggigil seperti demam. “Zammilunii... zammiluni...” kata beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Pada saat itu Rasulullah mengkhawatirkan dirinya, namun dengan dukungan sang istri, kekhawatiran itupun sirna.

“Saat tubuh merasakan sentuhan, nueotransmitter di otak akan mengirimkan hormon Endormorfin ke dalam aliran darah dengan jumlah cukup besar. Hormon tersebut mampu menurunkan ketegangan saraf dan tekanan darah” tulis Cahyadi Takariawan dalam Wonderful Family.

Demikianlah, Anda juga bisa mempraktekkannya. Jika suami Anda kalut, galau, atau menghadapi masalah, peluklah ia. Sebagai istri, Anda adalah orang yang paling berhak menenangkannya. Buktikan bahwa diri Anda adalah perhiasan terbaik di muka bumi.

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adaah wanita shalihah” (HR. Muslim).

Demikian pula jika istri Anda menghadapi masalah atau mengkhawatirkan buah hatinya, yang sedang sakit misalnya. Pelukan Anda akan membantu menenangkan dirinya.

2. Memberikan dukungan
Sebuah penelitian yang dilakukan University of California membuktikan, suami istri yang saling berpegangan tangan dan bersentuhan dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan, berpelukan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memberikan semangat.

Pepatah Arab mengatakan, “Di balik pahlawan besar selalu ada perempuan agung.” Maka jika Anda menginginkan suami berprestasi dan menjadi pahlawan, dukungan Anda adalah salah satu kuncinya. Dukungan tidak selalu harus berupa kata-kata. Terlebih bagi banyak pria, mereka kurang bisa menjadi pendengar yang baik. Maka sedikit kata yang kau bisikkan disertai pelukan akan menjadi salah satu dukungan dan motivasi besar baginya.

“Perempuan bagi banyak pahlawan,” kata Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapatkan ketenangan dan gairah, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energinya di luar rumah dan mengumpulkannya kembali di dalam rumah.”

3. Mendekatkan hubungan
Terkadang, sulit bagi suami istri yang sedang marahan atau berselisih untuk memulai meminta maaf dengan kata-kata. Nah, jika Anda saat ini sedang ada “masalah”dengan istri atau suami Anda, dekatilah ia. Kemudian peluklah ia. Jika bibir belum mampu bicara banyak, cukup kalimat singkat “Maafkan aku sayang.”

Pelukan seperti ini tentu saja tidak hanya dibutuhkan pada saat terjadi konflik. Pelukan yang rutin dilakukan oleh suami istri akan semakin mendekatkan hubungan keduanya. Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

Sebelum Menikah...

Diposkan oleh Blog Renungan pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 08.05 WITA
“Beruntunglah jika saat ini anti belum menikah…” kata partner kerja saya tiba-tiba.
“Lha kok begitu…??” jawab saya penuh tanya.
”Iya tentu saja... sebab terlalu banyak wow dan haaah… yang bakal anti temui sesudah menikah… itu sebabnya anti lebih beruntung punya waktu lebih lama untuk belajar dan mempersiapkan diri “ demikian partner kerja saya itu menjelaskan, ”beda dengan saya dulu saat memutuskan menikah… tak banyak persiapan mental dan ruhiyah… terlebih lagi persiapan niat… akhirnya saat di awal perjalanan pernikahan saya sering mengalami shock terapy
”Begitulah… jika tidak benar- benar menata niat sejak awal… bukan tidak mungkin bahtera rumah tangga yang telah dibina akan karam dihempas derasnya gelombang masalah,” begitu serius ia menasehati saya.

Banyak hal yang mungkin muncul dan menjadi riak-riak gelombang atau bahkan menjadi tsunami yang bakal menguji jalannya bahtera rumah tangga. Diantaranya orientasi sebelum menikah, jika disorientasi sejak awal, bisa-bisa berbahaya. Misalnya jika bagi wanita orientasi awal menikah untuk melepas beban mencari nafkah. Menikah biar ada yang ngasih biaya, tidak usah susah-susah bekerja. Sebaliknya bagi pria, saat menikah tak perlu lagi mencuci, menyetrika, atau berharap jika mau makan apapun sudah tersedia diatas meja. Lha… jika yang terjadi sebaliknya dan tidak sesuai harapan. Gaji suami yang pas-pasan, cita rasa masakan istri yang tidak karuan, cucian dan setrikaan yang menumpuk bisa jadi ladang subur penyebab pertengkaran. Belum lagi, kekurangan-kekurangan yang perlu disyukuri dan kelebihan-kelebihan yang patut diwaspadai dari pasangan yang dinikahi. Lebih pendiam, kurang cerewet, mendengkur jika tidur, malas mandi, malas dandan, pelupa akut, kebiasaan teledor atau hobi belanja yang kurang sesuai dengan anggaran bisa jadi mengundang persoalan. Ditambah kemudian, kultur dan kebiasaan dari keluarga besar pasangan kita. Mertua yang terlalu baik hingga setiap ada persoalan suami-istri selalu mengambil peran untuk membantu menyelesaikan. Mereka seringkali terlalu khawatir dengan sang anak hingga setiap keperluan masih selalu saja diperhatikan. Hingga tak jarang eksistensi sang menantu jadi terabaikan. Demikian banyak hal, mulai yang sepele hingga yang serius yang bisa menjadi pemicu masalah. Yang bila kurang bijak dalam menyikapi dan menuntaskannya akan berbahaya.

Maka dari itu, sejak awal harus menata persepsi. Menikah tak hanya yang indah-indahnya saja yang merupakan nikmat. Berlelah-lelah mencari nafkah itu juga nikmat. Berusaha memberi senyum termanis di sela lelah mengurus rumah seharian adalah nikmat. Bersungguh-sungguh menerima dan memahami pasangan dengan sepenuh hati itu nikmat. Merebut hati mertua dengan simpati adalah nikmat. Menerima nasehat bijak yang mungkin menyakitkan dari mertua adalah nikmat. Sebagaimana dikatakan Salim A. Fillah, Sebab menikah adalah nikmat dan keindahan kecuali bagi yang menganggapnya sebagai beban. Sebab rumah tangga adalah kemuliaan, kecuali bagi yang memandangnya sebagai rutinitas tanpa makna. Sebab menikah adalah salah satu wasilah untuk mendapat syurga, kecuali bagi yang mejadikannya sebagai fase hidup yang dilewati begitu saja.

Adalah Niat. Itulah persiapan pra nikah yang terpenting yang bisa saya dapatkan dari perbincangan saya dengan rekan kerja saya tersebut. Sebagaimana yang pernah disinggung oleh ustadz Fauzil Adhim di sebuah forum kajian, jika ada seandainya ada 8 kali pertemuan kuliah pra nikah maka hendaknya ada 6 kali pertemuan yang hanya akan membahas 1 hal saja yaitu niat. Innamal a’maalu bin niyaati wa innamaa likullimrii-in maa nawaa. Sebab berbagai macam kitab hadist menempatkan hadist tersebut hampir selalu di awal pembahasan dan menegaskan bahwa apa yang kita peroleh berdasarkan atas apa yang kita niatkan. Dan sebagaimana pengalaman berharga dari rekan kerja saya tersebut. Niat awal ketika mulai memutuskan untuk menikah itulah yang akan menjadi pondasi pijakan kita dalam bersikap dan saat mengambil keputusan penting saat datang persoalan yang genting. Niat pula yang akan menentukan apakah ada barakah di sepanjang perjalanan pernikahan yang dilalui. []

Karena Allah, Aku Menikah Denganmu

Diposkan Oleh Blog Renungan pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 08.00 WITA
Anas Ibnu Malik radhiyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: "Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat." (HR. Ahmad. Shahih menurut Ibnu Hibban)

Dari hadits tersebut dikatakan bahwa seorang laki-laki diminta untuk menikah dengan wanita yang subur yang bisa mempunyai banyak keturunan. Namun meskipun begitu tujuan menikah tak serta merta untuk memiliki keturunan atau untuk memenuhi kebutuhan biologis semata. Adanya cinta yang dilandaskan karena Allah membuat dua insan yang sama-sama memiliki kelebihan kekurangan bersatu.

Saya mendapatkan cerita dari salah seorang wali murid yang biasa saya panggil Ummi. Bebeberapa minggu yang lalu, saat kami bertemu di asrama ummi menceritakan pada saya bahwa beliau telah menjodohkan seorang akhwat (sebut saja Melati) dengan seorang mas-mas (sebut saja mas Joko).

Melati adalah seorang guru ngaji anak ummi. Aktif, vocal, dan berprestasi. Sedangkan mas Joko adalah anak kost dari ibu ummi. Pendiam, kalem, dan tak seberprestasi Melati. Ketika keduanya ditanya sama ummi, apakah sudah siap untuk menikah. Mereka jawab ia. Kemudian ummi memperlihatkan foto masing-masing kepada mereka. Dan mereka sepakat untuk melanjutkan pada proses ta’aruf.

Selama proses ta’aruf keduanya saling terbuka. Dimulai dari mas Joko yang memperkenalkan jati dirinya lengkap. Satu paket antara kelebihan dan kekurangannya. Begitupula dengan Melati. Diapun menceritakan siapa jati dirinya. Satu paket antara kelebihan dan kekurangannya. Tak ada yang ditutupi antara keduanya. Saling terbuka. Hingga setelah ditanya sama ummi apakah mau lanjut ataukah sampai pada proses ini. Keduanya sepakat untuk lanjut. Semua mengucap tasbih, Melati, mas Joko, abi dan ummi yang ikut mendampingi proses ta’aruf mereka.

Setelah proses ta’aruf selesai Melati ditanya sama ummi “Eh kok kalian bisa langsung cocok begitu? Padahal orang itu biasa saja. Sementara kamu kan aktif dan berprestasi”

“Iya, Mi. Saya juga ga tahu kenapa. Saya hanya berdoa sama Allah agar diberi pendamping yang siap menerima saya apa adanya. Sedang dia mau menerima saya apa adanya” jawab Melati, sementara ummi mengucap tasbih.

“Tapi Mi, masak mau nikah saja, calon suami saya harus punya modal 40 juta untuk operasi organ kewanitaan saya?” lanjut Melati.

“Ya tak apa. Kalau memang Allah memberi rizki, insya Allah nanti kan bakal dioperasi. Toh dia juga gapapa to?” kata ummi disambut senyuman Melati.

Di lain waktu mas Joko yang ditanya sama ummi.

“Eh mas, kok kamu bisa langsung mantap sama dia?”

“Iya bude. Saya juga ga tahu. Saya minder bude, saya kan banyak kekurangannya”

“Lha nanti masalah itu gimana? Kan kalau kalian mau (‘afwan) jima’ kan dia harus dioperasi dulu” lanjut ummi.

“Tak apa bude. Gak harus sekarang kok. Saya niat nikah bukan untuk itu” jawab mas Joko.

Sungguh mengharukan. Bagaimana mas Joko bisa menerima Melati yang, punya kekurangan pada organ kewanitaannya. Sehingga untuk bisa melakukan (‘afwan) jima’ Melati harus dioperasi yang biayanya mencapai 40 juta. Sedangkan Melati dengan segala prestasinya mau menerima mas Joko yang biasa saja atau dalam artian tidak seberprestasi dirinya. Dari cerita ummi ini, saya mencoba mengambil beberapa pelajaran, yakni :

Yang pertama, keterbukaan selama proses ta’aruf yang pada akhirnya mempersatukan mereka. Saudaraku, adanya keterbukaan selama proses ta’aruf sangat penting. Karena dari sini kita dapat mengetahui secara detail kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sehingga kita dapat memantapkan hati untuk lanjut ataukah berhenti sampai pada proses ta’aruf.

Kadangkala karena sudah ada kecondongan hati terhadap ikhwan atau akhwat yang diajak ta’aruf membuat kita menyembunyikan kekurangan kita. Yang pada akhirnya ketika jadi menikah akan menimbulkan kekecewaan pada salah satu pihak.

Seperti yang terjadi pada salah seorang teman. Selama proses ta’aruf ternyata dari ikhwannya masih ada yang ditutupi. Dan setelah menikah baru ketahuan kalau ikhwan tersebut punya ‘kelainan’ yang berujung pada keretakan rumah tangga mereka. Hal ini tentu lebih menyakitkan dibanding ketika kita memberi tahu sejak proses ta’aruf. Terserah jadi atau tidak. Supaya kita juga tidak merasa seperti membeli kucing dalam karung yang kita tidak tahu isi kucing tersebut benar-benar baik atau tidak. Hehe.

Yang kedua, kesiapan keduanya untuk menerima apa adanya calon pasangan dengan tidak menetepakan banyak kriteria. Melati hanya meminta kepada Allah calon yang siap menerima dia apa adanya. Bahasanya satu paket antara kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan mas Joko yang merasa dirinya tak punya banyak kelebihan seperti Melati, siap menerima Melati dengan kekurangannya tersebut.

Yang ketiga adalah niat untuk menikah. Sebenarnya niat kita menikah itu apa? Apakah benar-benar karena Allah ataukah hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis semata?. Kalau hanya itu tujuannya, maka mas Joko jelas tidak akan menerimah Melati. Karena untuk mendapatkan kebutuhan biologis tersebut Melati harus dioperasi yang biayanya mencapai 40 juta.

Namun di sinilah kelebihan keduanya. Mereka benar-benar niat menikah karena Allah. Melati siap menerimah mas Joko apa adanya, meski tidak satu marhalah, tidak seberprestasi dirinya. Sedangkan mas Joko juga begitu, dia meniatkan semuanya karena Allah. Perkara kekurangan Melati tersebut, itu bisa diatasi. “Tidak bude, saya tidak menikah karena itu (kebutuhan biologis). Tapi saya benar-benar menikah karena Allah” katanya pada ummi. Ibaratnya kekurangan fisik itu bisa diperbaiki, sedangkan kekurangan (cacat hati dan akhlak) itu yang menjadi masalah besar.

Semoga kita dapat mengambil ibrah dari sedikit cerita ini. Waallahu a’lam bish-showab.

Menikah, Membuka Kran Rezeki

Diposkan kembali oleh Blog RENUNGAN pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 07.45 WITA
“Menikah itu menyatukan beberapa kran rezeki, maka jangan takut melangkah”

Apa yang salah dengan keputusanku? Aku merasa sudah cukup bekal untuk menapaki kehidupan baru yang jauh lebih bertenaga. Bukan sekedar menikmati suasana damai di pantai, tapi derasnya gulungan ombak samudra, badai, juga mesti aku rasakan, untuk membuatku setegar karang yang terbenam di dasar pulau.

Dua puluh lima tahun menjadi usia paling pas untuk menikah. Jika sudah ada niat, maka langkah apalagi yang harus menghalangi? Bekal berlayar sudah aku persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Sudah tiga kali seminar pranikah aku ikuti. Tekadku, aku tak mau ikut seminar bertema sama untuk ketiga kalinya, kecuali aku tampil sebagai pembicara, dan bukan sebagai peserta lagi.

Kurang apalagi? usia sudah sangat cukup, maisyah sudah ada, mau kapan lagi akan punya ‘Aisyah’? Sudah sedemikian banyak amanah aku dapatkan, apalah lagi yang menghalangiku untuk memiliki ‘Aminah?’ Namun keinginan itu tak semulus apa yang aku impikan. Ada sedikit kerikil di tengah jalan yang perlu aku bersihkan baik-baik. Keputusan untuk menikah dianggap terlalu dini dan mendapat tanggapan dingin dan terkesan meremehkan dari banyak pihak termasuk sebagian besar keluargaku. Mereka menganggap aku belum mapan, hanya melihat karena pekerjaanku sebagai guru, swasta lagi.

“Mapankan dulu karir, baru menikah,”
“Kamu sudah yakin, mau menikah?”
“Menikah itu memelihara anak orang lho, nggak sembarangan,”
“Apa nggak kasihan sama ibu kamu yang pontang-panting cari duit buat bayar hutang dan juga sekolah adik-adikmu?”
Begitu komentar sebagian besar yang sampai di telingaku. Selain karena masih banyak tanggungan, aku masih dianggap sebagai anak yang diandalkan untuk menyetabilkan roda perekonomian keluarga. Beberapa diantaranya membantu menopang kebutuhan keluarga di rumah, mulai dari memasok uang saku adik-adik, bayar listrik, kebutuhan rumah lainnya, dan yang paling terasa adalah membiayai adikku ketika pertama masuk kuliah.
Sehingga kalau menikah, menurut kesimpulan mereka, otomatis akan menambah beban tanggungan biaya yang harus aku keluarkan. Apalagi usaha bapakku semakin kesini, semakin lesu. Penghasilannya tak semaju dulu. Mungkin karena tergerus saingan usaha sejenis yang sudah sedemikian menjamur, ditambah lagi usaha bapakku kurang terobosan. Sehingga sebagai anak pertama, aku turut merasakan pula menjadi kepala keluarga kedua setelah bapakku. Permintaanku hanyalah satu, “Allah, mudahkan aku memperoleh rezeki-Mu, mudahkanlah jodohku. Hadirkan keduanya dengan cara yang tak terduga.”

***
“Mau nggak aku kenalin. Ada seorang akhwat, salehah, cantik, dan siap nikah. Khitbah segera jika tak ingin ada orang lain mengkhitbahnya.” Hanya dalam hitungan hari setelah mengajukan permintaan itu, datang sebuah SMS itu.

Yang mengejutkan, pengirim SMS tersebut, perangainya kurang meyakinkan untuk menjadi mak comblang, lantaran masih kekanak-kanakkan. Aku sempat cuek dan tidak mau ambil pusing. Tapi sms-sms berikutnya terus berdatangan, yang isinya semakin hari semakin provokatif. Dia menyarankan agar aku segera berbuat sesuatu. Entah mengapa dada aku bergetar seperti membentuk getaran yang menyelusup relung jiwa tanpa permisi. Ia berhasil membuatku penasaran!

Di sebuah acara Seminar Pra Nikah, sang provokator itu memfasilitasi kami untuk bertemu. Ini berarti seminar pranikah yang ketiga kalinya. Prediksiku meleset lagi. Huh, aku sendiri heran, momen ini bisa pas mengupas masalah nikah. Ini berarti, untuk ketiga kalinya aku mengikuti seminar bertema sama. Keinginanku untuk stop mengikuti acara semacam ini belum terturutkan. Aku harap itu adalah seminar pranikah terakhir yang aku ikuti.

Kawan, jangan bayangkan pertemuan itu seperti dalam sinetron-sinetron. Bisa saling tatap dalam jarak yang amat dekat, diwarnai perasaan salah tingkah, lalu saling mengulurkan tangan, bersalaman, genggaman erat tangan tak lepas-lepas, dan baru mulai bicara saat disenggol lengannya oleh temannya, karena asyik terlena menggenggam dan menatap wajahnya. Aku tidak senaif itu.

Sesuai rencana, aku berkesempatan melihatnya di akhir acara. Yang aku alami tatkala itu adalah aku sempat menatap sekilas dari jarak sekitar 50 meter. Pertemuan itu pun hanya sekelebatan saja. Hanya dalam hitungan detik, karena saat itu hendak shalat dzuhur dan dia tampak buru-buru mau pulang. Entah, setelah pertemuan kilat itu, hati mendadak seperti magnet yang mengarah padanya: dialah muslimah yang akan menjadi istriku! Keyakinan itu begitu saja tumbuh. Entah datang dari mana, padahal melihat wajahnya saja hanya samar-samar. Lantaran sudah sedemikian yakin, pada kesempatan lain, aku mengusulkan untuk saling bertukar biodata, untuk kemudian berlanjut pada tahapan taaruf, khitbah, lalu nikah.

“Ternyata kau masih muda..” begitu komentarnya saat prosesi taaruf. Fakta baru yang mengejutkan, usianya terpaut 3 tahun di atasku. Aku 25 tahun, sementara ia 28. Dalam hati sempat bertanya-tanya, apakah perbedaan usia akan dipermasalahkan? Mudah-mudahan tidak. Rasulullah Saw saja menikah dengan Khadijah r.a yang usianya terpaut 15 tahun. Berarti perbedaan usiaku dengannya belum apa-apa. “Tapi kau kelihatan dewasa,” lanjutnya lagi.

“Apa keberatan jika menikah dengan yang lebih muda usianya?” tanyaku menyelidik berlagak seperti detektif.

“Bagiku tidak masalah, asal berpikiran dewasa dan siap memimpin keluarga. Dan yang paling penting siap membimbingku meraih surga,” jawabnya mantap. Jika jawabannya sudah begitu, maka nikmat Allah yang manakah yang akan kau dustakan?

Saat kami saling bersepakat untuk menikah, diam-diam terdengar kabar, ada seseorang yang menyesalkan melihat prosesi taaruf kami yang berlangsung sedemikian cepat. Menyesal lantaran ia keduluan temannya ‘yang kurang meyakinkan itu’ untuk menjadi mak comblang, menjodohkan kami. Diam-diam ternyata beberapa temanku merencanakan sesuatu yang sedemikian indah! Alhamdulilah berhasil. 

***
Begitu mendengar dia meminta mahar buku tafsir fi dzilalil qur’an karya Sayyid Qutub sebagai mahar, langsung aku memesannya. Padahal saat itu aku sama sekali tak punya uang. Modalku hanya niat. Tanpa aku duga, begitu pesanan sampai, pada hari itu juga aku mendapat buku rekening lewat sekolah yang nominalnya satu setengah juta, dan langsung bisa dicairkan keesokannya. Aku pun langsung mengalokasikannya untuk membayar buku tafsir pesanan itu.

Belakangan menjelang pernikahan, calon istriku menyarankan lagi sebaiknya mahar ada yang berupa harta, entah berupa uang atau perhiasan. Mengingat itu penting, aku menyanggupi meski saat itu aku tak punya uang sama sekali. Di dompet hanya tinggal beberapa lembar ribuan. Ingin memberikan mahar perhiasan, tapi perhiasan itu belum di tangan, karena belum bisa aku pastikan. Maka aku memutuskan untuk memberikan tambahan mahar berupa uang sebesar satu juta rupiah. Gajiku saja jumlahnya segitu kurang sedikit. Pos itu rencananya akan aku ambil pada gajiku di bulan depan, bulan saat pernikahanku berlangsung. Mungkin aku akan minta gajian lebih dulu dari tanggal yang sudah ditentukan. Selebihnya berdoa sekuat tenaga untuk mendapatkan celah rezeki yang datangnya tak terduga.

***
“Sudah lengkap semua yang mau dibawa saat seserahan?” tanya nenekku.
“Kalau perabotan, Insyaallah sudah semua.”
“Bagaimana dengan perhiasan?”
Aku tercekat mendapat pertanyaan itu. Saldo tabunganku sudah menipis. Sebagian besar habis untuk membeli perlengkapan seserahan yang dianggap prioritas, juga untuk biaya yang sifatnya administratif. Barang-barang yang mau dibawa saat seserahan pun tidak sekaligus dibeli, melainkan menyicil setiap bulannya. Dari penghasilan yang aku peroleh, aku menyicil membeli perabotan. Bulan pertama membeli termos, rantang. Bulan kedua membeli rice cooker, bulan ketiga piring, gelas, sendok dan garpu, bulan keempat baju-baju, bulan kelima kompor, dan sebagainya. Hasil menyisihkan tiap bulan, nyaris tak ada alokasi untuk membeli emas, karena minimnya dana.

Tentang emas itu, kepikiran jelas saja. Kata nenekku, paling tidak lima gram dibawa pada saat seserahan. Malu kalau tak bawa, katanya.

Allah… dari mana aku harus dapatkan emas itu? Apakah itu harus? Aku belum ada uang untuk beli perhiasan. Sementara tabunganku di rekening… oh, seratus ribu pun tak sampai.

Saat melamarnya aku hanya bisa membeli sebutir cincin. Kesempatan yang sama saat membeli tafsir sebagai mahar, terulang lagi. Yakni mendapat mendapat uang satu setengah juta tanpa harus lelah mencari, yang setelah aku ketahui ternyata itu adalah tunjangan fungsional yang cairnya selama setengah semester sekali. Alhamdulilah….

Aku sebenarnya tak mempermasalahkan, jika tak bawa seserahan tanpa emas. Aku sudah sampaikan ini pada calon istriku, sudah aku sampaikan juga bagaimana kondisi keluargaku yang berasal dari keluarga sederhana. Ayahku hanya seorang pedagang di perantauan. Ibuku penjual nasi bungkus sarapan di pagi hari, dan keliling jualan gorengan di sore hari. Sementara aku, seorang guru, swasta pula. Penghasilanku tak seperti kebanyakan para pemuda seusia aku yang kebanyakan merantau berdagang martabak, dan bisa memberikan emas bergram-gram dengan barang seserahan super lengkap saat menikah.

Ah, aku tak perlu pesimis menghadapi hal ini. Jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Waktu pelaksanaan tinggal beberapa hari lagi. Masih ada kesempatan meminta. Allah… berikanlah kemudahan kepadaku untuk mendapatkan rezeki yang tak terduga. Bukalah celah rezeki yang melimpah itu untukku. Jadikan aku sebagai salah satu orang yang mendapatkan rezeki tak terduga menjelang pernikahanku…

***
Begitu waktu gajian, aku terkejut karena aku menerimanya utuh, tanpa ada potongan untuk angsuran netbook sebesar dua ratus duapuluh ribu. Saat aku konfirmasi, ternyata sudah lunas bulan kemarin. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku melanjutkan perjalanan ke bank untuk membayar angsuran. Sesampai di sana, aku juga heran sendiri, petugas kasirnya bilang kepada aku,
“Selamat, siang Pak. Ada yang bisa dibantu?”
“Iya, Mbak. Aku mau bayar angsuran pinjaman bulan ini.”
“Mohon ditunggu sebentar, pak.”
“Baik.”
“Mohon maaf bapak. Angsuran pinjaman bapak, sudah lunas bulan kemarin,”
Aku melongo dengan kekhilafan aku yang sedemikian akut. Satu hal yang baru aku sadari menjelang pernikahan, ternyata aku sudah melunasi angsuran pinjaman yang setiap bulannya hampir menguras separuh dari tabunganku selama satu setengah tahun. Aku sendiri lupa, ternyata, kemarin adalah bulan terakhir melunasi pinjaman bank yang selama setahun berjalan. Lunas pula angsuran netbook yang ternyata tanpa terasa sudah ke angsuran terakhir juga di bulan yang sama. Tapi setelah dipikir-pikir, keren juga kalau punya penyakit lupa model kayak gini. Terima kasih, Allah…

***
Aku sangat yakin Allah akan mem-back up semua keperluan pernikahanku dari proses awal sampai akhir. Inilah doaku. Semoga ayah, ibu, kakek nenek dan juga semua saudara-saudara aku turut memanjatkan doa yang sama, pada kesempatan yang sama sehingga Allah meluluskan permintaanku.

Menjelang hari bersejarah itu, kenikmatan besar hampir setiap hari aku peroleh. Aku seolah dimudahkan bangun pagi sebelum subuh. Kesempatan itu aku manfaatkan untuk tahajud. Aku percaya, Allah tak perhitungan memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Subhanallah… sejak memanjatkan doa agar diberikan rezeki tak terduga, setiap harinya aliran rezeki mengalir begitu derasnya. Ada yang memberiku uang 450 ribu secara tiba-tiba. Hari berikutnya aku mendapat proyek mengedit 3 cerpen yang tak lebih dari dua halaman untuk masing-masing satu judulnya, lumayan dapat 50 ribu. Sebagian uang itu aku infakkan pada hari itu juga. Dan langsung mendapat ganti pada hari itu juga 14 kali lipat keesokannya.

Hari berikut dapat honor menulis rilis di koran 70 ribu. Pada saat yang hampir bersamaan, bibiku yang kini berada di Manado, mentransfer uang dua juta rupiah, untuk membantu biaya pernikahanku karena tak bisa pulang. Keesokannya giliran bibiku yang di Cianjur mentransfer satu juta ke rekening. Dan ini diluar perkiraanku, diam-diam kakekku membelikan emas untuk calon istriku.

***
Perasaan haru sesaat sebelum akad nikah, adalah perasaan yang berkecamuk saat aku sudah dijemput untuk melangsungkan ijab kabul. Ada perasaan tak tega, saat harus pisah dari orang tua. Aku begitu tak tega melihat air mata ibu yang menetes perlahan.
“Jadilah suami yang baik,” pesannya sambil memelukku erat. Tahukah kau, perasaan kehilangan yang begitu sangat pada saat itu? Saat aku sudah menikah nanti, aku akan kehilangan satu kesempatan indah setiap pagi, karena tak bisa lagi mengantar ibu ke pasar, berbarengan saat aku berangkat mengajar.

“Nggak usah khawatir, Mama bisa berangkat sendiri ke pasar,” ujarnya sambil menghapus air mata yang menetes di pipiku. Ibuku seakan sudah bisa membaca apa yang ada dalam pikiranku.

“Sudah, sudah.. nanti kalau nangis terus, gagahnya hilang.” Ibu menguatkanku. Meyakinkanku. Aku mengusap basah yang menetes dipipiku sambil tersenyum.
Sekarang aku sudah tenang. Tak hanya mendapat istri salehah, cantik, dan menyejukkan pandangan, tapi yang patut disyukuri adalah kekhawatiran orang-orang yang menganggapku nekad hilang seiring dimudahkannya jalan menuju proses pernikahan. Semua keluarga, dan tetangga ikut membantu menyukseskan pernikahanku. Semua beban yang awalnya seperti batu menindih pundak tiba-tiba terasa seringan kapas. []


Penulis : Ali Irfan
Penulis B'right Teacher
Guru Sekolah Islam Terpadu MI Luqman Al Hakim Slawi Kabupaten Tegal

Kenali Karakter Suami

Diposkan kembali oleh Blog RENUNGAN pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 07.30 WITA

"Selama dua puluh tahun berumah tangga," kata seorang suami kepada temannya, "aku belum pernah mendapati pada istriku sesuatu yang membuatku marah."

"Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya si teman, keheranan.

"Sejak malam pertama aku bertemu istriku, aku mendatanginya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata: 'Sabar dulu wahai Abu Umayyah, tunggu sejenak.'
Kemudian ia berkata: 'Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah atas Rasulullah… sesungguhnya aku adalah wanita yang asing bagi dirimu, aku tidak tahu karaktermu. Jelaskanlah kepadaku apa saja yang engkau sukai sehingga aku bisa melakukannya dan apa saja yang engkau benci sehingga aku dapat meninggalkannya. Aku katakan ini dan aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.'”

"Demi Allah," lanjut lelaki itu bercerita, disimak serius oleh temannya, "ia memaksa diriku untuk berbicara pada saat itu maka aku pun berkata: 'Segala puji hanya bagi Allah, aku bershalawat dan mengucapkan salam atas nabiNya dan atas keluarga beliau, wa ba’du. Sesungguhnya engkau telah mengucapkan sebuah perkataan jika engkau teguh memegangnya maka itu akan menjadi keberuntunganmu. Dan bila engkau tinggalkan akan menjadi hujjah yang menghujat dirimu. Sesungguhnya aku suka ini dan ini… dan aku membenci ini dan ini… apabila engkau melihat kebaikan, maka sebarkanlah dan apabila engkau melihat keburukan, maka tutuplah.'

Istriku bertanya: 'Apakah engkau menyukai kunjungan sanak familiku?'
Aku menjawab: 'Aku tidak suka dibuat bosan oleh mertua dan iparku (yakni ia tidak suka mereka sering mengunjunginya)'

'Siapakah tetangga yang engkau suka masuk ke dalam rumahmu sehingga aku memberinya izin dan siapakah yang tidak engkau sukai?'
Aku menjawab: 'Bani Fulan A adalah orang-orang shalih sedangkan bani Fulan B adalah orang-orang yang buruk.'

Maka aku pun melewati malam yang paling nikmat bersamanya. Satu tahun aku hidup bersamanya tidak pernah aku melihat apa-apa yang tidak aku sukai. Sehingga permulaan pada tahun kedua ketika aku pulang dari kerjaku, ternyata aku dapati ibu mertuaku di rumahku.

Ibu mertuaku bertanya kepadaku: 'Bagaimana pandanganmu tentang istrimu?'
Aku menjawab: “Sebaik-baik istri”

Ia berkata: 'Wahai Abu Umayyah, demi Allah, tidaklah seorang lelaki mendapatkan yang lebih buruk dalam rumahnya daripada wanita yang manja. Bimbing dan didiklah ia menurut kehendakmu.'

“Ia hidup bersamaku selama dua puluh tahun dan aku tidak pernah menghardiknya karena masalah apapun kecuali sekali, dan itupun karena aku yang menzaliminya,” kata lelaki itu memungkasi ceritanya.

Sauadaraku… Betapa bahagia hidup seperti itu. Dan saya tidak tahu, ke mana rasa takjub harus diarahkan; takjub kepada si istri dengan kebijaksanaannya? Atau kepada si mertua dengan tarbiyahnya? Atau kepada si suami dengan hikmahnya?
Wallahu a’lam. []


Penulis : Oktarizal Rais
Alumni Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Solo
Mahasiswa Ma’had ‘Aly An-Nu’aimy Jakarta

Aku Mencintaimu Karena Allah

Diposkan kembali oleh Blog RENUNGAN pada Jum'at, 07 Juni 2013 | 07.15 WITA


Istriku.....
9 tahun yang lalu.. ku ingat waktu itu, 6 April 2003
saat akad nikah..
Kulantunkan senandung Qur'an terindah sebagai salah satu maharnya
kurasakan ketenangan, dan kabahagiaan saat itu
belahan jiwaku sudah kutemukan dan harapanku membumbung tinggi
aku berharap rumah tangga kita dicucuri sakinah dari sang Maha Rahman

Ku ingat saat kulantunkan doa keberkahan di atas keningmu
ku ingat sholat dua rakaat setelah akad nikah
tiada lain.. kita menikah karena inginkan ridho-Nya
tiada lain.. kita menikah karena ingin sempurnakan agama ini
tiada lain .. kita menikah karena dakwah
di jalan inilah aku menikah
dan dijalan inilah aku semai harapan

Kini tak terasa...
9 tahun t'lah berlalu
cepat sekali rasanya...
bukannya tanpa onak dan duri jalan ini
jalan ini berkelok dan ujungnya jauh, bahkan tak terlihat
dengan engkau disampingku..
ku hadapi perjalanan ini dengan senyum
kita sambut hari esok dengan mekarnya senyuman
kau relakan dirimu tinggal dirumah
meninggalkan segala aktifitasmu sebagai seorang wanita karir
tuk mendidik buah hati kita
yang sebentar lagi menginjak remaja

Sungguh aku tak salah pilih
Wanita sepertimulah yang banyak dicari
Wanita speertimulah yang diperebutkan banyak orang
Wanita sepertimulah yang melahirkan generasi unggulan

Terimakasihku padamu wahai istriku
Sungguh mulia hatimu
Sungguh lembut pekertimu
Semoga Alloh tetapkan surga untukmu
Sungguh.....
Aku mencintaimu karena Allah


Penulis : Abu Arkan
Student di University of Aukland, New Zealand (NZ)
Aktif di kegiatan dakwah kampus dan masyarakat Indonesia di Auckland, New Zealand

Rabu, 05 Juni 2013

PERILAKU ORANG KIKIR


Dikisahkan, ada seorang yang sangat kikir membeli sebuah rumah, lalu rumah itu ditempatinya.

Ketika dia berdiri di depan pintu, lewat seorang pengemis. Orang kikir itu tidak memberinya apa-apa. Dia hanya berkata, "Semoga Allah membukakan rezeki bagimu."

Tidak lama kemudia datang pengemis kedua yang di sambut oleh orang kikir itu dengan penolakan dan ucapan, "Sesungguhnya Allah Maha Pemberi rezeki dan mempunyai kekuatan lagi kokoh."

Menyusul pengemis ketiga yang hanya menerima ucapan dari sang kikir, "Allah memberi rezeki kepada siapa saja tampa perhitungan."

Kemudian sang kikir menoleh kepada puterinya, sambil mengeluh, "Alangkah banyaknya pengemis di kampung ini."

Putrinya menjawab, "Wahai ayah, selama pemberian ayah hanya ucapan-ucapan seperti itu, tidak jadi soal bagi kita berapa banyaknya pengemis di kampung ini."[]

Mulailah Segala Aktivitas Kita dengan Mengucapkan Basmalah


Mulailah segala aktivitas kita dengan mengucapkan basmalah, Bi Ism Allah Al-Rahman Al-Rahim. Dengan mengucapkan ucapan ini, kita bukan sekedar mengharapkan "berkah", tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan sikap dan karya yang positif.

Kata bi yang diterjemahkan "dengan", oleh para ulama dikaitkan dengan kata "memulai", sehingga pengucapan basmalah pada hakekatnya berkata: "Dengan (atau demi) Allah saya memulai (pekerjaan ini)." Apabila Anda menjadikanpekerjaan Anda "atas nama" dan "demi" Allah, maka pekerjaan tersebut pasti tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain. Karena ketika itu Anda telah membentengi diri dan pekerjaan Anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi.

Kata bi juga dikaitkan dengan "kekuasaan dan pertolongan", sehingga si pengucap menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, di dalam jiwa si pengucap tertanam rasa kelemahan di hadapan Allah SWT. Namun, pada saat yang sama, tertanam pula kekuatan, rasa percaya diri, dan optimisme karena ia merasa memperoleh bantuan dan kekuatan dari Allah - sumber segala kekuatan. Apa bila suatu pekerjaan di lakukan atas bantuan Allah maka pasti ia sempurna, indah, baik dan benar karena sifat-sifat Allah "berbekas" pada pekerjaan tersebut.

Allah, yang di mohonkan bantuan-Nya itu, memiliki sifat-sifat yang Mahasempurna. Ada dua sipat kesempurnaan yang ditekan-
kan, yaitu Al-Rahman dan Al-Rahim. Al-Rahman adalah curahan rahmat-Nya secara aktual yang diberikan di dunia ini kepada alam raya, termasuk manusia (mukmin maupun kafir). Sedangkan Al-Rahim adalah curahan rahmat-Nya kepada mereka
yang beriman yang akan diberikan kelak di akhirat.

Kedua sifat tersebut - yang ditanamkan dan yang diusahakan untuk memenuhi jiwa setiap pengucap basmalah agar seluruh sikap dan perbuatannya diwarnai oleh curahan rahmat dan kasih sayang - bukan hanya ditanamkan pada sesama mukmin atau sesama manusia, tetapi juga pada binatang, tumbuh-tumbuhan, bahkan juga pada makhluk-makhluk tak bernyawa sekalipun.

Ucapkanlah basmalah pada saat Anda mulai menulis, niscaya tulisan dan apa yang Anda tulis akan menjadi indah dan benar. Kasih sayang akan tercurah pada pena dan kertas, sehingga Anda tidak menyia-nyiakannya. Ucapkanlah basmalah pada saat Anda memakai pakaian, berjalan, menyembelih binatang, bekerja, berbaring, dan sebagainya, agar kasih sayang tercurah kepada Anda, dan Anda pun mampu mencurahkannya kepada yang lain.

Salah dan keliru - jika enggan berkata berdosa - orang yang beranggapan bahwa "empat tambah empat sam dengan delapan,
baik dengan basmalah atau tidak". Salah dan keliru anggapan ini,
karena dengan basmalah, paling tidak jumlah tersebut diucapkan
dan di paparkan dengan indah dan baik. Sementra bila tampa basmalah, tidak mustahil jumlahnya dalam catatan delapan tetapi kenyataan hanya tujuh; yang satu tercecer mungkin ke saku yang enggan mengucapkannya. Mahabenar dan Mahaindah petunjuk Allah serta rasul-Nya.[]

Sumber buku LENTERA HATI

Al-Qur'an Al-Karim: Bacaan yang Mahasempurna dan Mahamulia


Al-Qur'an secara harfiah berarti "bacaan yang mencampai puncak
kesempurnaan". Al-Qur'an Al-Karim berarti "bacaan yang Mahasempurna dan Mahamulia". Kemahamuliaan dan kemahase-
mpurnaan "bacaan" ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh
para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunkan 'sedikit' pikiran.

Tidak ada satu bacaan pun sejak peradaban tulis-baca dikenal limaribu tahun yang lalu, yang dibaca baik oleh orang yang mengerti artinya maupun tidak kecuali "bacaan yang mahasemp-
urna dan mulia ini". Bahkan, anehnya, juara membacanya adalah
mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Al-Qur'an. Bukankah juara-juara MTQ tingkat internasional sering kali diraih oleh putr-
a-putri bangsa kita?

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qu'an, yang dipelajari dan di ketahui sejarahnya bukan sekedar secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi tahun, bulan masa dan musim turunnya
- malam atau siang, dalam perjalanan atau di tempat berdomisili
penerimanya (Nabi saw.), bahkan "sebab-sebab serta saat-saat turunnya".

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur'an yang dipelajari red-
aksinya, bukan hanya dari segipenerapan kata demi kata dalam susunannya serta pemilihan kata tersebut, tetapi mencakup arti kandungannya yang tersurat dan terdirat sampai pada kesan-kesan yang ditimbulkannya dan yang dikenal dalam bidang studi Al-Qur'an dengan tafsir isyari.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur'an, yang dipelajari, dibaca, dan dipelihara aneka macam bacaannya- yang jumlahnya
lebih dari sepuluh - serta ditetapkan kara-cara membacanya - mana yang harus dipanjangkan atau dipendekkan, dipertebal ucapannya atau diperhalus, di mana tempat-tempat berhenti yang boleh, yang dianjurkan atau di larang, bahkan sampai pada
lagu dan irama yang diperkenankan dan yang tidak. Bahkan, lebih jauh lagi, sampai pada sikap dan etika membaca pun mempunyai aturan-aturan tersendiri.

Tidak ada satu bacaan pun, selain AlQur'an, yang di atur dan di pelajari tata-cara penulisannya, baik dari segi persesuaian dan perbedaan dengan penulisan masa kini, sampai pada mencari rahasia perbedaan penulisan kata-kata yang sama seperti penulisan kata "bismi" yang pada wahyu pertama ditulis dengan mengunakan huruf alif setelah ba'. Sedangkan pada ucapan bismillah ditulis tanpa alif dan kemudian ditemukan pertimbangan-pertimbangan yang sangat mengagumkan dari perbedaan-perbedaan tersebut.

Pernahkah Anda mengetahui satu bacaan yang sifatnya seperti ini? Kalau tidak, wajarlah bila Kalam Ilahi yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad saw.ini dinamainya Al-Qur'an, bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan.[]

Sumber buku Lentera Hati
Oleh: M. Quraish Shihab.

Memoles Wajah Manis dengan Najis



SYARIAH.info, JAKARTA- Ada beberapa produk kosmetik yang memanfaatkan plasenta manusia (bayi) atau babi sebagai bahan baku. LPPOM MUI pun merilis fatwa haram, karena sesuai syariat Islam, keduanya tergolong barang najis.
 Plasenta, dalam bahasa medis adalah selaput pembungkus janin (embrio) dalam kandungan (rahim) ibu yang berfungsi sebagai media penjamin gizi atau nutrisi pada janin. Plasenta kaya akan kandungan darah dan protein, seperti albumin; dan hormon, seperti estrogen; dan asam deoxy ribonukleat dan asam ribonukleat.
Organ ini berbentuk vascular di dalam uterus selama kehamilan. Dia berfungsi sebagai penghubung antara kebutuhan janin calon bayi dengan ibunya. Dia memiliki bobot seberat 600 gram berdiameter 16-18 cm, dan mengandung 200 ml darah yang mengisi jaringan seperti spon.
Plasenta mengandung hormon yang mampu memberikan efek hormonal dan menstimulasi jaringan pertumbuhan.  Dari sinilah lantas plasenta diklaim dapat menghilangkan kerutan di wajah karena mengandung larutan amniotik dan kolagen.
Secara klinis, plasenta yang diekstrak dipercaya dapat mencegah penuaan kulit, mampu meremajakan kulit yang telah keriput, menghaluskan, melembabkan, dan membuat kulit nampak segar sebagaimana layaknya bayi.
Tak pelak, pamor plasenta sebagai bahan kosmetik anti-penuaan kulit mulai menanjak sejak 1940-an.
Beberapa produsen kometik pun berburu plasenta bayi sebagai bahan baku. Tentu saja tak mudah, karena tak gampang mendapat stok plasenta bayi.
Fog, sebuah perusahaan farmasi dari Syria, pada Oktober 2008 lalu mengumumkan mampu menyediakan sekitar 500 plasenta bayi setiap hari. Angka tersebut tercatat sebagai paling tinggi di dunia saat itu. Sementara perusahan kosmetik di China, Hangzhou Huajin Pharmaceutical Co, Ltd, hanya mampu menyediakan 50 plasenta per hari. Angka itu tentu tidak signifikan dibanding jumlah pertumbuhan penduduk di sana.
Seolah menjawab persoalan itu, sekitar ’80-an, produsen kosmetik di Jepang mengumumkan temuan plasenta babi yang dinyatakan sebagai pengganti plasenta bayi untuk bahan baku kosmetik anti penuaan kulit. Menurut hasil penilitian, pemakaian plasenta babi dianggap sama efeknya dengan plasenta bayi, karena ternyata DNA binatang ini paling mirip dengan manusia.
Perusahaan Jepang itu lantas menjual produknya ke pasar dunia (termasuk Indonesia) dengan merek ORIHIRO Cosme-in Placenta Extract Grain. Dalam kemasannya, sengaja dicantumkan keterangan asal bahan: animal placenta, tanpa menyebut babi.
Di belahan dunia lain, banyak produsen kosmetik terkemuka meniru jejak orang Jepang, menggunakan plasenta babi sebagai pengganti plasenta bayi yang susah didapat. Hingga kini, kosmetik dengan bahan plasenta babi terus diproduksi dan dijual dipasaran dunia. Material kotor dari tubuh binatang menjijikkan (bagi sebagian orang, khususnya kaum muslim, Red) itu sangat disukai kaum hawa di seluruh penjuru dunia.
Meski belakangan, hasil penilitian menyimpulkan, bahan kosmetik dari plasenta bayi dianggap paling bagus untuk “obat awet muda”. Namun pamor kosmetik berbahan plasenta babi, tetap dipuja hingga sekarang. Tak terkecuali artis ternama Hollywood, Jenniper Lopez. Dalam testemoni iklan kosmetik produksi Plazan Cosmetics, Jenniper mengaku bangga memoleskan bedak anti penuaan kulit berbahan plazenta babi di wajah cantiknya.
Pada 2000, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI pernah menyatakan kosmetik berbahan plasenta bayi dan babi adalah haram. Alasannya, kedua bahan itu tergolong barang najis.
Kalau begitu, pemakai kosmetik itu, ibarat memoleskan barang najis ke muka mereka. Andakah di antaranya?  
 
Sumber: http://www.syariah.info/memoles-wajah-manis-dengan-najis/

Waspadai Kandungan Pelembab Kulit


Sebagai wanita disadari ataupun tidak kita sangat perhatian terhadap kecantikan dan kesehatan kulit kita. Teriknya matahari, panas cuaca atau AC yang terlalu sering memapar kulit menyebabkan kulit kita menjadi kering. Untuk mengatasi hal tersebut kebanyakan wanita akan menggunakan pelembab sebagai pelindung kulit. Namun pernahkah kita mencermati bahan-bahan pelembab kulit kita? Pernahkah kita mempertanyakan kehalalan dan keamanan produk yang kita gunakan?

Pelembab dibuat dari bahan-bahan penahan air dan penghadang penguapan. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan keberadaan air di lapisan kulit sehingga kulit akan tetap lembab.
Pelembab biasanya berbentuk krim dengan tingkat kekentalan yang berbeda-beda. Pelembab penting untuk digunakan bagi mereka yang berkulit kering, namun harus didukung juga dengan perawatan dari dalam seperti memperbanyak minum air putih dan makan sayur serta buah segar dan tidur yang cukup. Sedangkan bagi mereka yang berkulit berminyak, jika kadar air di kulit cukup tidak perlu memakai pelembab, namun jika kadar airnya kurang lebih baik jika memakai pelembab yang mengandung air bukan minyak, sebab minyak akan menyumbat pori-pori, yang pada akhirnya akan memicu timbulnya jerawat.

Pada konferensi di World Halal Food Council di Kuala Lumpur, Dr Anna Roswien, mengungkapkan, teknologi pembuatan kosmetika saat in penuh dengan unsur syubhat (meragukan). Misalnya placenta, kolagen, elastin, asam lemak, vitamin, melatonin, berbagai hormon, dan lain lain.

Plasenta
Plasenta adalah selaput pembungkus janin dalam kandungan (rahim) ibu sebagai penjamin gizi pada janin.
plasenta manusia telah digunakan sebagai bahan kosmetik sejak tahun 1940. Khasiatnya konon menghilangkan kerutan dan menstimulir pertumbuhan jaringan.
Secara klinis placenta dipercaya dapat mencegah penuaan kulit serta mampu meremajakan kulit yang telah keriput, menghaluskan, melembabkan, dan membuat kulit nampak segar seperti bayi. Plasenta biasa digunakan dalam produk hand and body lotion
Dalam dunia kosmetik plasenta yang dianggap memiliki kualitas terbaik adalah plasenta manusia dan babi. Kedua jenis plasenta inilah yang paling sering digunakan dalam dunia kosmetik.

Cairan Amnion
Amnion adalah cairan ketuban. Cairan ini dipercaya dapat membantu melembabkan, melembutkan dan menghaluskan kulit (manfaat hampir mirip dengan placenta). Biasanya digunakan dalam pembuatan lotion rambut, shampo, serta berbagai produk perawatan kulit dan kepala lainya. Cairan amnion yang digunakan biasanya berasal dari babi atau sapi

Glycerine (Gliserol)
Gliserin adalah turunan lemak yang diperoleh dari hasil sampingan dalam pembuatan sabun. Berkhasiat untuk melembabkan, melembutkan serta menghaluskan kulit. Biasa digunakan pada produk hand and body lotion, sabun mandi, pelembab, krim, lipstick, lip gloss dan lain lain.
tidak semua gliserin haram karena gliserin dapat diperoleh dari lemak hewani( sapi,babi atau yg lain) bisa juga minyak nabati (kelapa sawit)

Kolagen
Ini merupakan protein jaringan ikat yang liat dan bening kekuningan. bila terpapar panas akan mencair dan menjadi cairan yang agak kental seperti lem, tidak larut dalam air dan mampu menahan air. Kolagen sangat penting untuk proses pertumbuhan sel, sehingga sangat penting untuk proses regenerasi sel, menjaga kelenturan kulit, serta mencegah keriput. Biasanya dipakai dalam hand and ody lotion dan pelembab. Dalam dunia kosmetik kolagen biasanya diperoleh dari hewani (seperti sapi atau babi) atau manusia

Vitamin
Dipercaya mampu mensuplai kebutuhan gizi bagi kulit. Biasanya digunakan dalam banyak produk kosmetik.Yang menjadi masalah bukanlah vitaminya, melainkan karena vitamin bersifat tidak stabil sehingga harus distabilkan dengan bahan pelapis (coating agent). Coating agent yang biasa dipakai antaranya adalah gelatin yaitu protein hasil hidrolisis jaringan kolagen tulang atau kulit binatang, karagenan, gum atau pati termodifikasi. Keharamanya adalah bila coating agent yang digunakan berasal dari gelatin babi.

Hormon
Hormon yang biasa digunakan dalam produk kosmetik adalah estrogen, ekstrak timus dan hormon melantonin. Hormon ini dipercaya mampu memberikan efek tampak lebih muda, cantik, segar serta memberikan kulit yang lembut seperti kulit bayi. Semua hormon tersebut merupakan animal-origin hormones. Harus dipastikan bahwa hormon yang digunakan berasal dari hewan yang lalal. Hormon banyak dipakai dalam produk parfum dan lotion.

Asam Alfa Hidroksi (AHA)
Yakni senyawa kimia yang berguna mengurangi keriput dan memperbaiki tekstur kulit. Dipercaya berkhasiat untuk membuat kulit terasa lebih halus, kenyal dan mantap. Dalam pembuatannya AHA digunakan media yang berasal dari hewan. AHA mennjadi haram digunakan jika dalampembuatannya menggunakan media hewan yang diharamkan.

Menurut Fatwa MUI No.2/Munas VI/MUI/2000, penggunaan kosmetika yang mengandung atau berasal dari bagian tubuh manusia, hukumnya adalah haram.

Maka bijaklah kita sebagai wanita dalam memilih dan memilah
Posted by ocikca on 11:52 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "Waspadai Kandungan Pelembab Kulit"

Selasa, 04 Juni 2013

WASPADAI PENGGUNAAN KUAS & SIKAT BULU BABI (PIG HAIR BRUSH) DI SEKITAR ANDA


WASPADAI PENGGUNAAN KUAS & SIKAT BULU BABI (PIG HAIR BRUSH) DI SEKITAR ANDA
by: Annisa Dieni Lestari (22 Juli 2012)


Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan aneka macam kuas untuk merias wajah, melukis, membersihkan debu, mengecat rumah, mengoles loyang kue, hingga mengoles makanan. Seperti ayam bakar, roti, kue, dan aneka daging serta seafood yang dipanggang atau dibakar. Sementara sikat berguna saat menyisir rambut, membersihkan rambut di salon atau pangkas rambut, mencuci baju, dan menggosok lantai
Tahukah Anda, berasal dari apakah kuas & sikat yang Anda pakai itu? Kemungkinan besar adalah DARI BULU BABI!   

Kuas yang disuplai di Indonesia, umumnya berasal dari China. Kuas impor tersebut diproduksi menggunakan bulu babi, terutama babi hutan yang berbulu lebih banyak. Bulu babi dianggap lebih ekonomis dibanding bulu binatang lain, seperti kambing, tupai, musang, kuda, rakun, unta, dan anjing.



Bagi umat muslim, penggunaan bulu babi jelas HARAM. Sekecil apapun, material dari babi terlarang untuk dikonsumsi dan untuk aplikasi. 



Ilustrasi di atas adalah contoh kuas (& sikat) bulu babi (istilahnya PIG/BOAR/HOG/BRISTLE HAIR BRUSH) yang dijual berbagai TEMPAT, SEPERTI PASAR, TOKO ALAT LUKIS, TOKO BAHAN BANGUNAN, TOKO ALAT MAKE UP & SALON, TOKO ONLINE, DLL. APAKAH ANDA FAMILIAR DENGAN BERAGAM BENTUK DI BAWAH INI? ADA KUAS LUKIS, KUAS CAT TEMBOK, KUAS MAKE UP, SIKAT RAMBUT, SIKAT BARBER/TUKANG CUKUR, SIKAT BAJU, DLL. WASPADALAH! 



TIPS MENGHINDARI PENGGUNAAN KUAS DAN SIKAT BULU BABI :
1. GUNAKAN KUAS & SIKAT YANG 100% SINTETIS, SEPERTI BAHAN NILON. Tersedia kuas cat tembok dan kuas oles makanan, dengan harga yang sedikit lebih mahal. Bahan nilon teksturnya seperti bahan plastik untuk sikat gigi.
2. GUNAKAN ALTERNATIF LAIN SELAIN KUAS. Contohnya roller paint untuk mengecat, spon & cotton buds untuk merias wajah, serta pisau & spatula untuk mengoles makanan.
3. WASPADAI MAKANAN YANG PROSES PEMASAKAN DAN PEMBERSIHAN ALAT-ALATNYA MENGGUNAKAN KUAS BABI.
4. CIRI KUAS BULU BABI, BILA DIBAKAR AKAN MENIMBULKAN BAU YANG KHAS SEPERTI DAGING DIPANGGANG.
5. BIASANYA KUAS BULU BABI DIJUAL BERWARNA PUTIH & HITAM. Namun, produsen bisa saja memproses bulu babi dengan cara diputihkan lalu diberi pewarna, sehingga seolah-olah seperti bulu binatang lain. (AND)


Referensi: Fakta di lapangan & beberapa literatur di internet.

SAMPAIKAN INFO INI SEBAGAI BENTUK DAKWAH ANDA.

Kuas Dari Bulu Babi Beredar di Indonesia


Assalamualaikum Ustadz.

Beberapa hari lalu saya baca tulisan yang bilang kalau kuas yang beredar di Indonesia terbuat dari bulu babi. Terus terang ini bikin saya terkejut. Pertama, karena kerja saya adalah tukang cat, lalu, yang saya cat macam-macam bangunan Ustad, mulai rumah tnggal sampai masjid dan musolla.

Saya sedikit shock, jangn-jangan yang saya pakai selama ini kuas yang berasal dari bulu babi, terus masjid-masjid juga dicat pake kuas bulu babi. Jangan-jangan masjid-masjid di banyak tempat di Indonesia juga dicat menggunakan kuas bulu babi.

Afwan, kiranya dengan posisi Ustadz yang berpengaruh bisa membantu.Syukron.

Alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh. Jazakallah atas pertanyaannya saudaraku, Muhtadi Rosid. Semoga Allah memberikan kita petunjuk dalam melihat sebuah persoalan yang sangat penting bagi umat. Allhuma Amin.

Pemanfaatan babi hukumnya haram, baik atas daging, lemak, maupun bagian-bagian lainnya. Firman Allah SWT dalam QS.5:3 mengharamkan konsumsi bangkai, darah, dan daging babi. Demikian juga dengan firman-Nya dalam QS.6:145 dan QS.16.115, mengharamkan konsumsi bangkai, darah, dan daging babi. Dalil-dalil pada beberapa ayat ini merupakan nash yang jelas, yang menegaskan tentang keharaman, antara lain mengkonsumsi babi.

Al-Qur’an menggunakan kata lahma (daging) karena sebagian besar pengambilan manfaat dari babi adalah daging. Selain itu, dalam daging babi selalu terdapat lemak. Kendati Al-Qur’an menggunakan kata lahma, pengharaman babi bukan hanya dagingnya. Tetapi seluruh tubuh hewan babi. Pandangan ini sesuai dengan kaidah ushul fiqh:min dzikri’l-juz I wa iradati’l kulli. Artinya yang disebutkan sebagian dan dikehendaki seluruhnya.

Fenomena Kuas dari Bulu/Rambut Babi

Saudraku, sejujurnya berita ini memang belum banyak dikonfirmasi oleh pengambil kebijakan, padahal kasus temuan bulu babi sebagai bahan dasar pemakaian kuas bukan baru-baru ini terjadi, tidak saja di cat namun juga beberapa alat lainnya. Setidaknya fakta ini menjadi polemik hangat setelah Harian Republikamenurunkan berita pada tanggal 9 Agustus 2002 mengenai temuan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Berdasarkan hasil temuan salah seorang anggota LPPOM MUI ketika melakukan audit halal ke sebuah perusahaan kue dan roti di Jakarta, ia menemukan satu hal mencurigakan dimana ia menemukan ada kata ‘Bristle’ pada gagang kuas.

Dalam kamus Webster, kata itu berarti bulu babi. Kekhwatiran petugas dari LPPOM MUI ini memang beralasan. Mengingat, kuas atau alat penyaput selama ini tidak hanya dipergunakan sebagai alat pemoles adonan penganan saja. Tetapi, barang tersebut juga sering dipergunakan sebagai piranti kosmetik, untuk bedakan dan memoles eye shadow. Selain itu kuas juga dipergunakan untuk alat melukis atau menggambar. Bukti teranyar mengenai hal ini bisa kita lihat di situs kecantikan ULTA Beauty yang menyatakan berbagai alat kosmetik dari bahan dasar bulu babi.Disitusnya mereka mencantumkan Boar Bristles yang berarti ‘Babi Jantan’ dalam beberapa produknya.

Alat kosmetik yang memakai bulu babi jantan

Melihat fenomena seperti ini, Tim Jurnal Halal segera melakukan survei terhadap kuas kue, kosmetika, dan gambar di pasaran. Hasil survei yang dilakukan secara sederhana menunjukkan bahwa hampir semua kuas yang beredar berasal dari bahan baku bulu/rambut babi. Sayangnya, survei itu tidak menyebutkan lebih lanjut dari mana kuas tersebut berasal.

Tetapi informasi sementara menyebutkan, kuas bulu babi berasal dari perusahaan di China (Anping Bristle dan Tail Hair Group). Perusahaan ini memakai bahan baku bulu ekor kuda, bulu kambing, dan juga bristle (bulu babi) serta berbagai bulu yang dikelompokkan sebagai bulu halus.

Sebagai informasi, Anping adalah perusahaan yang memiliki sejarah 400 tahun dalam memproses bristle dan bulu ekor hewan. Perusahaan ini merupakan pusat distribusi terbesar bulu ekor hewan di utara Cina. Disebutkan, sekitar 50.000 orang lebih yang bergabung dalam proses produksinya dan memiliki lebih dari 1.000 workshop yang menyebar di berbagai negara.

Perusahaan ini memiliki tujuh unit pabrik untuk memproduksi barang yang terbuat dari bulu. Hasil produknya, khususnya yang terbuat dari bahan bulu ekor kuda dan hewan lainnya, diekspor ke Amerika Serikat, Italy, Korea Selatan dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. ”Namun masih ada kuas yang bebas dari bulu/rambut babi,” ungkap Tim Jurnal Halal.

Tips Menghindari Kuas Dari Bulu Babi

Nah ini menjadi penting bagai saudara dan kita semua untuk mengetahui bagaimana cara membedakan mana kuas yang memakai bulu babi atau tidak? Sesuai hasil survei Tim Jurnal Halal, untuk menentukan apakah kuas yang saudara gunakan berasal dari bulu/ rambut babi, bisa menempuh langkah yang sangat mudah dan sederhana. Rambut atau bulu adalah suatu protein yang bernama keratin. Keratin merupakan salah satu kelompok protein yang dikenal sebagai protein serat.

Protein serat memiliki struktur panjang. Setiap hewan memiliki protein keratin pada bagian dermis (permukaan) dari kulit, kuku, paruh, sisi ikan, tanduk, dan kuku binatang. Sebagai halnya protein, maka rambut/bulu yang mengandung keratin saat dibakar akan menimbulkan bau yang khas. Bau khas tersebut sama ketika kita mencium aroma daging yang dipanggang.

Sementara bila kuas itu terbuat dari ijuk atau sabut ketika dibakar pasti akan langsung terbakar, dan tidak mengeluarkan aroma spesifik selain bau abu pembakaran. Ketika dibandingkan dengan sapu ijuk dibakar jelas sekali terdapat perbedaan bau yang sangat kentara.

Bleached Brush Bristle

Selain ciri-ciri tadi, kuas yang terbuat dari bulu/rambut babi masih memiliki perbedaan pada warna. Kuas yang terbuat dari bulu/rambut babi biasanya berwarna putih. Biasanya kuas yang berwarna putih nan lembut itu harganya lebih tinggi dibanding barang serupa. Kuas berwarna putih itu di pasaran biasa disebut kuas bristle.

Perlu Kebijakan Yang Tegas

Namun memang kita berharap beberapa lembaga muslim bisa kemudian mengidentifikasi lebih komperhensif kembali terkait bulu babi agar kasus ini tidak kembali terjadi. Sebab menurut saya ini menjadi penting. Pasca temuan LPPOM MUI tahun 2002, perusahaan yang memakai bulu babi tidak juga jera. Pada tahun 2008, misalnya, LPPOM MUI Kaltim mengungkapkan bahwa hampir semua perusahaan pembuat roti di provinsi itu masih menggunakan kuas untuk mengoles mentega terbuat dari bulu babi.

"Kami menemukan hampir semua perusahaan pembuat roti di Kaltim, menggunakan kuas yang terbuat dari bulu babi," ujar Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LP POM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim, Drh. Gina Septiani Gina saat dikonfirmasi melalui telepon selularnya, Kamis.

Temuan itu terungkap, kata Sekretaris BP POM Kaltim, saat perusahaan pembuat roti mengurus izin sertifikasi ke LP POM MUI Kaltim. "Tapi, umumnya mereka (perusahaan pembuat roti) sangat kooperatif dan berjanji akan menggunakan kuas yang halal," katanya.

Dokter Hewan dosen di Universitas Mulawarman Samarinda itu mengaku, LP POM MUI tidak memiliki kewenangan menindak pengusaha yang kedapatan menggunakan kuas berbahan bulu babi itu. Namun hanya sebatas memberikan himbauan.

"Kami tidak berhak memberikan sanksi dan hanya menghimbau agar perusahaan pembuat roti itu mengganti bahan kuasnya," ujar Gina septiani.

Bersama tim LP POM MUI, Gina Septiani mengaku tengah melakukan sertifikasi di beberapa kabupaten/kota di Kaltim.

"Kami juga menemukan beberapa perusahaan pembuat roti di Kabupaten Bulungan yang menggunakan kuas bulu babi. Saat ini, kami tengah berada di Kabupaten Berau dan juga menemukan empat perusahaan roti menggunakan kuas bulu babi. Kami akan melakukan sertifikasi di sejumlah perusahaan di kabupaten Nunukan dan Tarakan hingga tanggal 11 Agustus 2008," katanya kala itu.

Sebelumnya lanjut Sekretaris LP POM MUI itu, juga menemukan 10 dari 19 perusahaan pembuat roti yang mengurus izin sertifikasi menggunakan kuas bulu babi di Kota Balikpapan.

"Jika diprosentasekan, 90 persen perusahaan pembuat roti menggunakan kuas berbahan bulu babi. Alasan mereka, bahannya lembut sehingga mudah digunakan," ujar Gina Septiani.

Walhasil menurut saya, kita tidak perlu menunggu kebijakan dari pihak terkait mengenai kuas dari bulu babi. Karena dari dulu pun tidak ada langkah konkret yang dilakukan pemerintah terkait usulan LPPOM MUI.

Minimal menurut saya, kita bisa menghindari kata Bristle dalam membeli sebuah kuas. Terlebih kuas ini akan kita pakai untuk tujuan mencat mesjid sebagai sebuah tempat suci yang tidak boleh disusupi najis seperti bulu babi. Sekalipun masih ragu, kita bisa menjalankan serangkaian tes seperti tips yang sudah dihantarkan dimuka. Allahua’lam

Babi adalah binatang yang diharamkan dalam Islam

“ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan..” (QS. 5:3). Allhua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)

KUAS BULU BABI



Biar terasa lebih enak, para ibu rumah tangga ketika membuat kue atau penganan acap mengoleskan telur atau bumbu penyedap ke dalam adonannya. Dalam mengoleskan bumbu penyedap itu tidak jarang mempergunakan kuas. Bagi awam yang tidak tahu, tentu piranti kuas tersebut tidak bakal menjadi masalah besar. Namun mereka, khususnya yang datang dari keluarga muslim akan bergidik bulu kuduknya, bila mengetahui dari bahan apa bulu kuas terbuat. Ingin tahu?

Berdasarkan hasil temuan salah seorang anggota LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) ketika melakukan audit halal ke sebuah perusahaan kue dan roti di Jakarta belum lama ini, menemukan satu hal mencurigakan. Dan ini terjadi pada kuas yang digunakan mengoles loyang dan permukaan roti.
Setelah meneliti dengan seksama, ada kata 'Bristle' pada gagang kuas. Dalam kamus Webster, kata itu berarti bulu babi.

''Astaghfirullaahaladzim. Konsumen harus waspada terhadap kuas dari bulu babi itu,'' kata anggota LPPOM MUI itu berpesan.

Lontaran petugas dari LPPOM MUI ini memang benar. Mengingat, kuas atau alat penyaput selama ini tidak hanya dipergunakan sebagai alat pemoles adonan penganan saja. Tetapi, barang tersebut juga sering dipergunakan sebagai piranti kosmetik, untuk bedakan dan memoles eye shadow. Selain itu kuas juga dipergunakan untuk alat melukis atau menggambar.

Melihat fenomena ini, Tim Jurnal Halal segera melakukan survei terhadap kuas kue, kosmetika, dan gambar di pasaran. Hasil survei yang dilakukan secara sederhana menunjukkan bahwa hampir semua kuas yang beredar berasal dari bahan baku bulu/rambut babi. Sayangnya, survei itu tidak menyebutkan lebih lanjut dari mana kuas tersebut berasal.

Tetapi informasi sementara menyebutkan, kuas bulu babi berasal dari perusahaan di China (Anping Bristle dan Tail Hair Gruoup). Perusahaan ini memakai bahan baku bulu ekor kuda, bulu kambing, dan bristle (bulu babi) serta berbagai bulu yang dikelompokkan sebagai bulu halus. Fine hair atau bulu yang sangat halus bisa terbuat dari binatang sejenis musang (weasel), bulu dari binatang sejenis kucing (raccoon hair), ekor tupai serta berasal dari ekor anjing.

Sekadar tahu, Anping adalah perusahaan yang memiliki sejarah 400 tahun dalam memproses bristle dan bulu ekor hewan. Perusahaan ini merupakan pusat distribusi terbesar bulu ekor hewan di utara Cina. Disebutkan, sekitar 50.000 orang lebih yang bergabung dalam proses produksinya dan memiliki lebih dari 1.000 workshop yang menyebar di berbagai negara.

Perusahaan ini memiliki tujuh unit pabrik untuk memproduksi barang yang terbuat dari bulu. Hasil produknya, khususnya yang terbuat dari bahan bulu ekor kuda dan hewan lainnya, diekspor ke Amerika Serikat, Italy, Korea Selatan dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. ''Namun masih ada kuas yang bebas dari bulu/rambut babi,'' ungkap Tim Jurnal Halal.

Lalu bagaimana membedakannya? Sesuai hasil survei Tim Jurnal Halal, untuk menentukan apakah kuas yang Anda gunakan berasal dari bulu/ rambut babi, bisa menempuh langkah yang sangat mudah dan sederhana. Rambut atau bulu adalah suatu protein yang bernama keratin. Keratin merupakan salah satu kelompok protein yang dikenal sebagai protein serat.

Protein serat memiliki struktur panjang. Setiap hewan memiliki protein keratin pada bagian dermis (permukaan) dari kulit, kuku, paruh, sisi ikan, tanduk, dan kuku binatang. Sebagai halnya protein, maka rambut/bulu yang mengandung keratin saat dibakar akan menimbulkan bau yang khas. Bau khas tersebut sama ketika kita mencium aroma daging yang dipanggang.

Sementara bila kuas itu terbuat dari ijuk atau sabut ketika dibakar pasti akan langsung terbakar, dan tidak mengeluarkan aroma spesifik selain bau abu pembakaran. Ketika dibandingkan dengan sapu ijuk dibakar jelas sekali terdapat perbedaan bau yang sangat kentara.

Selain ciri-ciri tadi, kuas yang terbuat dari bulu/rambut babi masih memiliki perbedaan pada warna. Kuas yang terbuat dari bulu/rambut babi biasanya berwarna putih. Biasanya kuas yang berwarna putih nan lembut itu harganya lebih tinggi dibanding barang serupa. Kuas berwarna putih itu di pasaran biasa disebut kuas bristle.

Skema Pemanfaatan Babi

Lemak
  • Lemak & gliserin : softdrink, bahan kosmetik (facial, hand & body lotion), sabun, bahan roti, eskrim, dll.
  • Emulsifier : Lesitin, E471-E476, dll.
  • Lard (lemak babi) : coklat, pengempuk / pelezat rerotian, masakan, dll.
  • Minyak : penyedap masakan
  • Bahan starter Vetsin (kasus Ajinomoto)
Daging
  • Sumber protein hewani yang murah: ham, pork, sausage (sosis), dendeng
  • Daging babi empuk, serat halus, dan rasanya lezat.
  • Dapat dipakai sebagai campuran bakso, siomay, bakmi goreng, dll.
Tulang
  • Industri pariwisata : patung, dll.
  • Industri makanan/minuman : arang tulang sebagai filter penyaring air mineral.
  • Industri obat : gelatin sebagai bahan soft capsule dan soft candy (permen), penghilang keruh fruit juice.
  • Industri pertukangan : bahan lem, dll

Bulu
Bahan kuas (BRISTLE):
kuas roti, kuas cat tembok, kuas lukis.
Laporan Badan Pusat Statistik (2002) :
Periode Januari – Juni 2001, Indonesia mengimpor boar bristle & pig/boar hair  se-jumlah 282,983 ton (senilai 1.713.309 US $)
Cara mengetahui apakah sebuah kuas terbuat dari bulu babi?
Ambil 1 helai, bakar! Bagaimana baunya? Bila baunya sama dengan bau rambut/kuku binatang yang terbakar, maka itu adalah bulu binatang (bau protein keratin)
Organ Dalam
  • Transplantasi : ginjal, hati, jantung
  • Plasenta : kosmetika (facial, hand & body lotion), sabun, dll.
  • Usus : sosis, benang jahit luka, dll.
  • Enzim pencernaan : amilase, lipase, tripsin, pankreatin, pepsin, dll.
Kotoran
  • Pupuk tanaman apel di Jepang
  • Pupuk sayuran (Baturraden,, Temanggung, Wonosobo, dll.)
  • Darah babi untuk Black Pudding.
Kulit
  • Industri kulit (leather handicrafts): tas, sepatu, dompet, dll.

Sabtu, 01 Juni 2013

ǁ**Perbedaan Pendapat**ǁ


Terjadinya ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan para ulama terhadap persoalan agama sudah lama terjadi. Perbedaan
itu muncul setelah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam wafat.
Ketika Rasul masih hidup, semua persoalan yang muncul pada umat Islam langsung di putuskan melalui wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun setelah beliau wafat, para sahabat
melakukan ijtihadsendiri berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnaah.

Namum perlu di ketahui bahwa perbedaan itu terjadi dalam masalah furu'iyyah (cabang), bukan i'tiqadiyah atau akidah. Biasanya, ikhtilaf tersebut di dasari oleh argumen yang sama -
kuat menurut ilmu yang mereka miliki.

Menyadari perbedaan di kalangan ulama adalah sesuatu yang tidak biasa dielakkan, para ulama ushul merumuskan sebuah akidah yang berbunyi, "kebenaran dalam perkara cabang itu banyak."

Ini menunjukkan bahwa kebenaran dalam perkara yang bersifat furuiyah tidak mampu diseragamkan menjadi satu oleh ribuan ulama. Maka, sikap terbaik adalah mencontoh mereka dalam menyikapi perbedaan tersebut.

Berikut ini adab yang harus dimiliki oleh setiap Muslim dalam menyikapi ikhtilaf, antara lain:

1. Setiap orang harus membersihkan diri dari ta'asub (fanatik) mazhab secara berlebihan, karena mazhab bukanlah penyebab pemecah belah umat.

2. Tidak boleh minder dengan adanya perbedaan mazhab, karena perbedaan dalam pemahaman dan istinbat merupakan perkara yang lumrah dan tabi'iy bagi akal manusia.

3. Tidak boleh memaksa orang lain menerima pandangan kita dalam masalah khilafiyyah.

4. Tidak mencela dan menentang amalan-amalan khilafiyyah yang tidak sesuai dengan pandangan mazhab yang kita anut. Imam Al-Shatibi menulis, "Sesungguhnya perbedaan pendapat yang terjadi pada jaman sahabat hingga saat ini berlaku dalam masalah-masalah ijtihadiyyah. Pertama kali berlangsung sejak jaman Khulafa' al-Rasyidin dan sahabat-sahabat yang lain, lalu terus sampai jaman para tabi'in. Namun mereka tidak saling mencela di antara satu sama lain. (al-I'tisom 2/191)

5. Harus memilik adab terhadap ulama yang berbeda pandangan
dengan kita, dengan tidak menuduh mereka telah melakukan bid'ah dhalalah atas amalan-amalan yang bersifat khilafiyyah.
Adalah Imam Ahmad Rahimahullahu berpendapat keharusan berwudhu karena keluar darah dari hidung dan karena berbekam. Maka Imam Ahmad ditanya, "Bagaimana jika seorang imam shalat lalu keluar darinya darah dan tidak berwudhu, apakah Anda bermakmum di belakangnya?"
Beliau menjawab, "Bagaimana mungkin saya tidak mau shalat di belakang Al-Imam Malik dan Sa'id bin Musayyib?!" Al-Imam Malik dan Sa'id Rahimahullah berpendapat tidak wajibnya berwudhu karena keluar darah.

6. Jangan menuduh orang yang mengamalkan amalan yang bersifat khilafiyyah sebagai sesat, sebab mereka juga punya hujjah dan alasan yang perlu kita hormati.

7. Bagi para mubaligh atau daiharus bersikap bijak dalam menangani masalah khilafiyyah. Sangat ironis jika seorang dai membangkitkan perkara khilafiyyah.

8. Bagi mubaligh, sebaiknya mempokuskan isi ceramahnya pada persoalan pokok, untuk membentengi mereka dari ajaran sesat.

Demikianlah beberapa adab dalam menyikapi ikhtilaf. Permasalahan ijtihadiyyah jangan sampai menjadi sebab perpecahan kaum Muslimin. Sebab, ini akan menjadikan umat Islam lemah dan menjadi permainan musuh-musuh Islam.

Sumber SAHID