Sabtu, 27 Juni 2020

Maasyaa Allaah 💕

Beberapa waktu yang lalu, saya hendak mencari potret perempuan Indonesia zaman dulu. Karena saya tahu pencarian pakai bahasa Indonesia engga akan membuahkan hasil, saya pakai bahasa Inggris. "Malay Woman clothing 19 century." Begitu tulisannya. Muncullah sederet gambar. Yang membuat saya terperanjat, muncul sebuah gambar berkaitan di pencarian. Gambar perempuan berjilbab syari. Menjuntai sampai ke kaki. Syari sekali. Kaya perempuan zaman sekarang. Tulisannya, "wife and doughter of Panglima Polim." Saya ketuk. Pencarian terkaitnya, bahkan situs gambarnya, memakai bahasa Belanda. Bahasa penjajah kita. Tertulis "collectie trompenmuseum."
.
Dari situlah saya mulai ngerti. Bahwa sejarah kita banyak yang disembunyikan dengan sengaja. Disembunyikan dengan bahasa Belanda. Supaya ga ada yang bisa nyari. Setelah saya telusuri, begitu banyak foto perempuan zaman dulu yang telah berhijab syari. Vrouw van Malay. Vrouw van Minangkabau. Vrouw van Celebes. Dan bahasa peta yang dipakai bahasa zaman dulu. Kalau ga tau peta dulu, gak akan ketemu.
.
Banyak foto-foto dan arsip sejarah-malah sebagian besar-disimpan di belanda. Arsip foto kita pun disimpan di Universitet Leiden. Belanda. Bayangkan, kalau kita mau tau tentang negeri kita harus lari ke negeri orang. Oh God.
.
Apa akibatnya? Akibatnya, banyak terjadi pengkaburan sejarah dan penyelewengan paham. Banyak orang "lantam" yang berkata, "jilbab syari itu budaya Arab. Bukan budaya kita. Karena nenek nenek kita tak pernah pakai kerudung itu." Sebenarnya bukan tak pernah. Hanya saja dia belum lihat fotonya. Yang tersebar luas adalah foto nenek nenek kita yang pakai kerudung tipis. Kerudung paling populer di zaman itu. Padahal sebelumnya ada yang syari. Seperti seorang profesor yang memajang postingan di twitternya dan mengatakan, "adem liat kerudung Muhammadiyah zaman dulu. Kerudung yang sangat nusantara."
.
Padahal kata Buya Hamka, sampai tahun 1930 an akhir pun, perempuan Makassar, Melayu, Padang, dan Bima masih menggunakan kain sarung di kepala mereka. Ditutupkan ke wajah. Cuma menampilkan mata untuk melihat. Fungsinya kaya cadar sekaligus jilbab
.
Setelah itu, memang jilbab syari itu pelan-pelan hilang. Cuma dipopulerkan oleh pendiri gontor dan pendiri diniyah putri Padang Panjang, Rahmah El Yunusiyah. Dan kembali lagi bangkit di tahun 1970 an akhir. Saat rezim orde baru banyak bentrok dengan Islam.
.
Akhirnya, saya akan katakan. Jangan malas belajar. Luruskan pemahaman anak cucu.

Oleh: Yoga Aditama
[12/02, 7:10 am] Ari Wijaya@this.is.ariway: Allaahu akbar walillaahilhamd

Jumat, 26 Juni 2020

Mentri termiskin sepanjang sejarah indonesia 🇮🇩

Delapan kali di lantik Jadi menteri tetapi hidupnya tetap saja miskin karena dirinya Jujur dan sangat mengerti tentang Siksaan di Akhirat 

Nama asli-Nya Ir. Sutami 
adalah Menteri Pekerjaan Umum yang menjabat selama 4x sejak tahun 1965 - 1978. 

Dia mengabdi pada Kabinet Dwikora l Era Presiden Soekarno diapun masih di pakai Pemerintahan kala di bawah Pimpinan Presiden Soeharto di Kabinet Pembangunan II Sutami selama menjadi Mentri, memimpin berbagai mega proyek, meski demikian Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah 19 Oktober 1928 tidak lantas memanfaatkan untuk korupsi dan memperkaya diri.

Dibawah pengawasannya, proyek raksasa seperti:

1. Gedung DPR,
2. Jembatan Semanggi 
3. Waduk Jatiluhur
4. Bandara Ngurah Rai.
5. Jembatan Musi Palembang

Semua karyanya hingga kini masih berdiri kokoh.

Sutami adalah 
Satu satunya menteri yang paling termiskin di bumi ini dan mungkin sampai hari kiamat nanti, karena Sutami adalah manusia yang langka, berpengetahuan, Jujur dan Amanah.

Jika hari lebaran tiba, 
para tamu pun bersilaturahmi. Namun betapa terkejutnya mereka saat menginjakkan kaki di rumah Menteri Sutami. Bukan kemewahan yang ada, namun rumah sederhana yang atapnya bocor di mana-mana. 

Bahkan suatu ketika PLN mencabut listrik dirumahnya karena Sutami telat bayar listrik.

Padahal sebagai pejabat negara yang menangani proyek-proyek besar, Menteri Sutami bisa saja hidup bergelimang kemewahan. Contohnya menteri menteri dan Gubernur sekarang Ini semuanya memiliki Rumah mewah, mobil mewah dari hasil di luar Gaji karena mereka tidak memiliki Sipat Jujur dihatinya.

Sosok Sutami ini Sangat pendiam dan sederhana. 

Rumahnya beralamat di Jl. Imam Bonjol, beliau membeli rumah secara mencicil dan baru lunas menjelang pensiun. Tak pernah ia menggunakan fasilitas negara di luar pekerjaannya. Saat pensiun, semua ia kembalikan, termasuk mobil dinasnya.

Seorang pengusaha pernah ingin memberinya mobil karena tahu mobil dinas Sutami akan dikembalikan. Namun sang Menteri menolak dengan halus. Ia memilih meminta diskon sedikit dan membayar mobil itu.

Sebagai insinyur sipil 
Lulusan Institut Teknologi Bandung, ia sangat menyukai pekerjaan lapangan. Wartawan kerap memanggilnya 'Menteri yang tidak punya udel'. 

Sutami mampu jalan kaki 
puluhan kilometer untuk meninjau daerah terpencil. Jika ada ojek, ia naik. Jika tidak ada, maka menteri sederhana ini akan berjalan kaki hingga bertemu masyarakat sekitar. Dialah satu satunya menteri sepanjang zaman sebagai orang yang paling Terjujur dan mengerti tentang Akhirat...

Sangking terlalu rajin berkerja dia sampai tidak memikirkan diri sendiri, Hingga kemudian di jatuh sakit dan kekurangan gizi.

Namun Sutami tak mau kerumah sakit, dia takut diketahui kemudian, Mentri yang bersahaja itu tidak punya uang untuk membayar rumah sakit, baru setelah Pemerintah turun tanggan, Sutami mau diopname, Namun semua itu terlambat, Sutami meninggal dunia di Jakarta 13 November 1980 pada usia 52 Tahun.

Meski jasanya banyak untuk Bangsa Indonesia, Sutami sempat mengungkapkan bahwa dia tidak mau dimakam kan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Akhirnya Sutami di makamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, kemudian namanya diabadikan menjadi sebuah Waduk di Kabupaten Malang, yakni Waduk Ir.Sutami

Indonesia saat ini membutuhkan lebih banyak sosok Mentri seperti Sutami, Mentri yang berperestasi dan rela hidup merakyat, Mentri yang  menghindar dari kehidupan duniawi yang melenakan dan memilih hidup bersih hingga akhir hayatnya, hingga kini namanya tetap harum dan akan selalu dikenang oleh rakyat yang merindukan sosok hebat dan sederhan seperti beliau.

Selamat Jalan Pak Sutami!

Dari berbagai sumber.