Senin, 25 Mei 2015

Surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz



"Dari raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil.

Kepada Raja Islam yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah.

Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya."

***

Ini adalah surat dari Maharaja Sriwijaya Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (718-720 M) yang baru raja diangkat menggantikan Khalifah Sulaiman (715-717 M) pada era Kekhalifahan Bani Umayyah di abad ke-7 M.

Khalifah Sulaiman merupakan khalifah yang memerintahkan Thariq bin Ziyad membebaskan Spanyol. Pada masa kekuasaannya yg hanya selama dua tahun, Khalifah Sulaiman telah memberangkatkan satu armada persahabatan berkekuatan 35 kapal perang dari Teluk Persia menuju pelabuhan Muara Sabak (Jambi) yang saat itu merupakan pelabuhan besar di dalam lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Armada tersebut transit di Gujarat dan juga di Peureulak (Aceh), sebelum akhirnya memasuki pusat Kerajaan Sriwijaya.

Inilah awal mula Islam masuk ke bumi Nusantara di abad ke-7 M. Dan inilah yang menjadi titik awal tertariknya Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman (Sri Indravarman, Srindravarman) terhadap Islam.

Kemudian atas ketertarikannya kepada Islam, Raja Srindrawarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayah pada tahun 100 H (718 M). Ia meminta dikirimkan dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun merespon baik dengan mengutus salah seorang ulama terbaiknya untuk memperkenalkan Islam kepada Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman, seperti yang diminta olehnya.

Tatkala mengetahui segala hal tentang Islam, Raja Sriwijaya ini tertarik. Hatinya tersentuh hidayah. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, akhirnya mengucap dua kalimat syahadat masuk Islam menjadi seorang Raja Islam.

Sejak itu Kerajaan Sriwijaya pun disebut dengan Kerajaan Sribuza Islam.

(Azzam Mujahid Izzulhaq)

___
Referensi lain:
- Sri Indrawarman, Wikipedia
- Mengenal lebih dekat Sri Maharaja Indrawarman, raja kerajaan Sriwijaya
- Buku 'Kalung Istimewa' Ibnu Abdul Rabbih (860-940 M)

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya, kadang pakai huruf "v" kadang "w") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. (Wikipedia)
Profesor Sejarah Beberkan Fakta: Perang Salib Yang Picu Kaum Kristen Eropa




Faktanya...

Crusade War (Perang Salib, dalam tata bahasa Inggris Crusade bermakna juga pembasmian dan pemberantasan) yang terjadi selama dua abad (1095-1291) berawal dari pembangkangan kaum Kristen Eropa atas Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258).

Padahal, sejak Kekhalifahan Umar ibn Khatthab, dalam sistem pemerintahan Islam, negeri-negeri Kristen, mendapatkan hak otonomi khusus untuk memgatur dan mengelola negeri mereka sendiri. Bahkan, orang-orang Nasrani, Yahudi, dan agama apa pun yang tinggal di negeri-negeri Islam mendapatkan hak yang sama seperti umat Islam lainnya. Mereka tinggal secara damai, makmur, sejahtera dibawah panji Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

Namun, pada tanggal 25 November 1095 (era Kekhalifahan Abbasiyah), Paus Urbanus II menyerukan untuk melakukan pembangkangan, penyerangan dan perebutan ke wilayah Al Quds (Yerussalem sekarang). Tahun 1099 Pasukan Salib menaklukkan Al Quds. Mereka membantai sekitar 30.000 warga Al Quds (termasuk wanita, orangtua dan anak-anak) dengan sadis.

Tanpa kecuali pula termasuk 300 orang Yahudi yang bersembunyi di Sinagog kota Al Quds. Sampai-sampai dikisahkan bahwa darah yang mengalir dari pembantaian kaum muslimin saat direbutnya Al Quds pada saat itu tingginya selutut. Dan Al Quds masih berbau darah hingga 6 bulan kemudian.

Selama 87 tahun terlepasnya Al Quds dari penguasaan Islam, masjid Al Aqsho dijadikan perkantoran, masjid Kubah Sakhra dijadikan gereja, lorong Marwah dijadikan kandang kuda. Serta tak terdangar lagi suara adzan membahana di sana.

Pada tahun 1187, Shalahuddin Al Ayyubi sebagai panglima pasukan Islam berhasil membebaskan Al Quds dari Pasukan Salib yang telah memduduki selama 88 tahun (1099-1187).

Perhatikan bedanya, bala tentara pimpinan Shalahuddin (orang Barat menyebutnya dengan Saladin) ketika memasuki Al Quds hampir sebagian besar penduduk kota itu terselamatkan. Hanya prajurit-prajurit dari Ksatria Ordo Templar dan Hospitaler saja lah yang sangat fanatik dan menjadi kekuatan inti Tentara Salib yang semuanya dieksekusi. Sedangkan ribuan prajurit biasa dimaafkan oleh Shalahuddin Al Ayubi dan dibiarkan bebas menentukan nasibnya sendiri.

Hal ini menegaskan siapa dan kapan asal mula teroris itu muncul. Siapa dan kapan yang memulai peperangan yang kemudian diberikan label nama Perang Salib itu.

Hal ini menegaskan bahwa penaklukan Al Quds pada 1099 oleh Pasukan Salib di bawah komando Godfrey dari Bouillon merupakan aib bagi kalangan Kristen. Namun sebaliknya perebutan kembali Al Quds oleh pasukan Islam pimpinan Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 1187 merupakan ‘kisah mutiara’ kaum Muslimin yang melambungkan nama dan citra Islam ke langit paling tinggi.

Setelah penaklukan Al Quds oleh Shalahuddin Al Ayubi, banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan Barat yang melakukan propaganda bahwa umat Islam menyebarkan agamanya dengan 'pedang'. Hal ini dilakukan guna mengajak orang-orang Kristen untuk turut membenci, membangkang dan menggempur umat Islam pada saat itu (tahun 1099).

*by Azzam Mujahid Izzulhaq

__
Source: "The Crusade; Islamic Prespective", karya Carole Hillenbrand, Edinburgh University, 1999.

Carole Hillenbrand adalah seorang profesor pada bidang Sejarah Islam di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Ia juga adalah Vice President dari British Society of Middle Eastern Studies dan anggota dari The Council for Assisting Refugee Academics.

Minggu, 24 Mei 2015

KB Dan Skenario Zionis

islampos.com—LIHATLAH iklan di televisi dan di billboard jalan atau surat kabar di mana-mana. “Dua anak cukup!”, “Mau dikasih makan apa anak kita?”, “Huh, tidak ada tempat untuk bermain..” demikian seterusnya. Pada intinya, iklan-iklan ini mengajak masyarakat Indonesia untuk ber-KB atau mempunyai sedikit anak (dua anak tadi).

Dalam Kitab Zohar ada sebuah ayat yang menarik. “Angka Kelahiran Non Yahudi harus ditekan sekecil mungkin.” Ayat ini menjadi landasan teologis untuk mengekang laju pertumbuhan ghoyim (orang-orang non Yahudi). Karenanya, tidak aneh program “dua anak lebih baik” itu diluncurkan rezim Orde Baru era 70-an yang sedang mesranya dengan Barat.

Indonesia tidaklah sendiri. Di China mereka menjalankan Program Kebijakan Satu Anak atau jìhuà shēngyù zhèngcè. Di negeri samba, orang-orang menyebut KB dengan Planejamento Familiar. India juga menjalankan program sama, mereka menyebutnya National Population Policy.

Lalu siapakah Tokoh Yahudi modern yang ‘berjasa’ menjalankan ayat Zohar dalam konteks praksis itu? Namanya memang tidak setenar Darwin, tapi gagasan Evolusionis tokoh Atheis itu merujuk padanya. Betul seperti dugaan anda, pria itu bernama Thomas Robert Malthus (1766-1834).Thomas Malthus, sejatinya adalah seorang pakar demografi Inggris sekaligus ekonom politk yang paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang pertambahan penduduk.

Malthus beranggapan bahwa pertumbuhan sumber daya manusia tidak simetris dengan potensi sumber daya alam. Dalam An Essay on the Principle of Population (Sebuah Esai tentang Prinsip mengenai Kependudukan), Malthus membuat ramalan bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan. Kondisi ini menurutnya akan menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Pada titik inilah kekacauan akan terjadi. Dan apa yang diramalkan Darwin dengan nama Survival for the fittest akan menjadi keniscayaan.

Anehnya solusi yang ditawarkan Malthus untuk meredakan kemelut itu seakan menyelisihi Islam, yakni apa yang ia sebut sebagai preventive checks atau penundaan perkawinan. Malthus juga mengusulkan bahwa manusia tidak perlu memiliki banyak anak. Ide Malthus itu kini malah dikampanyekan oleh salah satu lembaga KB di Indonesia dengan pemeran salah seorang artis ternama. Menurut mereka menikah dini berbahaya dan dua anak lebih baik.

Pada gilirannya, ide Malthus yang masih sederhana dibuat menjadi praktis oleh kalangan Barat. Maka, muncullah kondom dari Maria Stopes (1880-1950). Alih-alih digunakan sebagai bagian dari kontrasepsi, namun dalam perkembangannya kondom justru dikampanyekan sebagai alat transaksi seks bebas.

Islam sebagai agama mulia sepanjang zaman telah mengatur persoalan ini. Bahwa banyaknhya anak bukanlah petanda kemiskinan seperti yang digembar-gemborkan Malthus dan kronco Yahudinya di PBB.

Yang menjadikan sebagian manusia mengalami kemiskinan atau krisis pangan justru adalah Kapitalisme Rostchild. Mereka lah yang berbondong-bondong mengeruk kekayaan negara-negara berkembang dan ketiga demi mewujudkan New World Order. Mereka juga yang membuat negara-negara miskin semakin melarat berkat tipu daya IMF melalui pinjaman hutang seperti Indonesia.

Jadi buat apa umat muslim khawatir memiliki banyak anak? Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda, “Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik].

Jangankan manusia, binatangpun mendapat rezeki dari Allah. “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rizkinya.” (QS 11 : 6). Betul jadi kata Aa Gym, “Kenapa kita takut akan rezeki Allah, gajah aja gak sekolah gemuk-gemuk. Plankton yang hidup didasar laut saja diberi rezeki, bagaimana dengan kita sebagai makhluk hidup yang mulia?”

Namun, sebaik-baiknya mereka membuat makar, maka hanya Allah sebagai pihak berkuasa. Hingga kini, jumlah umat muslim di Eropa dan Amerika menlonjak drastis. Melihat fenomena ini, bisa jadi Yahudi sedang gigit jari atau paling tidak frustrasi hingga menembak puluhan manusia seperti Teroris Breivik di Norwegia. Allahua’lam. [Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi/islampos]

Senin, 18 Mei 2015

“Kami inginkan persatuan dan persaudaraan di kalangan umat Islam dan kerja sama yang mesra dengan seluruh rakyat Indonesia.” - Kasman Singodimedjo, Mantan Jaksa Agung RI, Tokoh Partai Masyumi, Mantan ketua Jong Islamieten Bond (JIB)-



Mengapa saat ini terdapat jurang yang begitu dalam di antara kaum intelektual dan rakyat?

Kalau dulu ada Soekarno yang tak hanya bisa merekayasa jembatan -hasil pendidikannya di teknik sipil ITB-, tapi juga bisa berkorban merekayasa jembatan kemerdekaan, namun sekarang tampaknya kaum intelektual lebih sering berlindung di balik menara gading perguruan tinggi, atau mencari kejayaan sendiri tanpa peduli nasib rakyat yang telah memberinya subsidi. Lalu sekarang bagaimana caranya membangun jembatan di atas jurang yang dalam itu?


Kasman Singodimedjo.
Keterasingan kaum intelektual dari rakyat ini rupanya dulu juga dirasakan oleh Kasman Singodimedjo, Tokoh Perkumpulan Intelektual Islam JIB. Melalui majalah bulanan JIB “Het Lich” No.7 Agustus 1925, ia menggambarkan banyak mulut kaum intelektual kala itu bisu dengan bahasanya. Banyak yang tidak paham dan pandai berbicara dengan bahasa sendiri. Mereka tidak sungguh-sungguh mempelajari bahasanya. Betapa banyak dari mereka yang berasal dari suku sunda, tapi tidak pandai bahasa sunda yang sopan. Begitu pula yang berasal dari suku Melayu dan Jawa. Bahasa yang digunakan perkumpulan Jong Java bukanlah bahasa Jawa, Sunda, atau Melayu karena tidak semua anggotanya bisa. Itu pula yang membuat JIB terpaksa menjadikan Bahasa Belanda sebagai bahasa persatuan dalam organisasinya.

Lebih dari soal bahasa, ia mengungkap kehidupan mereka seperti orang Eropa.“Kita tidak mengenal kehidupan kerja keras dan berat seperti yang dialami oleh para petani di sawah dan ladang. Kita tidak mengenal membanting tulang, mengangkat, dan memikul. Malahan kita terbius memandang rendah pekerjaan mereka yang serba kekurangan itu. Dan betapa jauh berbedanya kehidupan kita daripada mereka itu, dalam hal pakaian, perumahan, dan kesenangan.”

Pesta-pesta kelahiran, pernikahan, dan lain-lain, lanjutnya, benar-benar telah menjauhkan mereka dari rakyat. Mereka telah membiasakan tingkah laku orang Eropa. Apa saja di-Eropa-kan: pakaian pengantin, kamar pengantin, dan lain-lain. Dan yang lebih parah lagi, ungkapnya, pada pesta-pesta itu mereka layani orang Eropa secara istimewa. Mereka adakan kebiasaan malam-malam khusus untuk melayani kenalan dan teman-teman Eropa. Dari situ, mereka merasa terhormat atas perhatian yang orang Eropa berikan dan menganggap remeh tamu sebangsa.

“Hampir-hampir kita tinggalkan sama sekali adat pusaka lama kita, yang mengandung pengertian bahwa pesta-pesta rumah yang diadakan oleh orang-orang yang berada, adalah bertujuan untuk menyenangkan dan menyuguhi jiran sekampung. Selamatan-selamatan yang diadakan dengan Kiayi-Kiayi dan santri-santri sebagai tamu terhormat telah tidak lagi menjadi kebiasaan bagi orang-orang kita yang berada.”

Seperti halnya pesta-pesta tadi, lanjutnya, pergaulan kaum intelektual pun seperti orang Eropa. Mereka hanya ingin berteman dengan orang Eropa atau orang Indonesia yang sudah kebarat-baratan, khususnya yang bisa berbahasa Belanda.

Ia merasakan kenyataan yang pahit dan menyedihkan ketika kaum intelektual buta sama sekali terhadap hati nurani rakyat. Mereka tidak mengenal perasaan yang dimiliki rakyat. Pergaulan, pendidikan, dan hubungan mereka dengan orang Barat, khususnya dengan orang-orang Belanda, membuat mereka kurang bisa mengerti curahan perasaan rakyat yang jarang sekali atau bahkan mungkin tidak pernah mereka pedulikan.

Mereka menganggap segala sesuatunya yang bukan contoh dari orang Eropa adalah rendah, terbelakang, dan tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Sampai-sampai apa yang paling baik dipunyai bangsa kita. “Pokoknya semua yang tidak sesuai dengan apa yang dibawakan oleh dunia Barat yang telah menguasai negara kita ini, sudah kita anggap rendah pula dan kita rasakan sebagai sesuatu yang salah karena tidak sesuai dengan contoh yang kita tiru dari manusia-manusia Barat yang rakus tak pernah kenyang itu.”

Menurutnya, kesalahan mereka karena terlalu meningkatkan diri pada pengetahuan sekolah dan meninggalkan rakyat jauh di belakangnya. Kejiwaan itu menyebabkan mereka selaku murid orang Barat tak sedikit pun dapat mengakui atau menghargai sesuatu yang berasal dari kepribadian bangsa sendiri. Sehingga seolah-olah rakyat itu harus belajar dari mereka, bahkan mereka sampai menyangka- nyangka seolah-olah rakyat tidak mempunyai keinginan untuk merdeka ataupun tidak berhasrat sendiri untuk berkembang. Akibatnya, mereka berpendapat bahwa mereka harus mengadakan perubahan pada rakat.

“Betapa salahnya persangkaan kita itu. Betapa justru lebih dulu dari lingkungan kaum intelektual, di kalangan rakyat telah tercetus keinginan untuk merdeka dan hasrat kepada kemajuan, yang disusul dengan tindakan dan perbuatan.Tampak adanya inisiatif yang murni dan daya cipta yang enerjik yang menunjukkan keinginan akan kemajuan, dan perasaan persaudaraan terutama sekali harus dicari pada rakyat kita yang beragama Islam dan telah menyatukan diri dan berorganisasi dengan memakai Islam sebagai dasar.”

Ia menyebutkan banyak sekolah-sekolah yang sudah didirikan oleh Sarekat Islam, Muhammadiyah, Perserikatan Ulama dan lain-lain seperti Sarikat Usaha dan Sumatera Tawalib. Sedangkan perkumpulan-perkumpulan lain mencontoh pendidikan sekolah-sekolah pemerintah, yang umumnya dipandang tidak tepat dari segi kebangsaan. Di saat sebagian orang-orang Indonesia yang kompeten dan orang-orang Eropa sibuk mengadakan teori dan percobaan-percobaan, organisasi-organisasi Islam sudah lebih dahulu menyusun dan mempraktikkan pendidikan nasional untuk bangsa kita. Ia menilai itu karena organisasi-organisasi Islam menggunakan dasar Islam sehingga mengarahkan mereka pada usaha menuju kesatuan dalam pendidikan, yaitu usaha yang membayangkan keberhasilan.

“Dalam usaha membangun pendidikan itu, mereka itu tidak mengambang di awang-awang, oleh karena mereka dapat melanjutkan usaha atas dasar-dasar yang telah ada dalam sejarah kebangsaan sebelum ini, dengan memperhitungkan pula perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan zaman modern. Dalam hal ini, mereka tidak usah meraba-raba lagi. Oleh karena negara -negara Islam yang telah mendahului kita dalam perkembangan kemajuan, terutama misalnya Mesir, Persia, dan India, telah memberikan contoh yang bermanfaat.”

Ia lalu mengungkap organisasi-organisasi Islam di negeri ini dalam usaha membangun pendidikan, telah mendirikan beberapa Normall School dan Kweek School -sekolah- sekolah pencetak guru- yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan di masa datang.

Kongres-kongres Islam yang berturut-turut diadakan, tuturnya, menunjukkan  adanya perkembangan yang jelas ke arah persatuan. Centraal Comitee dari Kongres Al-Islam bahkan menganggap tiba waktunya untuk menjadikan soal kesatuan sistem pendidikan sebagai program Kongres. Dan Sarekat Islam telah pula mendirikan sekolah pendidikan guru-guru yang langsung dipimpinnya.

Tidak hanya di bidang pendidikan, tambahnya,  tapi juga berkembang inisiatif dan semangat kerja pada organisasi-organisasi Islam di bidang ekonomi dan sosial. Dengen pesat mereka mengembangkan perusahaan-perusahaan dan koperasi. Ada klinik-klinik di Jogja dan Surabaya yang didirikan oleh Muhammadiyah serta panti asuhan orang-orang miskin di Yogyakarta yang dibangun oleh majelis PKO Muhammadiyah.

Ia mengungkapkan, “Kita kan tercengang melihat betapa luasnya aktivitas yang sudah mereka lakukan di seluruh Indonesia, di Tapanuli, di Bali, di Minahasa, dan lain-lain. Dengan tidak mengemukakan daerah-daerah yang sepenuhnya Islam saja, dalam mencapai kemajuan melalui dakwah Islam dan usaha-usaha mendorong umat Islam, maka nyatalah umat Islam telah merebut tempat yang berdiri di atas kaki sendiri di lapangan ekonomi. Ini semua seharusnya menjadi petunjuk bagi kita untuk tidak tertipu oleh propaganda yang saat-saat sekarang kian ditingkatkan, seolah-olah Islam sedikit sekali dapat tempat dalam hati nurani rakyat. Bahkan fakta bahwa juga ada golongan-golongan rakyat yang bukan muslim, tidak boleh mendorong kita untuk meremehkan golongan mayoritas mutlak yang beragama Islam, yang justru memiliki energi dan potensi yang amat besar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Tanpa sedikit pun rasa permusuhan terhadap golongan-golongan non-Islam, yang bagaimana pun juga tentu harus terlepas dari pimpinan kita, maka kita sebagai golongan Islam harus memusatkan pikiran kita terhadap rakyat kita yang beragama Islam, yang jumlahnya tidak kurang dari 80% dari bangsa Indonesia kita ini.”

Maka untuk membangun jembatan di antara kaum intelektual dan rakyat, Kasman Singodimedjo berpesan kepada kaum intelektual Islam untuk, “tidak lagi menjadi orang asing terhadap Islam, bahkan keterasingan itu harus berganti jadi kesadaran bahwa kita justru bisa menjadi pemimpin dan penganjur Islam bagi rakyat itu. Sehingga kita bisa mendapat tempat di hati dan jiwa rakyat. Dengan demikian kita dapat membawa kesatuan jiwa dan memanfaatkan kelebihan pendidikan yang kita miliki bagi rakyat untuk membawa mereka pada persatuan nasional.”
Majalah Het Lich  No.7,  Agustus 1925

Oleh : Andi Ryansyah – Pegiat Jejak Islam untuk Bangsa
Ini Dia 17 Doktrin Syiah Yang Sesat

ADA 17 doktrin atau ajaran Syi’ah yang tersembunyi dari kaum muslimin terutama dari golongan ahli sunni  (Ahli Sunnah Wal Jammah) sebagai bahagian dari pengamalan doktrin taqiyah(menyembunyikan Syi’ahnya). Ketujuh belas doktrin rahsia ini terdapat dalam kitab-kitab suci Syi’ah seperti kitab Usuhulu Kaafi dan Rijalul Kashi. Ajaran ini juga bertangung-jawab dalam mengubah keaslian dan kesucian Qalamuallah Al Quran ul karim. Berikut adalah antara doktrin-doktrin yang sesat lagi menyesatkan :

Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki(Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS: Al-A’raf 7: 128,“Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.
Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.
Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).
Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).
Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifatbada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)
Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).
Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).
Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).
Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
Kesemua 17 doktrin Syi’ah di atas, apakah boleh dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw. dan dipegang teguh oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir. [johneox]
Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawi divonis mati oleh pengadilan zhalim pemerintahan kudeta Mesir di bawah junta militer pimpinan Jenderal Abdul Fattah As Sisi pada Sabtu, 16 Mei lalu, bersama dengan presiden demokratis Dr Muhammad Mursi.

Menanggapi hal itu, Syaikh Al Qaradhawi menulis syair:

Letakkan belenggu di tanganku, pecutlah tulang igaku dengan cemeti
Lalu letakkan leherku pada pisau
Niscaya kau tak kan bisa membelenggu pikiranku barang sejenak
Atau memenjara keimananku dan cahaya keyakinanku
Karena cahaya itu ada di hatiku dan hatiku telah aku serahkan kepada Rabbku..
Dan Rabbku adalah Penolong dan Pembelaku
Aku akan tegar berpegang dengan tali akidahku
Dan mati tersenyum agar hidup agamaku..